IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor telah menerapkan sistem agroekologi. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Februari 2010, sedangkan pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dan dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden (petani). Adapun yang termasuk data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai penerapan agroekologi, manfaat ekonomi dan lingkungan dari penerapan agroekologi, penerimaan dan pengeluaran petani. Sedangkan data sekunder adalah data yang menyangkut kondisi umum Kabupaten Bogor, yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat, dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian yang diperoleh dari instansiinstansi terkait. Data sekunder yang lain adalah data mengenai pertumbuhan populasi dan pertumbuhan pangan yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS). 4.3. Penentuan Jumlah Responden atau Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden. Pengambilan responden dilakukan secara sengaja (purposive 30
sampling). Responden dalam penelitian ini adalah petani agroekologi. Responden yang dipilih sebanyak 35 orang yaitu 15 responden petani Pasir Honje dan 20 responden petani Cidokom. Perbedaan jumlah responden yang diambil dari masing-masing lokasi karena disesuaikan dengan jumlah petani yang telah menerapkan agroekologi. 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang diperoleh dari penelitian ini dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer yaitu menggunakan program Microsoft excel 2007. Metode analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Tabel Matriks Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data 1. 2. Mengkaji penerapan sistem agroekologi Mengestimasi manfaat lingkungan dari penerapan agroekologi di Kabupaten Bogor 3. Mengestimasi pendapatan petani agroekologi sebagai proksi nilai kesejahteraan petani dan menganalisis kelayakan usahatani agroekologi untuk melihat manfaat ekonomi yang dihasilkan Sumber: Penulis (2010) Data primer Data primer Data primer Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan komputer program Microsoft excel 2007 Analisis kuantitatif dengan menggunakan program Microsoft excel 2007 31
4.4.1. Mengkaji Penerapan Sistem Agroekologi Perkembangan agroekologi di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dapat diketahui dengan melakukan wawancara kepada responden. Pertanyaan yang diberikan kepada responden mengenai pengetahuan responden tentang sejarah agroekologi atau cerita lokal tentang agroekologi, sistem penerapan agroekologi yang meliputi: cara petani melakukan perawatan tanah (cara mencangkul dan pemupukkan), penangkaran benih yang dilakukan, cara pengendalian hama, serta sistem pengaturan air. Selanjutnya, diestimasi manfaat yang dirasakan petani setelah menerapkan agroekologi. 4.4.2. Estimasi Manfaat Lingkungan dari Penerapan Agroekologi. Estimasi manfaat agroekologi terhadap lingkungan dilakukan secara kuantitatif. Kuantifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini melalui pendekatan Ecological Footprint (EF) pada sistem agroekologi. Ecological Footprint (EF) Ecological Footprint (EF) merupakan salah satu indikator untuk melihat dampak lingkungan akibat dari aktivitas manusia. EF tidak dapat di kalkulasi secara moneter, tetapi dapat dilakukan penghitungan dengan melihat area yang dibutuhkan sumberdaya dalam menghasilkan output. EF ini akan digunakan dalam sistem agroekologi, yang merupakan sistem pertanian yang memperhatikan siklus ekosistem dan berdasar pada tradisi zaman dahalu yang memberikan manfaat terhadap lingkungan. Perhitungan EF sebagian besar menggunakan pendekatan konsumsi energi dalam sistem pertanian yang dikonversi dengan 32
faktor konversi. Adapun faktor konversi energi yang digunakan dalam ecological footprint seperti pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Faktor Konversi Energi 1 l bahan bakar 35 Mega Joule (MJ) 1 Giga Joule (EF) 0.01 ha 1 hari kerja 6.5 Mega Joule (MJ) Sumber: Lustigova dan Kuskova (2006) Energi yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah energi bahan bakar dan energi tenaga kerja. Energi bahan bakar yang diperhitungkan adalah merupakan input dalam proses produksi yaitu, bahan bakar yang dibutuhkan untuk pengangkutan benih, pembajakan, pemanenan, dan lain-lain. Secara matematis total energi tenaga kerja dapat dituliskan sebagai berikut: Energy of Fuel (E f ) = BT + BP + BC + BH...(4.1) Dimana: BT : Bahan bakar pengangkutan benih (liter/ha) BP : Bahan bakar pembajakan (liter/ha) BC : Bahan bakar penanaman (liter/ha) BH : Bahan bakar pemanenan (liter/ha) Nilai EF bahan bakar diperoleh dengan mengalikan nilai energi bahan bakar dengan faktor konversi bahan bakar, maka: EF f = nilai energi bahan bakar x faktor konversi bahan bakar (4.2) Energi tenaga kerja yang diperhitungkan adalah jam kerja yang dibutuhkan oleh petani untuk melakukan pengangkutan benih, pembajakan, penanaman, dan pemanenan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Energy of Labour (E L ) = Th + Ph + Ch + Hh.....(4.3) Dimana: Th : Jam kerja pengangkutan benih (jam/ha) Ph : Jam kerja pembajakan (jam/ha) Ch : Jam kerja Penanaman (jam/ha) Hh : Jam kerja pemanenan (jam/ha) 33
Nilai EF tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan nilai energi tenaga kerja dengan faktor konversi tenaga kerja. Sehingga: EF L = nilai energi tenaga kerja x faktor konversi tenaga kerja (4.4) Nilai EF f dan EF L kemudian dikonversi dalam satuan hektar (ha) untuk menggambarkan luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 yang dihasilkan dari penggunaan energi pada lahan tersebut. Apabila luas lahan yang diperlukan untuk menyerap CO 2 lebih besar dari luas lahan yang ada maka akan terjadi ecological deficit yang menunjukkan bahwa terjadinya penggunaan sumberdaya yang berlebihan. Sehingga, akan menyebabkan degradasi lingkungan. Sebaliknya, jika luas lahan yang diperlukan untuk penyerapan CO 2 lebih kecil dari luas lahan yang ada, maka ecological deficit tidak terjadi artinya kondisi lingkungan tetap lestari dan terjaga dari kerusakan (Lustigova and Kuskova, 2006). 4.4.3. Estimasi Manfaat Ekonomi dari Penerapan Agroekologi dan Kesejahteraan Petani Analisis kelayakan usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pendapatan petani, analisis R/C ratio, dan produktivitas tenaga kerja. Menurut Soekartawi dan Brian (1986) pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. secara umum pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga pasar yang berlaku. Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dalam proses produksi suatu produk. Secara matematis pendapatan petani dapat dirumuskan sebagai berikut: Π = TR TC...(4.5) 34
Dimana: Π = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Dapat dijabarkan: TR = P*Q dan TC = Px*Qx...(4.6) Sehingga dapat dituliskan: Π = P*Q Px*Qx.. (4.7) Dimana: P = Harga Output (Rp/unit) Q = Jumlah Output yang dihasilkan (Unit) Px = Harga Input (Rp/unit) Qx = Jumlah input yang digunakan (Unit) Kriteria yang digunakan: Π = 0 ; maka titik impas Π > 0 ; maka untung Π < 0 ; maka rugi Estimasi pendapatan petani dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengestimasi kesejahteraan petani agroekologi. Kesejahteraan petani dilihat dengan menggunakan indikator pendapatan minimum provinsi tahun 2010. Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2010, upah minimum provinsi Jawa Barat adalah Rp 568,193.93 per bulan. Apabila pendapatan petani lebih besar dari Rp 568,193.93 per bulan maka petani dikatakan sejahtera, dan sebaliknya apabila pendapatan petani berada di bawah Rp 568,193.93 maka petani dikatakan tidak sejahtera 5. Selain itu, analisis yang dilakukan yaitu analisis R/C ratio untuk mengatahui keuntungan yang dihasilkan dari penerapan sistem agroekologi. Rasio 5 http://www.gajimu.com/main/gaji%20minimum. Di akses: 30 Juni 2010. 35
penerimaan dan pengeluaran dipakai untuk mengukur efisiensi input-output. Secara matematis R/C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut. R/C ratio =..(4.8) kriteria yang digunakan: R/C > 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan lebih dari satu rupiah (menguntungkan). R/C < 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan kurang dari satu rupiah (merugikan). R/C = 1 maka setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan pertanian agroekologi akan memberikan keuntungan satu rupiah (keuntungan normal). Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja persatuan waktu (Ravianti, 1986) dalam (Agus et al., 2006), yaitu: Produktivitas tenaga kerja = Kriteria pengujian: P R J JKO (4.9) Jika produktivitas TK > upah usahatani agroekologi maka usahatani agroekologi layak untuk diusahakan. Jika produktivitas TK < upah usahatani agroekologi maka usahatani agroekologi tidak layak untuk diusahakan. 36