1. BAB I 2. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. BAB V 2. KESIMPULAN DAN SARAN

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

1. BAB III 2. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAWASLU. Pemungutan Suara. Perlengkapan. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Pencabutan.

FORMULIR PEMANTAUAN AKSES PEMILU BAGI PENYANDANG DISABILITAS PEMILUKADA TAHUN Nama Pemantau : [ L / P ] No. TPS : Alamat Lengkap : Kel :

BERITA NEGARA. BAWASLU. Perlengkapan. Pemungutan Suara. Perencanaan. Pengadaan. Pendistribusian. Pengawasan. Tata Cara.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ruang lingkup surat edaran ini meliputi terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan UUD 1945, dalam Pasal 28 D (1) Setiap orang berhak atas

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

No.851, 2014 BAWASLU. Perhitungan dan Pemungutan. Suara. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

No.852, 2014 BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Perolehan Suara. Rekapitulasi. Pengawasan.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara;

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ketentuan ayat (1) Pasal 14 diubah dan Pasal 14 ayat (2) huruf e dan huruf f dihapus sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut:

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BERITA NEGARA. BAWASLU. Pemilihan Umum. Anggota DPR. Luar Negeri. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

IDENTITAS RESPONDEN (KERAHASIAAN TERJAMIN) Nomor Angket :... (Diisi peneliti)

Peraturan...

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

2 Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur Bupati dan Walikota Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2012

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

- 2 - Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 137);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Luar Negeri. Pengawasan.

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintaha

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 43/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DAFTAR INFORMASI PUBLIK KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KOTA BANDA ACEH

HASIL PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEMILU AKSES PILKADA DKI JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sila keempat Pancasila, yaitu. Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undangundang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

Walikota dan Wakil Walikota;

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

RENCANA PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2017 NO JUDUL RANCANGAN PERATURAN UNIT KERJA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BENGKULU SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV PENUTUP. KPU RI terkait fasilitasi penyandang Difabel. Perbaikan dalam. enggannya Difabel berpartisipasi saat pemilu. Perbaikan di KPU Kota

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

Transkripsi:

1. BAB I 2. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penyandang cacat memiliki hak yang sama, yang melekat karena kelahirannya dan sebagai warga negara, baik ekonomi, sosial, budaya dan politik. Pernyataan Konverensi Internasional Tentang Hak Memilih bagi Penyandang Cacat di Stockholm Swedia pada tanggal 14-17 September 2002. Dengan mengacu pada ketentuan Perjanjian Hak Sipil dan politik Internasional 1966, Pernyataan Hak Memilih mengukuhkan fakta bahwa para warga negara penyandang cacat fisik, saraf, mental atau kejiwaan memiliki hak dan peluang: Untuk mendapatkan akses berdasarkan persyaratan persamaan hak yang umum untuk melaksanakan kegiatan bermasyarakat baik secara langsung atau melalui wakil yang dipilih secara bebas. Berperan berdasarkan persyaratan persamaan hak yang umum untuk melaksanakan pemilihan umum. Mendaftar bagi, dan untuk memberikan hak suara dalam pemilihan secara murni dan berkala, pemungutan suara dan yang bersifat plebisit berdasarkan hak pilih yang sama. Memberikan suara melalui surat suara secara rahasia. Dan memilih, dipilih, dan melaksanakan mandat pada saat dipilih. Berdasarkan peraturan-peraturan yang ada baik internasional, nasional bahkan daerah, keikutsertaan penyandang cacat dalam pemilihan kepala daerah menjadi sebuah keniscayaan, karena mereka adalah warga negara, yang tentu dengan predikatnya sebagai warga negara berbagai aturan negara mengikatnya, 1

misalnya saja terkait asas pemilihan langsung, bebas dan rahasia (LUBER) dan jujur dan adil (JURDIL), penyandang cacat dengan berbagai hambatannya tetap dalam keikutsertaannya dalam pemilihan harus menggunakan asas tersebut, sebagai contoh jika seorang tunanetra mengikuti pemilihan, dia harus dibiarkan memilih sendiri tanpa ditemani, dikarenakan hambatannya mengakibatkan hal itu sulit dilakukan, oleh karena itu komisi pemilihan umum (KPU) harus menyediakan aksesibilitas bagi penyandang cacat, agar mereka dapat mengikuti pemilihan sesuai dengan aturan. Pengadaan aksesibilitas bukan bertambahnya fasilitas yang harus diadakan KPU, karena hal itu sama saja dengan diadakannya fasilitas bagi pemilih pada umumnya. Dalam menjamin hak memilih penyandang cacat idealnya, mulai dari pendataan, kampanye, proses pemilihan dan pengumuman hasil pemenang, KPU menyediakan aksesibilitas, misal disaat pendataan calon pemilih, didalam format isian seharusnya mencantumkan jenis kecacatan sehingga mudah dalam pemberian aksesibilitas ketika pemilihan. Begitupun ketika kampanye, calon seharusnya mengenalkan dirinya kepada para penyandang cacat dengan baik, jangan sampai mereka tidak tahu siapa yang akan dipilihnya. Ketika pemilihan mulai dari jalan menuju tempat pemungutan suara (TPS), ukuran bilik suara harus dapat diakses oleh penyandang cacat, misalnya ukuran bilik suara yang lebar yang dapat dimasuki oleh para pengguna kursi roda. Saat hak memilih bagi penyandang cacat memang belum diperhatikan lebih serius, buktinya pada pemilihan kepala daerah disetiap daerah belum memberikan 2

aksesibilitas bagi pemilih penyandang cacat, misalnya saja di Sulawesi Selatan berdasarkan berita di situs KPU, lima KPUD-nya di demo oleh pemilih penyandang cacat, karena dianggap mengabaikan hak memiih penyandang cacat. Kelima KPUD yang menjadi sasaran itu adalah KPUD Barru, Soppeng, Bulukumba, Tator, dan Luwu Timur. Salah satu misalnya terkait asas pemilihan yaitu LUBER (langsung, bebas dan rahasia) dan JURDIL (jujur dan adil), sepertinya belum terimplementasikan dengan baik, contoh tiak diterapkannya asas LUBER adalah yang terjadi di barru, pemilih penyandang cacat yang berbama Daeng Mabitte dan penyandang tunanetra lainnya, mengaku datang ke TPS waktu hari pencoblosan, tetapi dia hanya ditanya oleh petugas TPS setempat untuk dicobloskan. Banyak kejadian yang menunjukan belum aksesibilitasnya di tempat pemungutas suara (TPS) bagi penyandang cacat, misalnya Seorang pengguna kursi roda, pada Pemilu 1999 terpaksa harus turun dari kursi rodanya dan merangkak ke dalam bilik suara oleh karena pintu bilik suara tidak cukup lebar buat kursi roda, serta letak bilik suara tersebut pada area yang tidak bisa dilalui oleh kursi roda, contoh lainnya etika hari pemungutan suara, seorang tunanetra hanya ditawari memilih partai apa, yang mencoblos adalah petugas, dan hal itu dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, dengan mengarahkan pada partai tertentu hal ini menunjukan JURDIL belum dirasakan oleh pemilih penyandang cacat.. Saat ini akses penyandang cacat dalam politik sangat kecil, dan hal itu menjadi lebih kecil lagi karena saat ini yang memperjuangkannya adalah kaum 3

penyandang cacat sendiri, masih kecilnya peran masyarakat umum yang ikut memperhatikan, bahkan pendidikan luar biasa (PLB) pun kajiannya masih mengenai spesialisasi, sedangkan mengenai advokasi hak-hak penyndang pada area publik belum ada pembahasan hal ini semakin menambah termarjinalkannya hak-hak kaum penyandang cacat. Terkait mahasiswa PLB yang pada dasarnya dicetak untuk menjadi seorang guru, bukan berarti harus berkutat pada masalah dikelas saja, karena menurut Didi Tarsidi, M. Ed berdasarkan hasil konverensi internasional seorang guru adalah advocate berdasarkan hal itu seharusnya para lulusan PLB ikut menyiapkan lingkungan yang ramah bagi penyandang cacat, bukan hanya di kelas. Oleh karena itu peneliti sebagai mahasiswa PLB, memilih penelitian mengenai hak-hak penyandang cacat diarea pubik, sebagai penggagas kajian ke- PLB-an pada wilayah hak-hak publik penyandang cacat, khususnya hak memilih bagi penyandang cacat, hal ini dilakukan karena melihat masih belum optimalnya pemenuhan hak penyandang cacat terutama haknya memilih dalam pemilihan kepala daerah (PILKADA), karena jika hak-hak penyandang cacat yang tidak diberikan dibiarkan, akan mengakibatkan semakin termarjinalkannya eksistensi penyandang cacat di masyarakat. 1.2 FOKUS PENELITIAN Yang menjadi focus dalam penelitian ini adalah proses penyelenggaraan pilkada, yang akan terbagi bagi tiga tahap yaitu Pra Pilkada (tahap persiapan), Pelaksanaan Pilkada dan Pasca Pilkada (setelah pilkada). 4

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Untuk mengoperasionalkan fokus penelitian ini dirumuskan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada pra pilkada? 1. Bagaimana proses pendataan yang dilakukan? 2. Bagaimana pendataan bagi pemilih penyandang cacat? 3. Berapa jumlah pemilih penyandang cacat yang memilih? 4. Apakah kartu pemilih bagi tunanetra dibedakan dengan yang awas? 5. Apa yang dimaksud dengan pemilih khusus? 6. Apakah KPU memberikan informasi kepada penyandang cacat secara khusus, sesuai dengan jenis kecacatannya? 7. Bagaimana bentuk sosialisasi bagi pemilih penyandang cacat? b. Bagaimanakah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada saat pilkada? 1. Apakah KPU menyediakan fasilitas aksesibilitas bagi penyandang cacat di TPS? 2. Apakah KPU memberikan petunjuk jalan untuk menuju TPS? 3. Apakah KPU menyediakan bilik suara yang dapat diakses oleh penyandang cacat? c. Bagaimanakah aksesibilitas bagi penyandang cacat pada pasca pilkada? 1. Apakah KPU melibatkan penyandang cacat dalam perhitungan suara? 2. Apakah KPU memberikan informasi secara khusus terkait pemenang pilkada kepada penyandang cacat? 5

1.4 TUJUAN DAN KEGUNAAN PNELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat pada pilkada di kota Cimahi.. Kegunaan hasil penelitian, untuk memperoleh data dan informasi tentang Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat pada Pemilihan Kepala Daerah, juga menjadi rekomendasi bagi pelaksanaan pemilihan kepala daerah di tempat lain seperti Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat, atau pemilihan presiden dan anggota dewan. 1.5 DEFINISI KONSEP Yang dimaksud dengan aksesibilitas bagi penyandang cacat dalam pemilihan kepala daerah adalah segala fasilitas yang disediakan sebagai kemudahan, agar pemilih penyandang cacat dapat memilih dengan nyaman dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini ditunjukan dengan adanya kemandirian pemilih penyandang cacat dalam memilih, atau meminimalisir bantuan orang lain bagi penyandang cacat. 1.6 METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tempat pada penelitian ini adalah di kota Cimahi yang telah melaksanakan pemilihan walikota dan wakil walikota pada tanggal 8 September 2007, yang saat ini telah memiliki walikota baru, berdasarkan hasil dari pemilihan tersebut. 6

Data penelitian berasal dari narasumber dan arsip/dokumen instansi terkait. Yang menjadi narasumber adalah komisi penyelenggara pemilu (KPU), pemilih penyandang cacat dan tim kampanye pasangan calon. Teknik pengumpulan data didasarkan pada prinsip yang dianjurkan oleh Naturalictic Approach yang melekat pada tradisi ilmu sosial (Lofland & Lofland, 1984) mengarah pada situasi dan kondisi setting penelitian, kejadian yang dialami oleh subyek penelitian individu atau kelompok atas dasar latar belakang (biografi, histori dan hubungan) personal atau kelompok yang terjalin. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis interaktif (Miles & Huberman, 1974). Pengujian keabsahan data yang diperoleh pada penelitian ini dengan cara triangulasi. Triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif 7