BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan. Nama Jelas :. Nama Jelas :..

A. CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PELUNASAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK USAHA KECIL/WAJIB PAJAK DI DAERAH TERTENTU:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

PERPAJAKAN I KUP PENDAFTARAN NPWP & PEMBAYARAN PAJAK. By : SUHIRMAN MADJID, SE.,MSi.,AK., CA. HP :

BAB II LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Nama : NPWP : Alamat :

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL,

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

SALINAN /2013 NOMOR TENTANG NOMOR. Penerimaan. Penyetorann. administrasi. mendukung. dalam. negara, perlu tentang 30/PMK.04/ Negaraa. Denda.

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

*** ISTILAH PERPAJAKAN ***

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

KUP PELAPORAN DAN PENYETORAN PAJAK

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 455/KMK.04/2002 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN CUKAI DAN/ATAU DENDA ADMINISTRASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG

PER - 43/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2),

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 585 /KMK.05/1996

Menimbang : Mengingat :

PER - 15/PJ/2008 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM RANGKA PE

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan penyetoran atau pembayaran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran. Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos dan atau bank Badan Usaha Milik Negara atau bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai penerima pembayaran atau setoran pajak. 2.2. Jenis SSP Menurut Resmi (2013) Surat Setoran Pajak (SSP) memiliki beberapa jenis yaitu : 1. SSP Standar Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disebut dengan SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilaukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

9 Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan peruntukan sebagai berikut : a. Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak; b.lembar ke-2 : untuk Kantor Perbendaharaan Negara (KPPN); c. Lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak; d.lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerimaan Pembayaran. Dalam hal tertentu bila diperlukan, SSP dapat dibuat dalam rangkap 5 (Lima ) dengan peruntukan lembar ke-5 untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. 2. SSP Khusus SSP Khusus merupakan bukti pembyaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi dan atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi perpajakan. SSP Khusus dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) dengan Direktorat Jenderal Pajak. SSP Khusus dicetak : a. Pada saat transaksi pembayaran atau penyetoran pajak sebanyak 2 (dua) lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke-1 dan lembar ke-3 SSP Standar;

10 b. Terpisah sebanyak 1 (satu) lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke- 2 SSP Standar untuk diteruskan ke KPPN sebagai lampiran Daftar Nominatif Penerimaan (DNP). SSP Khusus dapat diperbanyak dan berfungsi sama dengan lembar ke-5 SSP Standar sebagai pengganti bukti potong/bukti pungut, dengan diberi cap dan tanda tangan oelh pejabat yang berwenang oleh Kantor Penerima Pembayaran. SSP Khusus paling sedikit memuat keterangan-keterangan sebagi berikut : 1.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 2.Nama Wajib Pajak; 3.Identitas Kantor Penerima Pembayaran; 4.Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setoran; 5.Masa Pajak dan atau Tahun Pajak; 6.Nomor Ketetapan (untuk pembayaran: STP, SKPKB, atau SKPKBT); 7.Jumlah dan Tanggal Pembayaran; dan 8. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTPP) dan atau Nomor Transaksi Bank (NTB) atau Nomor Transaksi Pos (NTP). SSP Khusus dapat digunakan meskipun tidak memenuhi ketentuan di atas, dalam hal lain digunakan untuk pembayaran sebagai berikut : a. Pajak Penghasilan (PPh) atas pembayaran Fiskal Luar Negeri (MAP/Kode Jenis Pajak 411128, Kode Jenis Setoran 100) yang dibayar pada countercounter di bandar udara dan pelabuhan laut;

11 b. Pajak Penghasilan Pasal 26 Subjek Pajak Luar Negeri (MAP/Kode Jenis Pajak 411127, semua Kode Jenis Setoran) baik untuk perorangan maupun badan; c. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang atas pengalihan aset dalam rangka restrukturisasi perusahaan (MAP/Kode Jenis Pajak 411221, Kode Jenis Setoran 104); d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean (MAP/Kode Jenis Pajak 411221, Kode Jenis Setoran 101 atau 102); e. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 Impor dan PPN Impor atas barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (MAP/Kode Jenis Pajak 411123); f. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dalam Negeri yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (MAP/Kode Jenis Pajak 411221, Kode Jenis Setoran 900); Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi yang tidak mempunyai NPWP (MAP/Kode Jenis Pajak 41112 8, Kode Jenis Setoran 402) sepanjang telah mendapat Surat Keterangan dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP; g. Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi yang tidak mempnyai NPWP (MAP/Kode Jenis Pajak 411128, Kode Jenis Setoran 403) sepanjang

12 telah mendapat Surat Keterangan dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak setempat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP; h. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan oleh orang pribadi yang tidak mempunyai NPWP (MAP/Kode Jenis Pajak 411211, Kode Jenis Setoran 103). Kantor Penerima Pembayaran diperkenankan melayani pembayaran atau penyetoran pajak dengan menggunakan SSP Khusus setelah mendapatkan persetujuan khusus dari Direktur Jenderal Pajak. 3. SSPCP ( Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor) Adalah SSP yang digunakan oleh Importir atau Wajib Bayar dalam rangka impor. SSPCP dibuat dalam rangkap 8 (delapan) yang peruntukannya sebagai berikut : a. Lembar ke-1a : untuk KPBC melalui Penyetor/ Wajib Pajak; b.lembar ke-1b : untuk Penyetor/ Wajib Pajak; c. Lembar ke-2a : untuk KPBC melalui KPPN; d.lembar ke -2b dan ke-2c : untuk KPP melalui KPPN; e. Lembar ke-3a dan ke-3b : untuk KPP melalui Penyetor/ WP atau KPBC; f. Lembar ke-4 : untuk Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau PT Pos Indonesia. Hal-hal khusus tentang SSPCP adalah : a. SSPCP yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN adalah SSPCP lembar ke-3a.

13 b. Apabila dalam SSPCP tersebut terdapat pembayaran Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) impor, maka SSPCP yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah fotokopi SSPCP lembar ke-3a. c. SSPCP yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa PPh adalah SSPCP lembar ke-3b. d. SSPCP yang diterima KPP dari KPPN, digunakan untuk adminstrasi penerimaan Pajak Penghasilan adalah SSPCP lembar ke-2b. e. SSPCP yang diterima KPP dari KPPN, digunakan untuk administrasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai adalah SSPCP lembar ke-2c. f. Apabila dalam SSPCP tersebut pembayaran Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) impor, maka untuk administrasi penerimaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah digunakan fotokopi SSPCP lembar ke-2c. g. Apabila terdapat kekurangan pembayaran pajak atas impor selain yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) atau surat ketetapan pajak pelunasan kekurangan pembayaran tersebut dilakukan dengan menggunakan SSPCP. 4. SSCP (Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri) Adalah SSP yang digunakan oleh Pengusaha untuk cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri. SSCP dibuat dalam rangkap 6 (enam) yang peruntukannya sebagi berikut : a. Lembar ke-1a : untuk KPBC melau Penyetor/ Wajib Pajak; b.lembar ke-1b : untuk Penyetor/ Wajib Pajak;

14 c. Lembar le-2a : untuk KPBC melalui KPPN; d.lembar ke-2b : untuk KPP melaui KPPN; e. Lembr ke-3 : untuk KPP melalui Penyetor/ Wajib Pajak; f. Lembar ke-4 : untuk Bank Persepsi atau PT Pos Indonesia. Apabila tersapat kekurangan pembayaran pajak untuk cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri selain yang ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) atau surat ketetapan pajak maka pelunasan kekurangan pembayaran tersebut dilakukan dengan menggunakan SSCP. Atas pengangsuran atau Penundaan Pembayaran, Diretur Jenderal Pajak dapat menyetujui permohonan Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran selama : 1. Maksimal 12 bulan, untuk utang pajak akibat STP atau surat keputusan; 2. Hingga bulan terakhir tahun pajak berikutnya untuk utang PPh Pasal 29. Pengangsuran atau penundaan pajak tersebut merupakan pembayaran pajak akibat: 1. Surat Tagihan Pajak; 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tmbahan; 3. Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan; 4. Putusan Banding; 5. PPh Pasal 29. Adapun syarat pengajuan permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran adalah : 1.Diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak;

15 2. Diajukan maksimal 9 hari sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran kecuali Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaannya; 3. Disertai alasan dan jumlah pembayaran yang dimohonkan angsuran penundaan keputusan diberikan maksimal 7 hari sejak permohonan diterima lengkap. Jika jangka waktu terlewati, permohonan dianggap diterima. 2.3. Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) berfungsi sebagai pelaksana pembayaran pajak atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui Kantor Penerima Pembayaran, dan selanjutnya SSP tersebut akan menjadi bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan pabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerimaan pembayaran yang berwenang, atau bila telah mendapatkan validasi dari pihak lain yang berwenang. 2.4. Pengertian Pemindahbukuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014, Pemindahbukuan atau yang selanjutnya disebut dengan Pbk adalah perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain yang dilakukan untuk pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan. Pemindahbukukan dilakukan karena adanya kelebihan pembayaran atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak, atau karena salah

16 satu kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau untuk pemecahan setoran Wajib Pajak atau untuk tujuan lain. 2.5. Fungsi Pemindahbukuan Pemindahbukuan berfungsi sebagai perbaikan atas kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya. Pemindahbukuan dilakukan karena ada hal hal yang mendasarinya, dengan kata lain pemindahbukuan tersebut tidak sembarangan dapat dilakukan. 2.6. Jangka Waktu Penyelesaian Pemindahbukuan Paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap. 2.7. Dasar Hukum Pemindahbukuan (Pbk) 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/KMK.04/1991 tanggal 24 Januari 1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan; 2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-965/PJ.9/1991 tanggal 17 Oktober 1991 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan; 3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-522/PJ./2002 tanggal 16 Desember 2002 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pemindahbukuan atas Kekeliruan Pembayaran Pajak Penghasilan dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat. Pemindahbukuan dapat dilakukan : 1. Antar jenis pajak yang sama atau berlainan; 2. Dari masa atau tahun pajak yang sama atau berlainan;

17 3. Untuk Wajib Pajak yang sama atau berlainan; 4. Dalam Kantor Pelayanan Pajak yang sama atau berlainan.