BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi dikenal hukum yang berbunyi, high risk high return,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penawaran surat berharga ke masyarakat umum dengan maksud menghimpun dana,

PENGARUH RISIKO USAHA BERBASIS INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP PREMIUM PENERBITAN SAHAM PERDANA DI INDONESIA

BAB II RISIKO USAHA BERDASARKAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PROSPEKTUS IPO DAN ISSUE PREMIUM

BAB II PENGUNGKAPAN RISIKO DALAM PROSPEKTUS IPO DAN ISSUE PREMIUM

BAB I PENDAHULUAN. adalah bagaimana mendapatkan modal guna mendukung kegiatan. operasionalnya. Pada perusahaan perseorangan, biasanya para penyedia

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah untuk memperoleh capital gain. Menurut Darmadji dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

ABSTRAK. Penulis melakukan penelitian terhadap saham-saham yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periode penelitian dari tahun 1997 sampai

1 BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Menurut Husnan (2004) nilai

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebesar $878 juta. Keadaan ekonomi yang baik ini dapat. persaingan pasar yang semakin kompetitif. Kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KECERDASAN INVESTOR SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP PEMECAHAN SAHAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

M. Andryzal Fajar, SE., M.Sc., AK., CA

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah equity capital yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia yang pesat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO)

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dalam iklim persaingan yang dihadapi. Demi mencapai pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. penawaran saham ataupun surat utang di pasar modal. Penawaran saham dapat

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di pasar modal sebanyak 573 emiten. Jumlah tersebut mengalami

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. menawarkan saham perusahaan kepada publik atau biasa disebut go public.

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk menghimpun dana jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menerbitkan obligasi dengan tujuan untuk menghindari risiko yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Demi menjaga kelangsungan hidup usahanya, perusahaan harus menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Initial Publik Offering (IPO) merupakan penjualan saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Initial public offering (IPO), dapat juga disebut dengan istilah go public, adalah

BAB I PENDAHULUAN. penawaran yang umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan membuat inovasi-inovasi baru di dalam menghadapi persaingan usaha.

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan besar yang jumlahnya semakin banyak. Agar eksistensi

BAB I PENDAHULUAN. memang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tambahan modal guna mendorong kinerja operasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. penawaran perdana yang dilakukan di pasar perdana (primary market) pada pasar

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal semakin besar perannya sebagai salah satu pendukung gerak roda

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa penjamin emisi efek (underwriter).

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. strategi manajemen perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat dengan

I. PENDAHULUAN. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. atau modal untuk mengembangkan usahanya adalah dengan go public, yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam berinvestasi dikenal hukum yang berbunyi, high risk high return, yang artinya adalah jika investor menginginkan imbal hasil atau return yang tinggi, maka risiko yang harus dihadapi juga besar. Risiko dan return adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam berinvestasi di pasar modal. Semua investor atau pelaku pasar modal akan menghadapi kedua hal tersebut dan tidak dapat dihindari. Walaupun setiap investor pasti menghadapi suatu risiko dalam berinvestasi, namun risiko yang dihadapi oleh tiap individu tidaklah sama. Berdasarkan jenis risiko yang dihadapi, maka investor dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Risk-taker investor yang merupakan investor penerima risiko, riskneutral investor merupakan investor yang menghadapi risiko dengan bersikap netral, dan risk-averse investor yang adalah investor penolak risiko. Pada umumnya, seseorang akan berusaha untuk meminimalkan risiko yang dihadapi dan mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu ketiga kelompok investor tersebut juga akan berusaha untuk meminimalkan risiko dan memperoleh return maksimal. Berdasarkan sifat alami investor, maka untuk setiap tambahan risiko, investor akan meminta kompensasi berupa imbal hasil atau return yang lebih tinggi. Oleh karena risiko merupakan hal yang sangat penting dalam berinvestasi khususnya di pasar modal, maka pengungkapan risiko oleh setiap emiten kepada 1

2 publik menjadi wajib dilakukan. Seluruh pelaku pasar mengandalkan informasi yang disampaikan oleh setiap emiten untuk mengambil keputusan terkait investasi yang dilakukan. Pengungkapan risiko sangat rentan terhadap keputusan investor atau pelaku pasar. Pengungkapan risiko yang keliru sedikit saja akan membawa dampak krusial bagi investor maupun bagi emiten. Pasar modal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pasar primer tempat untuk menjual surat berharga yang baru dikeluarkan oleh emiten, dan pasar sekunder yang adalah tempat perdagangan surat-surat berharga yang sudah beredar. Risiko yang dihadapi investor di pasar primer lebih besar daripada risiko yang dihadapi investor di pasar sekunder. Risiko, secara umum, diartikan sebagai penyimpangan yang tidak menguntungkan dari hasil yang diharapkan. Dalam konteks IPO (Initial Public Offerings), risiko berarti ketidakpastian terhadap harga pasar saham suatu perusahaan saat saham tersebut diperdagangkan pertama kali (Murugesu dan Santhapparaj, 2010). Saham-saham perusahaan yang belum go public hanya dimiliki secara terbatas, yaitu oleh para manajer, pegawai kunci, dan ada sebagian kecil yang dimiliki oleh investor. Seiring perkembangannya, emiten akan memerlukan dana dalam jumlah besar untuk menjalankan usahanya. Keperluan dana tersebut tidak dapat dicukupi hanya dari kepemilikan saham secara terbatas. Perusahaan yang bertambah besar perlu tambahan dana dalam jumlah besar pula. Pada saat inilah perusahaan harus memutuskan untuk menambah modal yang salah satu caranya adalah dengan menerbitkan saham kepada publik melalui IPO. Tujuan IPO bagi

3 perusahaan (emiten) sangat jelas yaitu untuk menambah suntikan modal kepada perusahaan demi mencapai tujuan bisnis. Manfaat yang diperoleh jika emiten melakukan IPO adalah kemudahan untuk meningkatkan modal di masa datang, dan nilai pasar perusahaan dapat diketahui. Selain manfaat yang diperoleh, IPO juga membawa kerugian bagi perusahaan. Kerugian yang dialami saat emiten melakukan IPO adalah meningkatnya biaya laporan, pengungkapan, dan ketakutan untuk diambil alih (Jogiyanto Hartono, 2009). Di pasar primer investor hanya dapat mengetahui harga penawaran perdana saham emiten sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Berbeda dengan investor di pasar primer, investor di pasar sekunder sudah mengetahui informasi harga saham secara lengkap yang meliputi harga penawaran perdana di pasar primer dan harga saham setelah diperdagangkan di pasar sekunder. Dengan demikian, risiko yang dihadapi oleh investor di pasar primer lebih besar daripada investor di pasar sekunder. Untuk meminimalkan risiko yang dihadapi di pasar primer, satu-satunya informasi yang dapat diandalkan oleh para investor di pasar primer adalah prospektus. Saat investor di pasar primer membeli saham emiten pada harga tertentu, maka investor pasar primer menghadapi dua kemungkinan yaitu harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dari harga penawaran perdana, atau harga saham di pasar sekunder lebih rendah dari harga penawaran perdana. Jika yang terjadi adalah harga perdagangan saham di pasar sekunder lebih tinggi dari harga

4 penawaran perdana, maka investor pasar primer akan mendapatkan keuntungan. Masalah akan terjadi jika harga perdagangan saham di pasar sekunder lebih rendah dari harga penawaran perdana di pasar primer, yaitu investor pasar primer akan mengalami kerugian. Asimetri informasi yang dihadapi oleh emiten dan underwriter disebabkan karena manajemen sangat mengetahui kondisi emiten, sedangkan underwriter sebagai pihak eksternal memiliki informasi terbatas mengenai kondisi emiten. Asimetri informasi tersebut berdampak pada harga penawaran perdana saham di pasar primer. Emiten menginginkan harga penawaran yang tinggi agar mendapat kas dalam jumlah besar, namun underwriter sebagai penjamin dan pembeli saham perdana emiten tidak ingin membeli dengan harga tinggi. Underwriter sebagai penjamin emisi menginginkan harga penawaran perdana saham ditetapkan pada harga yang wajar dan sesuai basis kesanggupan penuh (full commitment) yang banyak digunakan di Indonesia, underwriter akan mengalami kerugian besar jika harga penawaran perdana saham terlalu tinggi. Ada dua cara yang dapat digunakan underwriter (perantara emiten dengan investor di pasar primer yang sekaligus melakukan aktivitas penjualan dan pembelian saham emiten) atau penjamin emisi atas sekuritas yang dikeluarkan oleh emiten. Cara yang pertama adalah full commitment atau disebut juga dengan basis kesanggupan penuh. Full commitment adalah cara penjaminan emisi dimana underwriter membeli sekuritas dengan harga yang sudah disetujui dan menanggung risiko kerugian menjualnya kembali ke publik. Underwriter mengambil keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham yang disebut

5 spread. Cara yang kedua disebut dengan best-effort atau basis usaha terbaik. Dengan basis ini, banker investasi (sebutan bagi perantara emiten dengan investor di pasar primer yang tidak melakukan aktivitas penjualan dan pembelian saham emiten) hanya menerima komisi untuk menjualkan sekuritas kepada investor dengan usaha terbaik untuk memperoleh harga penjualan sebaik mungkin. Dengan cara kedua ini, risiko kerugian penjualan sekuritas akan ditanggung oleh emiten. Pada pembahasan selanjutnya akan digunakan istilah underwriter sebagai investor pasar primer yang berarti underwriter dengan basis full commitment. Untuk mengatasi masalah asimetri informasi antara investor di pasar primer, khususnya underwriter dan emiten, maka setiap emiten yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) wajib mengungkapkan risiko usaha yang dihadapi di dalam prospektus. Prospektus merupakan dokumen yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan (Jogiyanto Hartono, 2009:42). Dokumen ini merupakan dokumen yang wajib dibuat dan diserahkan kepada Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) oleh setiap emiten yang akan melakukan IPO agar dapat diuji kelayakan kondisi emiten tersebut (Husnan dalam Juma atin, 2006). Bapepam-LK telah mengatur hal-hal terkait IPO, prospektus, dan informasi yang harus diungkapkan dalam prospektus dalam peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.2, IX.C.2, IX.C.3, dan X.K.1. Risiko yang wajib diungkapkan di dalam prospektus adalah risiko usaha (Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.C.2) yang disebabkan oleh karena persaingan, kemampuan melunasi utang lancar, ketentuan internasional, dan kebijaksanaan

6 pemerintah. Risiko-risiko tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu risiko yang diperoleh dari informasi pada laporan keuangan dalam prospektus yang meliputi ukuran perusahaan (SZ), likuiditas (LIQ), laba bersih (NE), dan leverage (LEV), serta risiko yang diperoleh dari pengungkapan (disclosure) di dalam prospektus yang meliputi usia perusahaan (AGE) dan ukuran penawaran (OS). Untuk mengukur pengungkapan risiko oleh emiten, penelitian ini menggunakan sejumlah variabel untuk memproksikan komponen-komponen risiko yang diatur dalam Peraturan Bapepam. Risiko usaha yang disebabkan oleh persaingan akan diproksikan oleh variabel usia perusahaan (AGE), laba bersih (NE), dan ukuran penawaran (OS). Risiko usaha yang disebabkan oleh kebijaksanaan pemerintah akan diproksikan oleh variabel ukuran perusahaan (SZ). Risiko usaha yang disebabkan oleh kemampuan melunasi utang lancar akan diproksikan oleh variabel likuiditas (LIQ) dan risiko usaha yang disebabkan oleh kebijakan utang perusahaan diproksikan oleh variabel leverage (LEV). Issue premium merupakan rasio antara harga penawaran perdana saham dengan nilai buku saham (Murugesu dan Santhapparaj, 2010). Issue premium merupakan rasio PBV (Price to Book Value ratio) yang digunakan untuk mengukur nilai wajar saham. Issue premium menunjukkan saham ditawarkan berapa kali lipat di atas nilai bukunya. Issue premium merupakan ukuran sejauh mana investor pasar primer (underwriter) menilai saham emiten yang sedang ditawarkan kepada publik. Semakin tinggi issue premium menunjukkan bahwa harga penawaran perdana saham di pasar primer mahal dan sebaliknya. Tingginya harga penawaran perdana saham di pasar primer menunjukkan bahwa underwriter

7 menilai kondisi emiten baik sehingga sahamnya layak untuk ditawarkan pada harga tinggi dan underwriter berani menjaminnya. Penilaian underwriter terhadap kondisi emiten adalah dengan mengandalkan prospektus. Jika dalam prospektus diungkapkan secara rinci dan jelas tentang risiko yang dihadapi oleh emiten serta strategi emiten dalam menghadapi risiko, maka kepercayaan underwriter terhadap emiten akan meningkat. Tingkat penilaian investor pasar primer (underwriter) terhadap saham emiten tergantung pada kondisi emiten yang melakukan IPO. Kondisi yang dimaksud adalah risiko yang dihadapi, strategi emiten dalam menghadapi risiko, dan kondisi lingkungan yang memengaruhi emiten. Dengan demikian, semakin banyak pengungkapan risiko dalam prospektus yang meningkatkan kepercayaan investor primer (underwriter) maka issue premium akan meningkat, dan berlaku sebaliknya. John Murugesu dan A. Solucis Santhapparaj (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pengungkapan risiko dalam prospektus terhadap valuasi dan initial return IPO di Malaysia. Data yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan melakukan IPO di Bursa Malaysia selama tahun 1999-2004. Hasil penelitian John Murugesu dan A. Solucis Santhapparaj menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pengungkapan risiko dalam prospektus memengaruhi valuasi saham emiten yang melakukan IPO. Dengan kata lain, emiten yang akan melakukan IPO dapat memperoleh issue premium yang tinggi dengan cara mengungkapkan informasi yang lengkap tentang risiko dan kemampuan emiten dalam mengendalikan risiko yang dihadapi.

8 Isu tentang pengungkapan risiko dalam prospektus dan dampaknya pada issue premium IPO sangat penting bagi transparansi informasi di pasar primer. Saat ini penelitian yang membahas mengenai dampak pengungkapan risiko terhadap issue premium masih terbatas jumlahnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini mengangkat isu tentang pengaruh pengungkapan risiko dalam prospektus terhadap issue premium. Penelitian ini diberi judul Pengaruh Risiko Usaha berdasarkan Informasi Akuntansi dalam Prospektus pada Issue Premium IPO di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah usia perusahaan berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia? 2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia? 3. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia? 4. Apakah laba bersih berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia? 5. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia? 6. Apakah ukuran penawaran berpengaruh signifikan terhadap issue premium IPO di Indonesia?

9 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh dari usia perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas, laba bersih, leverage, dan ukuran penawaran terhadap issue premium IPO di Indonesia. 1.4. Batasan Masalah Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode tahun 2009 hingga tahun 2010 dengan memakai data prospektus periode terbaru. Alasan digunakannya periode penelitian dari tahun 2009 dan 2010 dengan data terbaru adalah karena penelitian selama ini masih menggunakan data tahun yang lama, yaitu sebelum tahun 2009, sehingga belum ada hasil penelitian dengan data terbaru. Karena pada tahun 2008 terjadi krisis global yang berimbas ke Indonesia, maka data tahun 2008 tidak digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini agar hasilnya tidak bias. 1.5. Kontribusi Penelitian Bagi emiten 1. Memberikan bukti bahwa emiten yang akan melakukan IPO dapat meningkatkan nilai sahamnya dengan menyediakan informasi yang lebih baik mengenai risiko dan strategi untuk mengendalikan risiko yang dihadapi di dalam prospektus. 2. Memberikan informasi tentang faktor-faktor risiko dalam prospektus yang memengaruhi issue premium.

10 Bagi investor di pasar primer (underwriter) Membantu investor di pasar primer (Underwriter) agar lebih memahami faktor-faktor risiko di dalam prospektus yang memengaruhi issue premium. Bagi peneliti lain Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai dampak pengungkapan risiko dalam prospektus terhadap issue premium IPO khususnya di Indonesia. 1.6. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II : Teori mengenai risiko usaha berdasarkan informasi akuntansi dalam prospektus IPO dan issue premium. BAB III : Metode penelitian yang menjelaskan populasi, sampel penelitian, data, sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian, model empiris dan alat analisis yang digunakan, langkahlangkah menguji hipotesis, uji asumsi klasik, dan kriteria penerimaan hipotesis.

11 BAB IV : Analisis data dan pembahasan. BAB V : Penutup yang berisi simpulan, keterbatasan dan saran.