BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengelola kinerja merek adalah Konsumen dapat menyadari akan level

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pasar (marketdriven).

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Yasin (2014) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik,

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan pada lingkungan yang bersifat dinamis. Bentuk persaingan salah

Kata Kunci: CSR, Corporate Reputation, Brand Equity, Customer Satisfaction

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Corporate Social Responsibility (CSR) sering disebut sebagai suatu program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. usaha di dunia termasuk Indonesia. Persaingan-persaingan yang terjadi terutama berupa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari penelitian terdahulu dari Faculty of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu jembatan penghubung antara perusahaan dan customer-nya. Merek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lingkungan senantiasa terjadi secara terus menerus dalam dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan macam-macam pilihan dan keistimewaannya. mereka dalam kaitannya menghadapi persaingan yang ketat dengan competitor.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pertempuran persepsi konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya mudah untuk di dapatkan oleh konsumen sasaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2013). Adapun sektor-sektor yang termasuk ke dalam industri minuman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjaga reputasi lebih kompleks daripada sekedar menjual produk atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjual produk / jasa yang berkualitas, pengiriman barang tercepat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK HANDPHONE DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mementingkan merek merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia bisnis dan usaha di Indonesia saat ini sangatlah berkembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu menjadi rujukan dalam menulis penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam ditawarkan kepada konsumen sehingga persaingan bisnis berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat menuntut semua. pihak, baik individu, kelompok, maupun perusahaan menyesuaikan diri.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan persaingan bisnis dan meningkatnya era perkembangan teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ramah lingkungan. Bahkan sebagian besar limbah produk tersebut yang tidak

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan unit bisnis nya masing-masing. Salah satu cara mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan public relations. Dalam pelaksanaan kegiatan community relations,

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

I. PENDAHULUAN. suatu perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar. Hal ini memicu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan globalisasi yang semakin meluas dewasa ini

Integrated Marketing Communication I

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Pemasaran Terpadu (IMC)

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II TINJAU PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia bisnis baik pada

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu komunikasi merupakan salah satu dari bentuk kegiatan sehari-hari

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggannya. Perusahaan berlomba-lomba menerapkan strategi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dianggap penting karena dinilai mampu meningkatkan kompetensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja digunakan perusahaan sebagai alat pantau dari suatu rencana. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja organisasi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi keberlangsungan hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan dilihat dari waktu yang digunakan se-efisien dan se-efektif. Manajer akan memperhatikan kinerja organisasi apakah kinerja organisasi tersebut mencapai standar yang telah ditetapkan atau tidak. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa akumulasi hasil akhir dari semua organisasi adalah proses dan aktivitas kerja. Hal ini sangat kompleks namun konsep ini sangat penting untuk diketahui dan manajer perlu untuk mengerti faktor yang berkontribusi tinggi dalam kinerja organisasi. Kinerja terbagi berdasarkan kinerja organisasi secara keseluruhan dan kinerja sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen dalam perusahaan (pemasaran, keuangan, operasi, dan sumber daya manusia). Penelitian ini lebih menekankan pada ukuran kinerja organisasi secara keseluruhan dan ukuran kinerja di bidang pemasaran. Menurut Robin & Coutler (2005), 1

2 ukuran kinerja organisasi secara keseluruhan dapat diukur dengan produktivitas, efektifitas, dan ranking organisasi yang berbentuk reputasi. Robin & Coutler (2005) menjelaskan produktivitas adalah output keseluruhan dari barang atau jasa yang dihasilkan dan dibagi dengan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Jika perusahaan ingin menjadi produktif, barang dan jasa yang diproduksi menggunakan sedikit mungkin jumlah input. Output diukur dengan pendapatan yang diterima organisasi dari penjualan barang dan jasa yang dijual. Adapun rumus dari pernyataan tersebut adalah harga jual kali angka penjualan. Input diukur dengan biaya perolehan dan mengubah sumber daya organisasi dalam output. Hal tersebut didukung oleh Lovelock & Wirtz (2008) yang mengatakan bahwa produktivitas melibatkan penilaian keuangan dari output ke input. Robin & Coutler (2005) juga menjelaskan efektivitas merupakan ukuran seberapa kesesuaian tujuan organisasi yang telah dicapai dan seberapa baik organisasi mencapai tujuan tersebut. Sementara Lovelock & Wirtz (2007) mengatakan bahwa efektivitas melibatkan perbandingan dengan standar yang biasanya didasarkan oleh waktu. Peringkat setiap perusahaan ditentukan oleh langkah-langkah atau tindakan kinerja yang spesifik (Robin & Coutler 2005). Selanjutnya, penelitian ini lebih menekankan kinerja pemasaran. Kotler & Keller (2012) menjelaskan ukuran kinerja pemasaran yang lebih dikenal dengan performance marketing dapat diukur antara lain: brand

3 equity, customer equity, sales revenue, ethics, environment, legal, dan community. Penelitian ini lebih menekankan pada ukuran kinerja perusahaan yang berbentuk reputasi perusahaan (corporate reputation) dan ukuran kinerja pemasaran yang berbentuk ekuitas merek (brand equity). Perusahaan akan diuntungkan apabila memiliki reputasi yang baik, karena konsumen akan melihat reputasi tersebut. Apabila reputasi suatu perusahaan baik, maka kinerja perusahaan yang bersangkutan juga akan memiliki penilaian yang baik. Sementara brand equity yang baik akan membuat perusahaan dikenal oleh konsumen. Brand equity merupakan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah merek dari sebuah produk yang diterima oleh konsumen yang dapat menimbulkan perasaan tertentu dalam pribadi konsumen. Brand equity yang bernilai positif di benak pelanggan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap suatu merek produk tertentu, sebaliknya ekuitas merek yang bernilai negatif dapat mengurangi loyalitas pelanggan. Corporate reputation adalah sebuah konsep dalam Public Relations (PR) yang sulit didefinisikan secara tegas. Reputasi adalah intangible asset yang sulit diukur dan dijelaskan keberadaannya karena reputasi bukan sebuah produk yang dapat dilihat. Hal ini didukung oleh (Hsu, 2012) yang mendefinisikan corporate reputation sebagai gambaran mengenai persepsi dari masing-masing stakeholders tentang

4 seberapa baik perusahaan memberikan respon dalam memenuhi permintaan dan harapan seluruh stakeholders perusahaan. Keberadaan reputasi yang baik dapat memperkuat posisi perusahaan ketika berhadapan dengan pesaing. Hal ini didukung oleh MacNamara (2006) yang menyatakan bahwa organisasi yang berorientasi profit maupun organisasi nirlaba perlu memiliki reputasi yang baik. Menurut Muhadjir dan Qurani (2011), reputasi yang baik membawa berbagai manfaat, baik pada saat organisasi sedang mapan maupun pada saat organisasi menghadapi berbagai macam krisis. Namun, kebanyakan kasus menunjukkan bahwa manajemen reputasi ternyata bukan pekerjaan mudah, dan kebanyakan perusahaan belum memahami dan menerapkan pentingnya manajemen reputasi. Reputasi yang baik dari suatu organisasi mempunyai dampak yang menguntungkan dan dapat dijadikan aset perusahaan. Sedangkan, reputasi yang buruk merugikan organisasi. Reputasi yang baik berarti publik mempunyai kesan positif pada organisasi. Sedangkan reputasi yang buruk berarti publik memiliki kesan negatif. Dengan demikian, perusahaan perlu melakukan manajemen reputasi. Menurut Kamaludin (2010), membangun reputasi memang tidak sama dengan memperbaiki kembali bangunan yang telah hancur. Berbagai faktor kepercayaan publik yang sangat kental melekat di dalammya sehingga bila reputasi sebuah perusahaan buruk dimata konsumen, maka kepercayaan konsumen yang melekat itu lepas dengan cepat dan untuk

5 membangunnya kembali membutuhkan waktu yang lama. Citra perusahaan yang baik tidak dapat dibeli namun didapat oleh perusahaanperusahaan yang memiliki reputasi baik. Sagala (2012) menjelaskan bahwa perusahaan dengan reputasi baik memiliki 6 (enam) hal positif yaitu: hubungan yang baik dengan pemuka masyarakat, hubungan positif dengan pemerintah setempat, risiko krisis yang lebih baik, rasa kebanggaan dalam organisasi diantara khalayak sasaran, saling pengertian antara khalayak sasaran baik internal maupun eksternal, dan meningkatkan kesetiaan para staf perusahaan. Selain memperkuat reputasi, perusahaan juga perlu melakukan persaingan dalam meningkatkan brand equity. Menurut Kotler & Keller (2012), definisi brand equity terbagi menjadi 2 (dua) sudut pandang yaitu sudut pandang company dan sudut pandang customer. Company based brand equity mendefinisikan brand equity sebagai nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Hal ini dapat tercermin dari cara konsumen berfikir, merasakan, dan bertindak sehubungan dengan merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas merek tersebut. Sementara customer based brand equity mendefinisikan brand equity sebagai dampak dari pengetahuan merek yang berbeda dan direspon oleh konsumen secara subjektif melalui aktivitas pemasaran merek yang dilakukan oleh perusahaan Menurut Kotler & Keller (2012), merek yang memiliki customer based brand equity positif ketika konsumen memberikan reaksi lebih baik

6 pada produk tersebut dan bagaimana cara merek tersebut dipasarkan, diidentifikasi, dan ketika tidak diidentifikasi. Merek memiliki customer based brand equity negatif jika konsumen bereaksi kurang menyenangkan dalam kegiatan pemasaran merek dalam situasi yang sama. Vindy (2006) menjelaskan bahwa merek harus memiliki kualitas yang lebih sehingga dapat dikenal dan memiliki keunikan. Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi oleh pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli konsumen. Konsumen biasanya tidak menjalin relasi dengan barang atau jasa tertentu, namun sebaliknya membina hubungan yang kuat dengan merek spesifik. Vindy (2006) juga menjelaskan bahwa merek harus mengandung aset dan kewajiban yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan perusahaan tersebut (brand equity). Produk yang memiliki brand equity yang kuat mampu bersaing, merebut, dan menguasai pasar. Selain itu, brand equity harus berfokus pada konsumen karena kekuatan sebuah merek terletak pada apa yang dipelajari, dirasakan, dilihat dan didengarkan konsumen tentang merek tersebut sebagai hasil pengalamannya dari sepanjang waktu. Bagi pihak konsumen terkadang membingungkan dalam memilih merek. Berbagai merek memberikan manfaat yang serupa sehingga brand equity menjadi dasar pertimbangan yang utama. Pihak produsen perlu menyadari bahwa produk merupakan benda mati, sedangkan yang memberi nyawa dari suatu produk adalah merek, sehingga suatu merek

7 sangat penting untuk dikelola sehingga konsumen akan selalu loyal pada produk tersebut (Augustine, 2010). Nurcahya (2012) mengatakan bahwa jika corporate reputation baik di benak konsumen, maka brand equity akan baik dan sebaliknya. Merek menggambarkan apakah corporate reputation tersebut dihormati oleh masyarakat dan membangun kepercayaan kepada produk perusahaan tersebut. Menurut Hsu (2012), perusahaan yang berhasil membangun reputasi yang baik dan memiliki brand equity yang baik membuat konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian produk atau jasa di perusahaan tersebut dan merupakan kesempatan perusahaan untuk menarik konsumen serta mendapatkan konsumen yang loyal pada perusahaan dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen. Menurut Donio et al (2006), memastikan customer satisfaction merupakan suatu standar minimum yang harus diupayakan karena customer satisfaction itu adalah awal dari pelanggan yang loyal. Kotler (2000) menjelaskan bahwa customer satisfaction merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang ia rasakan dengan harapannya. customer satisfaction sangat tergantung pada persepsi dan harapan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen ketika melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian suatu

8 barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang atau jasa tersebut serta pengalaman teman-teman yang telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Selain customer satisfaction, Menurut Kim et al (2010) dalam Hsu (2012), corporate reputation dan brand equity dapat diperoleh perusahaan dengan cara menarik perhatian konsumen melalui program-program sosial perusahaan atau biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Hsu (2012) menjelaskan program CSR yang dilakukan oleh sebuah perusahaan merupakan suatu keunggulan kompetitif karena CSR membedakan suatu perusahaan dari perusahaan lainnya. Penggunaan program CSR dapat digunakan untuk produk atau jasa. CSR akan melibatkan research & development dan iklan untuk menghasilkan corporate reputation dan brand equity. Hsu (2012) juga menjelaskan bahwa CSR adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan di sekitar perusahaan itu berada. Program CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan merupakan strategi perusahaan untuk memperoleh keutungan yang lebih yaitu: meningkatkan citra perusahaan, memperkuat brand perusahaan, membedakan perusahaan dengan pesaing, dan menghasilkan inovasi strategi baru pada perusahaan tersebut. Hal ini didukung oleh Merrick Dodd (2011) dalam Hsu (2012) yang menjelaskan bahwa CSR merupakan

9 kepedulian perusahaan menyisihkan sebagian profitnya bagi kepentingan pembangunan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan merupakan strategi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan lainnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai peranan CSR, Customer Satisfaction, Corporate Reputation, dan Brand Equity maka peneliti mengambil judul Pengaruh Corporate Social Responsibility pada Brand Equity dan Corporate Reputation:Customer Satisfacion Sebagai Variabel Mediasi (Studi pada: Mahasiswa/i ) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh CSR pada customer satisfaction? 2. Apakah terdapat pengaruh CSR pada corporate reputation? 3. Apakah terdapat pengaruh CSR pada brand equity? 4. Apakah terdapat pengaruh customer satisfaction pada corporate reputation? 5. Apakah terdapat pengaruh customer satisfaction padabrand equity? 6. Apakah terdapat pengaruh CSR pada corporate reputation dimediasi oleh customer satisfaction? 7. Apakah terdapat pengaruh CSR pada brand equity dimediasi oleh customer satisfaction?

10 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari adanya penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada customer satisfaction 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada corporate reputation 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada brand equity 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh customer satisfaction pada corporate reputation 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh customer satisfaction pada brand equity 6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada corporate reputation dimediasi oleh customer satisfaction 7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh CSR pada brand equity dimediasi oleh customer satisfaction 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi perusahaan dan akademisi. Bagi Corporate Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan melakukan penilaian kinerja organisasi apakah sudah sesuai standar yang telah ditetapkan atau tidak sesuai standar. Selain itu,

11 perusahaan dapat mengembangkan program CSR dan mempermudah perusahaan untuk mengetahui standar customer satisfaction berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi CSR. Apabila CSR mempengaruhi customer satisfaction, perusahaan lebih baik meningkatkan program CSR tersebut untuk meningkatkan corporate reputation dan brand equity. Selain itu, perusahaan dapat mengetahui apakah dengan adanya CSR, corporate reputation menjadi lebih baik atau tidak. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembelajaran penilaian kinerja suatu organisasi dan untuk mengetahui seerapa besar corporate reputation dan brand equity memberikan dampak dan pengaruh kepuasan pada konsumennya, sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih menggali lagi faktorfaktor apa saja yang dapat memberikan pengaruh pada corporate reputation dan brand equity. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membuat akademisi mengerti bahwa corporate reputation dan brand equity sangat penting bagi perusahaan dalam menjaga loyalitas konsumen.