Peran Orangtua Dalam Memfasilitasi Minat Belajar Anak Usia Dini Aninda Putri H. M

dokumen-dokumen yang mirip
Journal of Non Formal Education and Community Empowerment

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

PENERAPAN IPTEKS. Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Ibu Yang Bekerja Di Luar Rumah. Kamtini

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi yakni Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan

BAB I PENDAHULUAN. PLAY GROUP DAN TPA DI YOGYAKARTA Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. ( Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 6. Islami, (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2009), hlm. 83

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik dari segi spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 1

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Menurut PP No.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

PERANAN PAUD DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA Disajikan pada pelatihan Tutor PAUD di Bekasi Oleh Babang Robandi PLS-FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

Transkripsi:

Peran Orangtua Dalam Memfasilitasi Minat Belajar Anak Usia Dini Aninda Putri H. M. 125120307111030 PENDAHULUAN Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) dimasa depan. Dalam rangka mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Usia dini merupakan masa keemasan (Golden Age) yaitu masa yang dimulai dari usia 0-4 tahun pertumbuhan sel jaringan otak pada anak mencapai 50% dimana bila pada usia itu otak anak tidak mendapat ransangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal (Depdiknas,2003:1). Kemudian usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat menetukan dalam pertumbuhan manusia dan bagi perkembanganya di masa mendatang. Pendidikan pada masamasa ini merupakan penentu dan pijakan bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Pada usia tersebut seorang anak hendaknya mendapatkan layanan pendidikan yang memadai karena usia tersebut sangat menentukan dalam tahap pertumbuhan pada usia-usia selanjutnya (dalam Wartanto, 2007:1). Sementara itu, dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (taman kanakkanak, raudatul, athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal (kelompok bermain, taman penitipan anak, atau bentuk lain yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan (dalam Imam Musbikin, 2010:36). Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (2002) adalah PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikut. Dimana orang tua adalah kunci 1

keberhasilan anak, karena orangtua adalah seseorang yang pertama kali memahami anak sebagai orang yang memiliki kemampuan luar biasa diluar dirinya. Melalui orang tua anak dapat mengembangkan seluruh aspek pribadinya. Berdasarkan penelitian Belmont dan Marrolla (1973) mengenai pengaruh perhatian orang tua terhadap perkembangan berfikir anak, menyimpulkan bahwa anak yang memiliki banyak saudara akan lebih rendah keterampilan intelektualnya dibandingkan dengan anak yang sedikit memiliki saudara. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua untuk masingmasing anak. Jika memiliki banyak anak, orangtua harus membagi perhatiannya, sehingga anakanak tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, sebab pendidikan keluarga merupakan pondasi bagi anak untuk membangun struktur kepribadian selanjutnya. Dalam hal ini, orang tua memegang peranan utama dimana bukan hanya ibu saja yang dimaksudkan tetapi juga ayah. Salah satu tugas utama orang tua ialah mendidik keturunannya dengan kata lain dalam relasi anak dan orangtua secara kodrati tercakup unsur pendidik untuk membangun kepribadian anak dan mendewasakannya, karena orangtua merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anak-anaknya (Kartono, 1997:59-60). Ki Hadjar Dewantoro (1962:100) menyatakan bahwa keluarga merupakan Pusat Pendidikan yang pertama kali dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Karena orang tua dapat menginternalisasikan nilai yang ia pegang kepada anaknya. Sehubungan dengan ini, peran orangtua pun akan sangat bermakna bagi pencapaian mutu pendidikan pada jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dimana sebagai salah satu komponen pendidikan dimaksudkan adalah orangtua memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan tujuan pendidikan, orangtua harus dapat memfasilitasi dan menciptakan suasana yang mendukung anak dalam melakukan aktivitas belajar. Untuk mendukung anak dalam proses belajar, sudah seharusnya orangtua memberikan fasilitas belajar untuk menopang prestasi belajar anak-anaknya. Fasilitas yang dimaksud, seperti memberikan motivasi atau dorongan belajar yang di tanamkan sejak anak berusia dini, memberikan makanan yang bergizi, dan menyediakan fasilitas belajar yang nyaman dan memadai. Sebagai orangtua yang proaktif, harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan belajar sang buah hati. Di samping itu, orangtua sebaiknya mengetahui 2

modalitas belajar anaknya, sehingga orangtua dapat memfasilitasi kebutuhan belajar anaknya sesuai dengan modalitas belajar anaknya. Memberikan fasilitas terhadap anak pun harus tepat sasaran, maksudnya orangtua harus paham betul sang anak memiliki minat ke dalam bidang apa. Karena setiap anak adalah unik dan belum tentu memiliki minat yang sama antara satu anak dengan anak yang lain. Sehingga tanggungjawab orangtua dalam hal ini bukan memberikan pendidikan kepada anak dengan cara menyekolahkanya saja dan hanya digantungkan kepada guru-guru saja. Tetapi orangtua pun harus dapat memahami anak secara utuh dan ikut terlibat dalam kegiatan anak baik secara emosi dan fisik, sehingga anak mendapatkan rasa nyaman dan aman dari orangtuanya. Namun dalam kenyataannya, tidak semua orangtua dapat melaksanakan peranannya dengan baik. Kenyataan tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu, orangtua memiliki pemahaman yang berbeda tentang fasilitas belajar, banyaknya orangtua bekerja saat ini sehingga hanya memfasilitasi sebatas menyekolahkannya saja dan masih banyak orangtua yang belum memiliki pemahaman yang luas tentang fasilitas belajar untuk anak usia dini. Sehingga penulis berharap dari tulisan ini dapat memberikan kebermaknaan bagi pembaca mengenai peranan orangtua dalam memfasilitasi minat belajar anak usia dini. KAJIAN TEORITIS 1. Pengertian Peran Orangtua Pengertian orangtua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Orang tua artinya ayah dan ibu. (Poerwadarmita, 1987: 688). Menurut seorang ahli psikologi Ny. Singgih D. Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. (Gunarsa, 1976: 27). Sedangkan menurut pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution adalah Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. (Nasution:1986 : 1). Peran dan fungsi orang tua tidak terlepas dari anak mereka kelak. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak anaknya baik dari segi psikologis maupun biologis. Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Setiap orang tua 3

dalam menjalani kehidupan berumahtangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, adapun tugas dan peran orangtua terhadap anaknya adalah melahirkan, mengasuh, membesarkan, dan mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku. Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggungjawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia. Sebagai orangtua seharusnya mereka sangat mengerti bila anak bukan hanya membutuhkan fasilitas yang berbentuk barang saja tetapi juga yang tidak berbentuk seperti dalam bentuk perhatian, arahan, bimbingan, motivasi. Seperti yang diungkapkan oleh Stanback dan Susan (1999) tentang peranan orangtua antara lain: a. Peran sebagai fasilitator Orang tua bertanggung jawab menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar seperti tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis. b. Peran sebagai motivator Orang tua akan memberikan motivasi kepada anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah, mempersiapkan anak untuk menghadapi ulangan, mengendalikan stress yang berkaitan dengan sekolah, mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan memberi penghargaan terhadap prestasi belajar anak dengan memberi hadiah maupun kata-kata pujian. c. Peran sebagai pembimbing atau pengajar Orang tua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua adalah sebagai pendidik dan pembimbing anak dalam pendidikan non formal. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. 4

Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Maka dalam hal ini orang tua mempunyai tugas yang sangat penting dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putri mereka. Orang tua berperan amat penting dalam membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua adalah guru pertama bagi anak karena orang tualah yang pertama kali mendidik atau menanamkan pendidikan kepada anak-anaknya. Menurut Sri Rahmawati penanaman motivasi belajar pada anak oleh orang tua harus dilakukan sejak dini agar lebih ajeg dan menetap dalam diri anak. Hendaknya orang tua tak hanya menekankan motivasi belajar untuk meraih prestasi dalam bidang akademik semata. Jangan hanya melihat kecerdasan anak dari ranking saja. Tapi, lihatlah bagaimana ia bersosialisasi, bagaimana kreativitasnya, gerak tubuhnya, dan lain-lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk merangsang minat atau memberi motivasi anak dalam belajar. Rangsangan tersebut merupakan dorongan ekstrinsik, dimana motivasi dapat diberikan berupa: a. Pemberian perhatian Perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak dapat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Misalnya pada saat anak pulang sekolah hendaknya orang tua menanyakan apa saja yang dilakukan di sekolah. Dengan seringnya orang tua menanyakan kepada anak tentang kegiatannya di sekolah dapat membangkitkan motivasi belajar karena dia merasa mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. b. Pemberian hadiah Pemberian hadiah sering digunakan oleh orang tua kepada anak jika anak berhasil melakukan suatu kegiatan. Hadiah tersebut pada umumnya berbentuk benda. Hadiah tersebut dapat memotivasi anak agar mereka giat belajar. c. Pemberian penghargaan Pemberian penghargaan diberikan oleh orang tua dalam rangka memberikan penguatan dari dalam diri anak. Dapat berupa pujian, sehingga anak dapat merasa lebih percaya diri. d. Pemberian hukuman Pemberian hukuman juga merupakan salah satu bentuk motivasi. Orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dasar mungkin lebih ekstra perhatian terhadap kemajuan dan perkembangan belajar anak. Salah satu bentuk perhatian itu adalah mendampingi mereka ketika belajar di rumah. Banyak sekali yang dapat dilakukan orang tua 5

terhadap belajar anak di rumah. Akan tetapi memang tidak mudah untuk melakukan semua itu. Kesulitan membantu anak belajar di rumah disebabkan oleh berbagai kondisi orang tua anak sendiri. Sebagian orang tua tidak sempat lagi mendampingi anak belajar karena keletihan bekerja siang hari. Anak terpaksa belajar sendiri dengan kondisi apa adanya. Namun bagi sebagian anak, kondisi seperti itu sudah biasa, tidak menjadi masalah baginya. Anak pun memaklumi kalau orang tuanya tidak mungkin diganggu istirahatnya. Tetapi ha tersebut dapat menyebabkan adanya jarak antara orang tua dan anak, sehingga orang tua tidak mengetahui secara jelas apa saja yang sudah dilakukan anak pada tahap-tahap perkembangannya. Kemudian untuk minat belajar tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah, oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada suatu pilihan yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat itu (Akhi Abdurahman, 2009:55) adalah faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri anak berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan dan faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar diri anak seperti keluarga, masyarakat dan sekolah. 2. Pengertian Anak Usia Dini Di Indonesia pengertian anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 0-6 tahun, seperti dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Sedangkan Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children), adalah anak yang berusia antara 0 sampai 8 tahun yang mendapatkan layanan pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik negeri maupun swasta, taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Hal ini dapat disebabkan pendekatan pada kelas awal sekolah dasar kelas I, II dan III hampir sama dengan usia TK 4-6 tahun. Menurut hasil penelitian Osbora, White dan Bloom perkembangan intelektual manusia pada usia empat tahun sudah mencapai 50%, usia 8 tahun 80%, dan pada usia 18 tahun bisa mencapai 100%. Berdasarkan penelitian tersebut maka masa usia dini adalah masa golden age yang harus dioptimalkan karena sebagian besar perkembangan otak anak didominasi pada masa tersebut yakni mencapai 80% sedangkan 20% selanjutnya akan berkembang setelah masa usia 6

dini hingga umur 18 tahun. Perkembangan pada usia dini berjalan sangat cepat, bahkan lebih cepat daripada usia setelahnya, Usia dini merupakan masa keemasan (Golden Age) yaitu masa yang dimulai dari usia 0-4 tahun pertumbuhan sel jaringan otak pada anak mencapai 50% dimana bila pada usia itu otak anak tidak mendapat ransangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal (Depdiknas,2003:1). Periode golden age hanya terjadi seumur hidup dan tidak akan bisa diulang lagi, selain itu masa golden age juga terbatas hanya sampai usia 6 tahun. Namun bukan berarti pada masa ini orangtua harus menjejali anak dengan dengan berbagai pengetahuan yang memberatkan anak. Pengetahuan anak akan berkembang sesuai dengan dengan tahapan perkembangannya dan secara berkesinambungan. Menjejali anak dengan cara memaksa hanya akan membuat proses tersebut menghambat motivasi anak untuk belajar saat di sekolah. Menurut John locke mengatakan bahwa anak adalah seperti Tabula Rasa. Teori ini berpendapat bahwa anak lahir dalam keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Menurut Howard Gardner setiap anak adalah cerdas dan tugas guru adalah mengarahkannya agar anak menjadi cerdas. Berikut adalah beberapa karakteristik anak usia dini menurut Hartati, adalah sebagai berikut: 1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia yang ada di sekitarnya. Pada masa ini anak juga memiliki keingintahuan yang besar terhadap lingkungannya, sehingga anak kerap bertanya pada orang dewasa baik itu guru maupun orangtua tentang hal-hal yang dianggap menarik oleh anak. 2. Merupakan pribadi yang unik Secara umum pola perkembangan anak usia dini adalah sama, namun perlu disadari bahwa tiap-tiap anak memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Guru sebagai pendidik harus benarbenar memahami hal ini sehingga guru dapat memahami kebutuhan tiap-tiap anak dalam pembelajarannya. 3. Suka berfantasi dan berimajinasi 7

Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Untuk itu anak perlu untuk mendapatkan bimbingan agar dapat membedakan antara kenyataan dan fantasi, maupun fantasi dan imajinasi anak. 4. Masa paling potensial untuk belajar Pada usia 0-8 tahun perkembangan otak anak dapat mencapai 80%, sehingga jika anak diberikan stimulus yang dapat merangsang otak anak maka neuron dalam otak anak akan berkembang atau bercabang-cabang sehingga akan akan menjadi lebih cerdas. 5. Menunjukkan sikap egosentris Egosentris artinya berpusat pada aku, artinya anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain. 6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek Anak usia dini memiliki rentang daya konsentrasi pendek adalah dimaksudkan anak mudah teralihkan perhatiannya terhadapa hal lain yang lebih menarik. 7. Sebagai bagian dari makhluk sosial Anak usia dini mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya karena ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. PEMBAHASAN Berdasarkan uraian diatas jika dikaitkan dengan topik yang diangkat oleh penulis dapat dinyatakan bahwa adalah anak adalah karunia dan titipan dari Yang Maha Kuasa, dan sudah menjadi kewajiban dari orang tua untuk menjaga dan mendidik anak sehingga menjadi pribadi yang baik. Setiap anak memiliki keunikan masing-masing dan tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lain. Untuk memberikan pendidikan kepada anak dapat ditempuh melalui berbagai cara seperti melalui jalur pendidikan formal (taman kanak-kanak, raudatul, athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal (kelompok bermain, taman penitipan anak, atau bentuk lain yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Tetapi walaupun demikian bukan hanya semata tugas orang tua memasukkan anak ke dalam sekolah dan meninggalkan anak begitu saja kepada pihak sekolah. Untuk menciptakan anak yang kreatif, aktif dan memiliki nilai-nilai yang baik tentu tidak bisa dilakukan hanya melalui jalur formal tetapi perlu ada kesinambungan antara guru dan orang tua untuk 8

menciptakan lingkungan yang baik bagi perkembangan anak itu sendiri. Anak usia dini adalah pribadi yang mampu menyerap secara cepat apa yang terjadi di sekitarnya, sehingga perlu sangat berhati-hati jika bertindak ataupun berkata-kata di depan anak yang masih berusia kecil. Karena sangatlah mungkin anak akan mencontoh hal tersebut dan mereka melakukan hal tersebut tanpa tahu pasti tujuan dari perilaku yang mereka lakukan. Seperti yang dikatakan para ahli, John Locke mengatakan bahwa anak diibaratkan sebagai Tabula Rasa dimana maksudnya adalah anak lahir bagaikan kertas putih dan lingkungan memiliki pengaruh untuk membentuk karakter anak tersebut. Sehingga lingkungan dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang kelak akan membentuk karakter anak itu sendiri. Kemudian menurut Howard Gardner, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Dimana tak ada seorang pun yang memiliki kecerdasan sama persis, sehingga untuk meningkatkan kemampuan antara satu anak dengan anak yang lain tentu akan berbeda. Pendidikan anak usia dini menurut para ahli akhirnya memunculkan berbagai macam karakteristik dari anak usia ini sendiri. Diantara berbagai macam karakteristik tersebut antara lain adalah pribadi yang unik, menyukai fantasi dan juga imajinasi, memiliki keingintahuan yang besar, memiliki sisi egosentris yang cukup besar, masa paling potensial untuk belajar, memiliki tingkat konsentrasi yang cenderung pendek, dan juga sebagai bagian dari makhluk sosial. Dengan mengetahui karakteristik-karakteristik tersebut, diharapkan orang tua mampu membentuk kepribadian sang anak menjadi pribadi yang baik. Pendidikan yang baik dan ideal seharusnya sudah dilakukan semenjak anak lahir sampai anak menjadi dewasa dengan menggunakan pendekatan secara alamiah. Pendidikan anak usia dini menurut para ahli menganjurkan agar orang tua memberikan kebebasan sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian anak akan mampu menjadi diri sendiri dan mengeluarkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Tujuan utama dari pendidikan anak usia dini ini sendiri adalah untuk mewujudkan anak Indonesia dengan kualitas yang baik, serta dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan tingkat perkembangannya. Sehingga anak akan memiliki cukup kesiapan untuk menghadapi kehidupan di masa dewasanya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, peranan orang tua sangatlah berpengaruh bagi anak usia dini, karena orang tua adalah pendidik pertama bagi si anak. Orang tua bukan hanya bertugas menyekolahkan anak saja tetapi juga memiliki tugas untuk ikut terlibat baik secara emosi dan fisik pada kegiatan anak. Adapaun peranan orang tua dalam memfasilitasi minat 9

belajar sejak anak usia dini yaitu berperan sebagai fasilitator yang dimaksudkan adalah karena anak belum dapat hidup secara mandiri berarti orang tua lah yang berperan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak guna menunjang pendidikan maupun hal yang dilakukan oleh si anak. Tetapi sebagai fasilitator orang tua bukan hanya membelikan semuanya saja, tetapi juga melengkapi kira-kira peralatan apa saja yang memang diinginkan dan dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan si anak. Kemudian orang tua berperan sebagai motivator, orang tua disini lebih terlibat secara emosional dengan anak dengan cara memberikan dorongan-dorongan agar anak tetap memiliki minat belajar, membantu mengarahkan anak kepada hal yang menjadi potensi dari si anak itu sendiri. Dan yang terakhir orang tua berperan sebagai pembimbing, dimana disini pada awalnya orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan hal yang disukai tetapi kadang ada kalanya anak memiliki keterbatasan tertentu dan disinilah tugas orang tua untuk membantu si anak pada hal yang tidak dapat dikerjakan oleh anak. Tetapi tentulah menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan proses. Adapun kendala yang dihadapi oleh setiap orangtua berbeda antara satu dengan yang lain. Kendala yang dihadapi oleh orang tua dapat disebabkan oleh kendala intern dan ekstern. Dimana kendala intern diartikan sebagai suatu hambatan yang diakibatkan oleh faktor dari dalam keluarga dalam hal ini orang tua. Kesibukan orangtua dalam bekerja dan kurangnya waktu berkumpul dengan anak sehingga aktivitas anak sehari-hari kurang terkontrol dari pengawasan orang tua, dapat menjadi kendala bagi orangtua dalam membimbing anak. Sedangkan kendala ekstern yaitu suatu hambatan yang dihadapi oleh orangtua karena pengaruh dari luar seperti pesatnya arus globalisasi seperti adanya tayangan TV berupa film kartun yang menarik perhatian anak, permainan play station dan adanya game online serta terhambat oleh pengaruh lingkungan sekitar yaitu tertarik ajakan teman untuk bermain. Pada umumnya orangtua yang mempunyai anak usia 4 tahun menyatakan bahwa dalam mengasuh, membimbing, mengarahkan seorang anak supaya memiliki keinginan untuk belajar tidaklah mudah. Kemudian minat belajar tidaklah selalu stabil, melainkan selalu berubah, oleh karena itu perlu diarahkan dan dikembangkan kepada suatu pilihan yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat itu (Akhi Abdurahman, 2009:55) adalah faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri anak berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan, dan faktor ekstern adalah semua faktor yang ada diluar diri anak seperti keluarga, masyarakat dan sekolah. Sehingga untuk 10

mewujudkan harapan orang tua kepada anak dengan berbagai tangtangan yang ada baik dari orang tua itu sendiri maupun dari anak, dibutuhkan adanya peran yang tepat dari orang tua terhadap minat belajar anak sejak usia dini. KESIMPULAN Anak usia dini anak yang memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan dan mudah menyerap dari lingkungannya. Dimana tugas orang tua pun adalah menjaga dan mendidik anak sehingga anak memiliki karakter pribadi yang lebih baik. Karena orang tua adalah pengajar pertama yang ditemukan oleh anak sehingga orangtua dapat sebagai penentu akan bagaimana anaknya kelak. Memberikan pendidikan untuk anak bukan hanya dengan cara menyekolahkannya saja tetapi orang tua harus ikut andil dalam perkembangan belajar anak itu sendiri baik secara emosi maupun fisik. Orang tua dalam perkembangan anak memiliki peran sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing. Kemudian kelebihan tiap anak pastilah berbeda antara satu dengan yang lain, sehingga orang tua perlu tau betul karakteristik anak mereka. Sehingga orang tua dapat menentukan cara yang tepat bagi anak tersebut sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh anak. kendala pun tentu pasti akan dialami baik kendala intern dimana banyaknya kini orang tua yang bekerja yang menyebabkan kurangnya waktu bersama buah hati sehingga menimbulkan kurangnya waktu pengawasan terhadap anak, sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar seperti globalisasi di era yang modern yang menyebabkan anak dapat mengetahui hal-hal yang sebenarnya belum penting diketahui pada umur-umur tertentu. Saran diharapkan jika ada kendala-kendala yang dihadapi dicari solusinya seperti walaupun orang tua sibuk bekerja tetapi dapat menelfon di waktu orang tua bekerja, sehingga walaupun orang tua tidak hadir secara langsung anak tetap merasa bahwa orang tua mereka memperhatikannya. Kemudian untuk memberikan batasan-batasan kepada anak jika berada di rumah seperti hal menonton televisi. Dan para orang tua semakin memperluas pengetahuan mengenai karakteristik anak mereka masing-masing dan menggunakan informasi yang ada guna untuk menunjang kebutuhan anak. 11

REFERENSI Anwar. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia. Jakarta. Alfabeta Kartini, Kartono. 1992. Usaha Orang Tua Dalam Rangka Mendidik Anak Usia Sekolah. Jakarta : Penerbit Rajawali. Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi aksara Siti Aisyah et.al., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta: UniversitasTerbuka, 2011), h. 1.3. Wijaya, Mahendra Agung. 2010. Fasilitas Belajar yang diberikan Orangtua untuk Mendukung Proses Belajar Anak Usia Dini 12