BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Agama dan Budaya, Bandung: Pustaka Setia, hal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Slamet Rahardjo, Strategi Pembelajaran Musik Anak Usia Dini, CeHa Graphics, Salatiga, 2006, hlm. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB II VARIASI PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun


BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

No membangun kurikulum pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide, prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan sejak dini menempati kedudukan yang paling tinggi dan memperlihatkan aktivitas di rumah, kelurga, sekolah bahkan di tengah masyarakat. Pendidikan sejak dini merupakan masa terpenting dan mendasar dalam kehidupan manusia.1 Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan moral dan sosial, perkembangan emosional, perkembangan komunikasi atau berbahasa sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini jalur formal diselenggarakan dalam bentuk Taman Kanak- Kanak (TK) atau Raudlatul Atfhal (RA).2 Pendidikan yang khususnya di Raudhlatul Athfal (RA) peran guru merupakan hal yang paling utama karena dalam hal ini siswa masih labil sehingga pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa. Guru merupakan salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling penting, karena gurulah sebenarnya yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan anak usia dini di Raudhlatul Athfal (RA) merupakan basis penentu atau pendidikan karakter manusia di dalam kehidupan berbangsa. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada 1 Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm. 21. 2 Aden Ranggiasanka, Serba-serbi Pendidikan Anak, Siklus, Yogyakarta, 2011, hlm. 57. 1

2 kehidupan masa depannya. Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orangtua atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan. Hal ini disebabkan bahwa interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak yang akan memperoleh pengalaman yang bermakna sehingga proses belajar berlangsung dengan lancar. Hakikatnya anak belajar sambil bermain, sehingga pembelajaran anak usia dini adalah bermain. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini pada dasarnya yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya.3 Islam juga menggambarkan belajar dan kegiatan pembelajaran dengan bertolak pada firman Allah SWT Q.S An-Nahl 78. )87: )سورة النحل Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.4 Ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya manusia itu tidak memiliki pengetahuan dan apapun. Agar manusia bisa mengetahui maka harus melalui proses yang dinamakan belajar. Belajar merupakan proses menuju kematangan yakni dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak paham menjadi paham dalam rangka menuju tingkat kematangan.5 Belajar juga berarti proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Dalam proses pembelajaran tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tapi juga bisa dilakukan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang yakni antara guru dan siswa. Dalam mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling berkaitan dan saling 3 4 Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 167. Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya juz 1-30, Mekar, Surabaya, 2002, hlm. 375. 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Ramaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

3 mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Sebaik-baiknya materi apabila tidak ditunjang model dan metode pembelajaran yang baik maka hanya percuma saja, siswa tidak akan faham dengan materi tersebut. 6 Pembelajaran juga merupakan sebuah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana siswa dapat belajar memperoleh dan siswa juga dapat memproses pengetahuan ketrampilan dan sikap atau afektif dalam hal agama khususnya efektifitas dalam membangun afeksi anak didik dengan nilai-nilai yang eternal serta mampu menjawab tantangan zaman.7 Dalam pendidikan kita mengenal ada tiga ranah yang menjadi ukuran penilaian dalam pembelajaran, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Masingmasing ranah mempunyai kriteria-kriteria tertentu. Kemampuan berfikir merupakan ranah kognitif yang meliputi kemampuan menghapal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kemampuan ranah psikomotor yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerak, menggunakan otot yang meliputi lari, melompat, menari, melukis dan lainlain. Kemampuan ranah afektif berhubungan dengan minat, sikap, nilai yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, jujur, percaya diri, komitmen, menghargai pendapat orang lain dan kemampuan mengendalikan diri. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah.8 Sesuai dengan implementasi kurikulum 2013, tujuan pembelajaran mengarah pada ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah afektif. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu dan seimbang. Penerapannya dapat di integrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap 6 Rusman, Model-model Pembelajaran;Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1. 7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 177. 8 Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadist MTs-MA, Buku Daros, Kudus, 2009, hlm. 117.

4 bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilai-nilai pada setiap bidang studi yang dikembangkan, dan dihubungkan dengan konteks kehidupaan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan dalam tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupaan sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah dan warga sekitar. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter, dan citra sekolah tersebut di masyarakat. Pada umumnya pendidikan karakter melalui kegiatan menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan.9 Hal ini sejalan dengan struktur kurikulum 2013 yang ada di PAUD yang berisi program-program pengembangan anak yang meliputi pengembangan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.10 Pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk tumbuh kembangnya perilaku, baik yang bersumber dari nilai agama dan moral, pengembangan motorik mencakup kematangan kinestetik, pengembangan kognitif mencakup kematangan proses berpikir, pengembangan bahasa mencakup kematangan bahasa, pengembangan sosial emosional mencakup sikap dan ketrampilan sosial, sedangkan pengembangan seni mencakup apresiasi seni. Semua pengembangan tersebut diwujudkan dalam konteks bermain.11 Pada pengembangan nilai agama dan moral merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Aspek perkembangan nilai-nilai agama dan moral diharapkan dapat meningkatkaan ketaqwaan anak terhadap 9 E Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, PT Ramaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 7. 10 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77A ayat (1) dan (2) tentang Standar Nasional Pendidikan. 11 Suyadi dan Dahlia, Implementasi dan Inovasi Kurikulum Paud 2013 ; program pembelajaran berbasis multiple intelligences, PT Remaja Rosdakarya, 2014, Bandung, hlm. 16.

5 Tuhan Yang Maha Esa, dan membina sikap anak dalam meletakkan dasar anak agar menjadi warga negara yang baik karena rentang usia dini merupakan basis penentu atau pendidikan karakter manusia di dalam kehidupan berbangsa.12 Pada era ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sekarang ini, pendidikan Islam dituntut untuk melakukan antisipasi baik dalam dataran pemikiran atau konsep maupun dataran tindakan kesiapan dunia pendidikan Islam dalam memasuki tahap ini bergantung pada akurasi dan antisipasi yang dilakukan termasuk kejelian dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi khususnya dalam hal kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan proses belajar mengajar masih adanya masalah bagi guru yakni guru tidak menggunakan variasi pembelajaran, dan pembelajarannya dalam menyampaikan materi menggunakan metode ceramah atau hanya monoton saja akan membuat siswa menjadi bosan, jenuh, perhatian siswa berkurang, dan mengantuk yang mengakibatkan tujuan belajar tidak tercapai.13 Mengantisipasi berbagai tantangan tersebut, pembelajaran tidak mungkin dapat berhasil dengan baik sesuai dengan misinya apabila hanya mengacu pada pemberian ilmu pengetahuan agama sebanyak-banyaknya kepada siswa, atau lebih menekankan aspek kognitif. Pembelajaran pendidikan agama Islam justru harus dikembangkan ke aspek afektif yang dibarengi dengan aspek kognitif sehingga timbul dorongan yang sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri siswa. Dengan adanya strategi pembelajaran yang berbeda, diharapkan dapat menanggulangi masalah yang ada. Guru tidak hanya meningkatkan kemampuan ranah kognitif dan kemampuan ranah psikomotor, tetapi juga pada kemampuan ranah afektif. Fakta tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif, dan inovatif dalam mengajar sehingga siswa dapat termotivasi mengikuti pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Selain menumbuhkan minat dan motivasi serta 12 Ibid., hlm. 39. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Setrategi Belajar Mengajar, Cet. 2, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 180. 13

6 kemampuan berpikir siswa, dengan kreatifitas dan inovasi guru dalam mengajar, siswa diharapkan dapat meneladani dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari pada yakni pada materi asmaul husna. Seperti halnya pada materi Indahnya Asmaul Husna. Jika dilihat secara sekilas tentang materi Indanya Asmaul Husna hanya sekumpulan konsep-konsep dan teori yang hanya dihafalkan. Akibatnya pada materi Indanya Asmaul Husna sebagai rangkaian sikap dan proses ilmiah, aplikasi serta pembahasan dalam kehidupan sehari-hari tidak tersentuh dalam pembelajaran. Permasalahan lain yang ada di RA Baiturrahman yaitu kurangnya sikap untuk mencintai dan menjaga lingkungan sekitar. Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran tersebut, setiap guru dituntut untuk benar-benar memahami strategi pembelajaran yang akan diterapkannya. Sehubungan dengan hal itu, seorang guru perlu memikirkan strategi atau pendekatan yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, yaitu sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi akan berdampak pada tingkat penguasaan atau hasil belajar siswa yang dihadapi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif yang berkaitan dengan sikap dan nilai pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman yaitu menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan. Pembelajaran berbasis lingkungan merupakan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar seperti lingkungan alam dan lingkungan buatan sebagai salah satu sumber belajar.14 Pembelajaran berbasis lingkungan yaitu sebuah pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian siswa bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya. Pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih kaya akan pengetahuan sebab lingkungan yang dipelajari beraneka ragam, seperti lingkungan alam, lingkungan buatan dan lain-lain. 15 Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian di RA Baiturrahman Mejobo Kudus, dikarenakan penulis ingin 14 Hasil wawancara dengan Ibu Hj.Hamdani, S.Pd.,AUD selaku Kepala RA Baiturrahman Mejobo Kudus tanggal 25 Februari 2016, Jam 09.00-10.00 WIB. 15 E Mulyasa, Op. Cit., hlm. 212.

7 mengetahui bagaimana proses pembelajaran berbasis lingkungan dan peneliti tertarik untuk mengkaji serta meneliti sekolah tersebut dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Lingkungan pada Materi Indahnya Asmaul Husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Fokus Penelitian Menurut Sugiyono, fokus penelitian dilakukan agar dalam pembahasan sebuah penelitian dapat dilakukan dengan sederhana tidak terlalu meluas dan penelitian yang dihasilkan bisa lebih terfokus atau dalam penelitian kualitatif disebut batasan masalah. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik atau menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Sehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.16 Berdasarkan judul dan latar belakang masalah penelitian di atas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : 1) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis lingkungan di kelompok B2 pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. 2) Faktor penghambat dan faktor pendukung pada pembelajaran berbasis lingkungan di kelompok B2 pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. 3) Hasil kemampuan ranah afektif siswa pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan 16 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, cet ke 19, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 285.

8 data.17 Dari latar belakang masalah di atas, dapat peneliti tarik rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus? 2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung pembelajaran berbasis lingkungan pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus? 3. Bagaimana hasil kemampuan ranah afektif siswa pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus? D. Tujuan Penelitian Bardasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran berbasis lingkungan pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. 2. Untuk memahami faktor penghambat dan faktor pendukung pembelajaran berbasis lingkungan pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. 3. Untuk mengetahui kemampuan ranah afektif siswa pada materi indahnya asmaul husna di RA Baiturrahman Mejobo Kudus. E. Manfaat Penelitian Dari berbagai penjelasan di atas, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi serta sumbangsih, baik manfaat secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Teoretis Diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi teori dalam dunia pendidikan mengenai pembelajaran berbasis lingkungan khususnya dalam pendidikan RA. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dalam mengulas pembelajaran berbasis lingkungan. 17 Ibid., hlm. 396.

9 2. Praktis a. Penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif siswa di RA. b. Memberikan informasi tentang pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif siswa di RA. c. Bagi peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penelitian dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari hasil penelitian pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan kemampuan ranah afektif siswa khususnya pada pembelajaran anak usia dini.