BAB I PENDAHULUAN. produksi) dan mutu proses (teknologi). Demikian juga halnya untuk laman mutu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjalankan sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasiorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kemajuan Sekolah di SMP Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I VISI, MISI, NILAI, TUJUAN, SASARAN. 1.1 Visi Menjadi institusi pendidikan di bidang Gizi Kesehatan yang bermutu internasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kepala Sekolah SMA Masehi Jepara dalam kaitangnya dengan kompetensi kepemimpinan.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. menentukan karena guru adalah the man behind the gun yang memungkinkan

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi dan memegang peranan penting dalam. upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui peningkatan dan

RKAT PENGEMBANGAN FH UII 2018: OPTIMALISASI INTEGRASI BERBASIS STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PRA RAKORJA TENDIK & DOSEN FH UII 1 & 2 AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, intelektual dan teknologi. Ini merupakan aset untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

MAKALAH MENINGKATKAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

PERANCANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UMS

BAB I PENDAHULUAN. (2008:28) mengemukakan guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang ikut menentukan kemajuan suatu negara. Pendidikan juga

RKAT PENGEMBANGAN FH UII 2018: OPTIMALISASI INTEGRASI BERBASIS STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI PRA RAKORJA TENDIK FH UII 1 AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran terhadap mutu produk, baik produk barang maupun produk jasa, merupakan icon tersendiri di abad milenium ini. Tidak terkecuali, tuntutan mutu juga terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana mutu produk pada umumnya, bahwa mutu produk dihasilkan dari serangkaian proses produksi yang bemutu. Mutu bahan baku, mutu pemroses (mesin, sarana dan prasarana, fasilitas produksi) dan mutu proses (teknologi). Demikian juga halnya untuk laman mutu produk pendidikan. Sukmadinata, dkk. (2006) dalam buku Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menangah menenagarai bahwa semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan: pengajaran, kompetensi guru, manajerial pendidikan, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan dan dukungan dari pihak-pihak terkait berujung pada rendahnya mutu pendidikan tercermin pada rendahnya mutu lulusan. Faktor pemantik kesadaran untuk menyelenggarakan pendidikan bermutu di Indonesia di era reformasi ini boleh jadi karena adanya laporan Bank Dunia per 23 September 1998 yang bertajuk, Education in Indonesia: From Crisis to Recovery. Selanjutnya laporan tersebut oleh Biro Agama dan Pendidikan Bappenas ditanggapi dengan memprakarsai pertemuan para pakar pendidikan Indonesia dari unsur Kemenag dan Kemendiknas untuk membahas dan menjadikan laporan dan 1

2 rekomendasi Bank Dunia sebagai landasan dalam pembangunan pendidikan Indonesia di masa depan. Di sisi lain, temuan mengenai mutu pendidikan Indonesia yang berada di bawah kans, seperti peringkat perguruan tinggi yang berada di atas peringkat 100 dunia serta standar nilai kelulusan Ujian Nasional yang masih rendah dibanding dengan negara-negara lain, juga mutu sekolah yang masih relatif rendah dilihat dari standar minimal. Berkaitan dengan itu maka Kemendiknas mengusung isu peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan dan pencitraan publik sebagai isu sentral pendidikan nasional Indonesia di era reformasi ini. Sementara tingkat mutu pendidikan nasional di satuan pendidikan dapat diukur berdasarkan standar nasional pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Dimana Pasal 2 Peraturan tersebut secara terperinci menyebutkan ruang lingkup Standar Nasional Pendidikan yang meliputi : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Adapun pengendalian mutu pendidikan di satuan pendidikan dilakukan melalui evaluasi, akreditasi dan sertifikasi. Sehingga mutu pendidikan sekolah salah satunya dapat dilihat dari perolehan nilai atau jenjang akreditasi dari Badan Akreditasi Sekolah (BAS). Melihat peran dan pemeran mutu pendidikan di Sekolah sebagai perusahaan jasa, Kepala Sekolah sebagai pemimpin produksi, Guru sebagai mesin produksi, tenaga kependidikan sebagai penyangga (buffer) proses produksi, serta Siswa dan kurikulum sebagai bahan produksi, maka peningkatan mutu pendidikan sekolah

3 sangat tergantung pada peran kepemimpinan Kepala Sekolah dan kompetensi Guru, khususnya kompetensi profesional guru. Sebab bahan baku pendidikan yang bermutu (siswa) di sekolah tidak akan mungkin diolah, sesuai arah kurikulum hingga memiliki added values dan menjadi produk pendidikan dengan mutu yang lebih meningkat dari sebelumnya, kecuali melalui SDM yang bermutu. Dalam hal ini adalah kompetensi profesional guru. Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah, dan kepemimpinan kepala sekolah merupakan usaha atau cara kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan guru, staf, siswa, orangtua siswa, dan pihak lain yang terkait agar mau bekerja atau berperanserta guna mencapai tujuan sekolah. Oleh karenanya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan (mutu) pendidikan sekolah. Halimah (2008:8) menyatakan : Di negara manapun, guru diakui sebagai suatu profesi. Guru diagungkan, disanjung, dikagumi karena perannya yang sangat penting. Namun peran ini, menurut Gerstner, akan berubah di masa depan, yakni di abad ke-21. Perubahan berpusat pada pola relasi antara Guru dengan lingkungannya, seperti dengan sesama guru, dengan siswa, dengan orangtua, dengan kepala sekolah, dengan teknologi, dan dengan karirnya sendiri. Guru akan lebih tampil tidak lagi sebagai pengajar (teacher) seperti menonjol fungsinya selama ini, melainkan sebagai pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka guru semakin dituntut untuk profesional dalam melakukan tugas utamanya. Sebagaimana dinyatakan pula dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional

4 Bab XI, Pasal 39 ayat 2, bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Gertsner, dkk (1995) dalam bukunya Reinventing Education dalam Aqib (2010:146) membuat statemen yang lebih menantang, bahwa sekolah masa depan memiliki ciri-ciri: (a) Kepala Sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan pendidikan, (b) Memiliki visi, misi, dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas, (c) Guru-guru yang kompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif, (d) Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran serta dalam menunjang pendidikan. Ada fonomena menarik pada kepemimipinan kepala sekolah dengan mutu pendidikan di SMP Negeri 3 Imogiri Bantul, Yogyakarta. Bahwa di sepanjang usia penyelenggaraan pendidikannya, yakni selama 15 tahun, telah terjadi empat kali pergantian kepala sekolah. Dalam amatan peneliti pada masa-masa kepemimpinannya, keempat kepala sekolah tersebut menorehkan catatan prestasi pendidikan yang berlainan bagi sekolah. Torehan prestasi (mutu) pendidikan sekolah itu menurut amatan peneliti lebih dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan keempatnya. Tiga kepala sekolah terdahulu (kepala sekolah kesatu, kedua dan ketiga) memiliki gaya kepemimpinan yang lebih visioner daripadi kepala sekolah

5 keempat. Memiliki gagasan, mensosialisaikan atau mentransformasikan gagasan pada guru, murid, karyawan dan orangtua siswa, serta melakukan penggerakan (diredtion) bagaimana seharusnya mewujudkan gagasan itu. Sedang gaya kepemimpinan kepala sekolah yang keempat lebih cenderung pasif, menyerahkan segala sesuatunya pada guru, murid dan karyawan dengan berdalih demokratis. Namun ternyata justru kepemimpinannya lebih cenderung bersifat laissez-faire, dimana kelompok tidak memiliki pengarahan, pengawasan atau petunjuk, sehingga semua pihak dapat mengambil keputusan sendiri-sendiri. Selama tiga tahun pelajaran, yakni tahun 2008/2009, tahun 2009/2010 dan tahun 2010/2011 perolehan rata-rata NUAN pada SMP Negeri 3 Imogiri terus menurun, yakni dari 7.06, menjadi 6.32 dan terakhir 6.30. hal ini mengindikasikan adanya penurunan mutu (output) pendidikan. Demikian juga terhadap raihan peringkat sekolah di tingkat rayon (kecamatan), tingkat kabupaten dan tingkat propinsi selama tiga tahun pelajaran tersebut juga mengalami penurunan. Adanya serangkaian temuan dalam penelitian terkait kepemimpinan kepala sekolah, bahwa cara kerja kepala sekolah dan cara ia memandang peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan pengalaman profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai peranan kepala sekolah di bidang pengajaran. Sehubungan dengan itu maka peneliti memiliki dugaan kuat bahwa ada pengaruh signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu pendidikan di SMP sekolah sekolah SMP Imogiri Kabupaten Bantul. Kompleksitas dan keunikan sekolah sebagai institusi usaha (industri) jasa berbeda dari industri jasa lain. Organisasional sekolah bersifat kompleks, karena

6 di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sementara organisasional sekolah bersifat unik, karena adanya ciri-ciri tertentu (karakter) proses belajar mengajar yang dengannya sekolah menjadi tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. Mengingat kompleksitas dan keunikan tersebut maka sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh karenanya keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. (Wahjosumidjo, 2011:81) Dengan kata lain Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan (Mulyasa, 2011:84). Dari diskusi informal lintas guru sekolah SMP se Imogiri Bantul ternyata fenomena yang terjadi pada SMP Negeri 3 Imogiri juga terjadi di sekolah-sekolah lain. Hal itu didasarkan pada adanya beberapa temuan sebagai berikut, pertama, didasarkan pada jenjang akreditasi maka mutu sekolah-sekolah SMP di Imogiri Kabupaten Bantul, memiliki jenjang akreditasi yang beragam, yakni Terakreditasi A dan B. Demikian juga mutu sekolah-sekolah SMP di Imogiri dari sisi prestasi akademik maupun non akademik juga memiliki keragaman. Kedua, ada fenomena bahwa periode kepemimpinan kepala sekolah di tiaptiap sekolah secara signifikan berpengaruh pada mutu pendidikan dari sisi prestasi akademik melalui catatan capaian nilai rata-rata NUAN. Ketiga, dilihat dari jumlah guru yang telah memperoleh sertifikasi maka belum semua guru memperoleh, demikian juga persentase jumlah guru tersertifkasi per sekolah pada sekolah-sekolah SMP di Imogiri pun berbeda.

7 Fenomenologis tersebut merekomendasikan pentingnya ada penelitian yang diarahkan untuk mengidentifikasi pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru terhadap mutu pendidikan sekolah-sekolah SMP di Imogiri. Untuk apa penelitian itu dilakukan, yakni membuka tabir, apakah situasi kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi profesional guru dan mutu pendidikan saling berpengaruh secara berbanding lurus atau berbanding terbalik. Ketika hubungan ketiga variabel berbanding lurus bisa dinyatakan bahwa situasi kependidikan di sekolah-sekolah SMP se Imogiri sesuai dengan logika (teorema) mutu pendidikan, sementara ketika hubungan ketiga variabel berbanding terbalik berarti tidak sesuai teorema mutu pendidikan, berarti ada kesenjangan yang perlu dikritisi pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah SMP se Imogiri. B. Rumusan Masalah Dari fenomena masalah sebagaimana terpaparkan pada latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah SMP Imogiri Kabupaten Bantul? 2. Apakah Kompetensi Profesional Guru berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah SMP di Imogiri Kabupaten Bantul? 3. Apakah Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru secara bersama-sama berpengaruh terhadap mutu pendidikan pada sekolahsekolah SMP di Imogiri Kabupaten Bantul?

8 C. Ruang Lingkup Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah serta rumusan masalah penelitian di atas maka yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Obyek penelitian adalah sekolah-sekolah SMP di Imogiri Kabupaten Bantul, yang terdiri dari tiga SMP Negeri dan dua SMP swasta. 2. Subyek penelitian adalah guru-guru pada lima sekolah SMP di Imogiri Kabupaten Bantul. 3. Periode waktu penelitian tahun pembelajaran 2011/2012. D. Tujuan Penelitian Pada prinsipnya penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan memberi saran bagi pemecahan masalah terkait mutu pendidikan sekolah-sekolah SMP di Imogiri yang dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru. Sementara secara khusus penelitian ini ditujukan untuk: 1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah SMP di Imogiri. 2. Menganalisis pengaruh kompetensi profesional guru terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah SMP di Imogiri. 3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi profesional guru secara bersama-sama terhadap mutu pendidikan pada sekolah-sekolah SMP di Imogiri.

9 E. Manfaat Penelitian Setidaknya penelitian ini selain kita dedikasikan untuk untuk Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw maka penelitian dan laporan penelitian ini nantinya kita harapkan bermanfaat bagi: 1. Sekolah-sekolah SMP di Imogiri Bantul sebagai karya dedikatif serta sebagai media evaluasi bagi keefektifan manajemen khususnya kepemimpinan kepala sekolah dan Kompetensi Profesonal Guru pengaruhnya terhadap mutu pendidikan. 2. Program Pascasarjana Magister Management Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bagian karya penelitian, karya akademik, karya ilmiah, dan kekayaan intelektual sivitas akademika. 3. Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi karya penelitian yang mudah dipahami hingga dijadikan referensi bagi peneliti pemula, rekan, adik angkatan, sejawat mahasiswa dan masyarakat luas.