BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soepartono (2000:6) sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

Pendidikan Jasmani Berbasis Masalah Gerak

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN PERMAINAN MODIFIKASI SISWA KELAS VIII A MTs NEGERI JOMBANG KAUMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. FIK UNY 2010

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

PENDEKATAN BERMAIN PADA POKOK BAHASAN LEMPAR CAKRAM UNTUK KETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Munzir*)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Yudanto

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. sesuatu yang diperlukan dalam pendidikan jasmani, mudah dipindahkan

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

baik, dengan aktivitas jasmanai sebagai wahananya.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aziz Fera Isroni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media membelajarkan siswa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET RING BALL SISWA SMP SE-KECAMATAN LUBUK RAJA OKU. Oleh: Daryono (Dosen Universitas PGRI Palembang)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pedidikan jasmani pada dasarnya bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. lancar sangat ditentukan oleh beberapa unsur antara lain guru, siswa,

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina kemampuannya agar berkembang secara maksimal. Menurut Syaripudin (2007:27) pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selanjutnya dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2003 dalam (Rasyidin, dkk 2007:25) disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, pendidikan merupakan proses yang dilakukan dengan sadar dan berencana dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga mendororng siswa untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Pendidkan jasamani merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan secara umum. Pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dalam proses pembelajaran, dalam hal ini guru berperan penting mendorong dan mengarahkan potensi serta kemampuan siswa. Dijelaskan oleh Mahendra (2003:3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Yudha, dkk (2008:40) pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik

2 sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Pendidikan jasmani merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi aktivitasnya sebagai manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai cita-cita kemanuisaan. Secara sederhana Lutan (2001: 15) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani itu tak lain adalah proses belajar untuk gerak, dan belajar melalui gerak. Sedangkan dalam ketetapan MPR NO. II/MPR/1988, yang dalam Sukintaka (1992:9) dijelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistemik menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani melalui aktivitas fisik, permainan dan kecabangan olahraga sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan siswa agar berkembang secara menyeluruh baik, fisik, mental, kognitif maupun sikap kepribadiannya. Seperti yang dijelaskan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:703) bahwa pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah dasar, bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga terpilih, 2) meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, 3) meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, 4) meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, 5) mengembangkan sikap sportif jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, 6) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan 7) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga dilingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif.

3 Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD Depdiknas (2008:28) meliputi aspek aspek sebagai berikut: a. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. b. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. c. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. d. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. e....dst. Berdasarkan KTSP di atas permainan bola kecil merupakan salah satu permainan yang wajib disampaikan di sekolah. Permainan bola kecil bermacammacam seperti kasti, kippers, tenis meja dan tenis lapangan. Kasti merupakan salah satu permainan bola kecil yang didalamnya terdapat unsur unsur penting yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga teknik bermain kasti, yaitu melempar, menangkap, dan memukul bola. Selain itu, mengandung aktivitas gerak seperti berlari, melempar, menangkap dan memukul, yang sangat mendukung pada kebugaran jasmani siswa terdapat pula nilai-nilai positif, seperti nilai kerjasama, menghargai lawan maupun kawan, tanggung jawab baik kepada tim maupun dirinya, menerima kekalahan, sportif, rasa sosial, percaya diri, jujur, taat peraturan dan berjiwa olahragawan sejati. Secara umum dalam proses belajar tujuan utamanya proses pembelajaran yang optimal lancar dan terlaksanana dengan baik. Menurut Syaiful (2007:61) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selanjutnya Sudjana (2008:8) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut :

4 Pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (siswa, peserta didik. Pelatihan, dll) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih dll) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Dengan demikian proses pembelajaran merupakan program yang dilakukan oleh guru dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajaran agar terlakasna dengan baik. Dalam proses pembelajaran tujuan utamanya yaitu memperoleh nilai atau hasil belajar yang optimal hasil belajar merupakan salah satu tolak ukur siswa memperoleh kemajuan dalam belajarnya. Hasil belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku siswa kea rah yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Slameto (2010: 3,4) menjelaskan ciri ciri perubahan tingkah laku yang terjadi, yaitu : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan (6) perubahan mencakup aspek tingkah laku. Selanjutnya dijelaskan pula oleh Slameto (2010:3-5) bahwa dalam proses belajar terjadi secara sadar, intinya bahwa seseorang atau individu dalam proses belajar menyadari adanya perubahan itu atau sekurang kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 1) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, intinya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, intinya dalam proses belajar perubahan perubahan itu senantiasa bertambah dan bertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. 3) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, intinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat menetap atau permanen. 4) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, intinya perubahan tingkah laku terjadi karena da tujuan yang akan dicapai. 5) Perubahan mencakup

5 aspek tingkah laku, intinya perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku baik sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang progresif baik mencakup perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dalam proses belajar terjadi secara disadari dan dirasakan oleh setiap individu, serta melalui tahapan tahapan yang terus meningkat dan hasilnya bersifat menetap. Berkaitan dengan hal tersebut, kendala yang timbul dalam pembelajaran permainan kasti disekolah yaitu sarana dan prasana yang digunakan membutuhkan area yang luas. Seperti kita ketahui bahwa permainan kasti berukuran panjang 60 m dan lebar 30 m sedangkan disekolah rata-rata tidak memiliki pelataran yang luas terutama untuk pembelajaran permainan yang membetuhkan area luas salah satunya yaitu permainan kasti ini. Seperti yang disampaikan oleh Lutan (2001:19) berbagai sebab yang membuat pendidikan jasmani kurang berkembang. Selain karena tidak didukung oleh sarana dan prasarana olahraga yang memadai, seperti pekarangan sekolah yang sempit, alokasi wakutnya juga sangat terbatas. Dengan kondisi demikian tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru penjas untuk tetap bisa melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk menerapkan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis. Pendekatan taktis yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada aktivitas permainan dengan memodifikasi permainan yang sesungguhnya kedalam permainan sederhana. Dengan harapan proses pembelajaran kasti dapat tetap terlaksana serta proses pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Disampaikan oleh Lutan (2001:32) Selain memberikan kemudahan pada guru, keuntungan dari pendekatan adalah pembelajaran konsep akademik dirasakan sangat menyenangkan oleh anak anak. Dengan demikian melalui proses pendekatan diharapkan siswa akan lebih terdorong dan semangat dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, dalam hal ini materi permainan kasti.

6 Pada dasarnya proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis lebih menekankan pada aktivitas permainan atau game dengan memodifikasi permainan sesungguhnya kedalam permainan-permainan sederhana mendorong siswa untuk memecahkan masalah yang terjadi pada saat bermain. Disampaikan Toto (2001 :1) menjelasakan bahwa pendekatan taktis lebih menekankan pada situasi bermain, yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Melalui pendekatan taktis permainan sesungguhnya dimodifikasi kedalam permainan yang sederhana baik peraturan permainan maupun media sarana dan prasarana yang digunakan. Dijelaskan oleh Griffin dan Butler dikutif dari Yunyun (2010:6) taktikal game disederhanakan kedalam tiga tingkatan pendekatan taktik yang difokuskan kepada tiga komponen dasar, diantaranya (1) memodifikasi dan mempermudah permainan, (2) mengembangkan kesadaran taktik, (3) mengembangkan keterampilan. Dengan demikian permainan kasti yang sesungguhnya bisa dimodifikasi dan disederhanakan sesuai dengan media sarana dan prasarana yang ada, hal ini bertujuan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani khusunya materi permainan kasti dapat terlakasana dengan baik. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti dengan tema Penerapan pendekatan taktis terhadap hasil pembelajaran permainan kasti di SDN Sukamandi II. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana upaya penerapan pendekaran taktis terhadap hasil pembelajaran permainan kasti di SDN Sukamandi II? C. Tujuan Tujuan penelitian ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan umum penelitian

7 adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran permainan bola kecil kasti terhadap pembentukan nilai kerjasama di SDN Sukamandi II. Selanjutnya tujuan khusus, diuraikan sebagai berikut : 1. Ingin megetahui hasil pembelajaran kasti siswa melalui pendekatan taktis 2. Ingin megetahui perubahan hasil pembelajaran kasti yang terjadi pada siswa setelah proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan taktis D. Manfaat Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis diaharapkan dapat menambah pemahaman dan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Sebagai gambaran dan rujukan bagi guru pendidikan jasmani tentang hasil pembelajaran siswa 2. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajan pendidikan jasmani di sekolah 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani untuk lebih memahami pendekatan yang sesuai dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan E. Batasan Penelitian Agar proses penelitian ini sasarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini berpedoman dari latar belakang serta untuk menghindari timbulnya penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas maka batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Permasalahan yang akan diteliti yaitu untuk mengetahui hasil penerapan pendekatan taktis terhadap hasil pembelajaran kasti di SDN Sukamandi II. 2. Sampel penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN Sukamandi II sebanyak 40 orang dipilih secara random.

8 3. Lokasi penelitian adalah di SDN Sukamandi II. F. Defenisi Oprasional Untuk menghindari salah penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian, berikut akan dijelaskan mengenai istilah istilah yang digunakan dalam pelaksnaan penelitian dibawah ini: 1. Pembelajaraan; menurut Sudjana (2008:8) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut : Pembelajaran dapat diberi arti sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (siswa, peserta didik. Pelatihan, dll) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih dll) yang melakukan kegiatan membelajarkan. 2. Pendekatan taktis menurut Toto (2001:1) menjelasakan bahwa pendekatan taktis lebih menekankan pada situasi bermain, yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. 3. Permainan kecil atau bola kecil merupakan permainan yang memakai bola kecil (Ajang, dkk. 2010 : 26)