Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 49-54

dokumen-dokumen yang mirip
INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 41-48

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

Berkala Fisika ISSN : Vol 10., No.1, Januari 2007, hal 1-5

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI DATA TEMPERATUR, CO 2 DAN GEOLISTRIK DI LERENG SELATAN GUNUNG MERBABU PADA KETINGGIAN 2586 HINGGA 3170 METER DPL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

Unnes Physics Journal

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

A ALISIS KELEMBABA UDARA DA TEMPERATUR PERMUKAA DA GKAL DE GA ME GGU AKA HYGROMETER

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK

PENENTUAN SEBARAN TEMPERATUR BAWAH PERMUKAAN BUMI MENGGUNAKAN SENSOR DS18S20 (Studi kasus Cangar kota Batu, Jawa Timur)

SISTEM PANASBUMI: KOMPONEN DAN KLASIFIKASINYA. [Bagian dari Proposal Pengajuan Tugas Akhir]

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

HIDROGEOLOGI MATA AIR

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

BAB II DASAR TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Oleh : Satria Irvan Nugraha¹, Dr. Eng. Udi Harmoko¹, Rina Dwi Indriana, M.Si¹ 1. Fisika Universitas Diponegoro Abstract

Tanggapan Laporan Masyarakat Kepulan Asap dari dalam Tanah di Gedangsari GunungKidul

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

Analisis Potensi Air A I R

Distribusi Sumber Panas Bumi Berdasarkan Survai Gradien Suhu Dekat Permukaan Gunungapi Hulu Lais

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 3, No. 2, April 2014, Hal

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

PEMODELAN INVERSI ANOMALI MAGNETIK 3D DAERAH MATA AIR PANAS DIWAK DAN DEREKAN

PENYELESAIAN MODEL DISTRIBUSI SUHU BUMI DI SEKITAR SUMUR PANAS BUMI DENGAN METODE KOEFISIEN TAK TENTU. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H.

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Jurnal APLIKASI ISSN X

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

PENENTUAN TIPE FLUIDA SUMBER MATA AIR PANASDI KECAMATAN GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

INTERPRETASI DATA KONDUKTIVITAS LISTRIK DALAM PENENTUAN INTRUSI AIR LAUT PADA SUMUR GALI: STUDI KASUS DAERAH TELUK NIBUNG TANJUNG BALAI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

Journal of Creativity Students

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

ABSTRAK. Kata kunci : Panas bumi, reservoar, geotermometer, Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN STEADY STATE SISTEM PANAS BUMI DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DERAKAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE HYDROTHREM 2.2

PEMODELAN 2D SEBARAN TAHANAN JENIS TERHADAP KEDALAMAN DAERAH PANASBUMI GARUT BAGIAN SELATAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

BAB II METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 49-54 STUDI DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN DANGKAL, EMISI GAS KARBONDIOKSIDA DAN POLA ALIRAN FLUIDA UNTUK MENGKLARIFIKASI SISTEM PANAS BUMI DI DAERAH MANIFESTASI DIWAK-DEREKAN, JAWA TENGAH Imroatun Nikmah, Udi Harmoko Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Univrsitas Diponegoro, Semarang Email : ini39mah@yahoo.com ABSTRACK The research on temperature, carbon dioxide emissions (CO 2) and fluid flow has been done at the site of geothermal manifestations Diwak-Derekan by using three methods: shallow surface temperature method, emissions of carbon dioxide (CO 2) and Advance Groundwater (water level). The purpose of this study is to determine the temperature distribution, the emission of carbon dioxide (CO 2) and fluid flow in the area Diwak-Derekan to get a conceptual model of the geothermal system. The shallow surface temperature measurement, emissions of carbon dioxide (CO 2) and water table at the site of geothermal manifestations Diwak-Derekan has done with maps and put them in a third compiles data on height topography data. The result of study, in the manifestation area obtained result distribution of shallow surface temperature is about 30,77 o C (Diwak) and 30,64 o C (Derekan) with emission of carbon dioxide (CO 2) is about 9%. And for water level measurement indicates that the flow of shallow ground water is coming from the west location of manifestations and mixed with hydrothermal fluids which then turn up to the surface as hot springs. Keywords: shallow surface temperatures, emissions of carbon dioxide (CO 2), ground water, geothermal. INTISARI Penelitian tentang suhu, emisi gas karbondioksida (CO 2) dan aliran fluida telah dilakukan di lokasi manifestasi panas bumi Diwak-Derekan dengan menggunakan tiga metode, yaitu: metode temperatur permukaan dangkal, emisi gas karbondioksida (CO 2) dan Muka Air Tanah (water level). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi suhu, emisi gas karbondioksida (CO 2) dan aliran fluida di daerah Diwak-Derekan untuk mendapat model konseptual sistim panas bumi. Pengukuran temperatur permukaan dangkal, emisi gas karbondioksida (CO 2) dan muka air tanah di lokasi manifestasi panas bumi Diwak Derekan dilakukan dengan menyusunnya dalam sebuah peta dan mengkompilasi ketiga data tersebut terhadap data ketinggian topografi. Hasil penelitian muka air tanah menunjukkan bahwa aliran air tanah dangkal berasal dari arah barat lokasi manifestasi dan bercampur dengan fluida hydrothermal yang kemudian muncul ke permukaan sebagai mata air panas. Aliran air tanah permukaan dangkal ini sesuai dengan pergerakan air secara vertikal yang dipengaruhi oleh gerak gravitasi, yaitu berasal dari daerah yang mempunyai tekanan tinggi ke daerah yang mempunyai tekanan rendah. Dan pada daerah manifestasi diperoleh nilai distribusi temperatur permukaan dangkal 30,77 o C (Diwak) dan 30,64 o C (Derekan) dengan nilai emisi gas karbondioksida (CO 2) 9 %. Kata kunci: temperatur permukaan dangkal, emisi gas karbondioksida (CO 2), air tanah, panas bumi. PENDAHULUAN Energi panas bumi merupakan energi alternatif terbarukan yang sangat potensial. Indonesia diperkirakan memiliki cadangan potensial energi panas bumi sebesar 19.657 Mwe yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, seperti sumatera sebesar sebesar 9.561 Mwe, Jawa-Bali sebesar 5.681 Mwe, Sulawesi sebesar 1.565 Mwe dan tempat lainnya sebesar 2.850 Mwe. Meskipun energi panas bumi merupakan sumber energi yang terbarukan, tetapi masa produktifnya dipengaruhi oleh pengelolaan lapangan panas 49

Imroatun Nikmah dan Udi Harmoko Studi Distribusi Temperatur Permukaan... bumi. Masalah yang sering dijumpai dalam pengelolaan lapangan panas bumi adalah penurunan tekanan uap dan penurunan temperatur reservoir. Salah satu prospek panas bumi di Jawa Tengah berada di area Diwak dan Derekan, Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Manifestasi panas bumi tersebut berupa mata air panas yang di olah oleh warga sebagai tempat pemandian air panas. Perubahan suhu permukaan dangkal diduga akibat adanya aliran fluida yang berasal dari air bawah permukaan yang terpanasi oleh batuan beku panas. Fluida panas bawah permukaan yang membentuk sistem panas bumi berasal dari magmatic waters (deep waters) yang naik ke permukaan melalui rekahan-rekahan batuan dengan membawa unsur-unsur volatil (mudah menguap), misalnya CO2. Sehingga untuk menklarifikasi sistim panas bumi tersebut perlu dilakukan penelitian dengan mengeksplorasi suhu permukaan dangkal dan emisi gas CO2 yang didukung oleh data muka air tanah. DASAR TEORI Panas Bumi Panas bumi adalah energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di bawah kerak bumi. Sistem panas bumi ini merupakan gabungan dari beberapa unsur, yaitu: sumber panas (heat sources), reservoir, batuan penudung (cap rock), dan fluida panas. Sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari sumber panas di sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas [1]. Reservoir merupakan batuan yang memiliki permeabilitas tinggi sehingga bisa menjadi tempat terakumulasinya fluida. Fluida panas ini tidak keluar atau bocor dikarenakan ditutupi oleh batuan penudung yang merupakan batuan yang kedap air (impermeable). Adanya struktur geologi berupa patahan yang memotong reservoir, menyebabkan fluida panas ini dapat keluar. Keberadaan sistem panas bumi pada umumnya berkaitan dengan magmatisme yang terbentuk di suatu daerah. Posisi geografis Indonesia yang terletak pada jalur gunung api (ring of fire) merupakan wilayah yang memiliki suatu potensi panas bumi [1]. Kriteria Sumber Panas Bumi dan Daur Hidrologi Gambar 1. Pola aliran fluida di lapangan panas bumi (Alzwar dkk, 1998) Daur ini dimulai dari uap yang dikeluarkan dari cadangan uap sebagai uap yang disemburkan (fumarol, geiser), yang kemudian naik ke atas hingga mencapai titik kondensasi dan turun berupa titik-titik hujan. Air hujan yang jatuh sebagian akan mengalir ke permukaan dan sebagian meresap ke dalam tanah. Air permukaan berupa sungai, danau atau laut akan mengalami penguapan membentuk aliran sungai bawah tanah atau akuifer, jika melewati tubuh batuan panas akan terpanasi dan terubah ke fraksi uap. Uap ini akan naik ke permukaan, bercampur dengan penguapan dari air sungai, danau, dan laut, terkondensasi dan turun lagi menjadi air hujan dan seterusnya Gambar 1 [2]. Unsur pokok gas-gas Gunung Berapi Gas-gas gunung berapi sejumlah unsur kimiawi seperti jenis molekuler. Unsur terbesar terdiri dari H, C, O, S, N, Cl, F dan B. Unsur terkecil terdiri dari gas He, Ne, Ar, Kr, dan Xe. Hidrogen sebagian besar muncul 50

Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 49-54 sebagai air (H2O). Dari jenis karbon, karbondioksida (CO2) adalah yang dominan[3]. Air Tanah Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara pori-pori tanah dan di dalam retak-retak dari batuan. Untuk menjadi aquifer, batuan yang tersingkap harus porus dan bersifat meluluskan air sehingga memungkinkan air hujan meresap ke batuan di bawahnya. Apabila batuan yang tersingkap tersebut bersifat kedap air dan tidak meluluskan air, maka air hujan akan mengalir sebagai air permukaan dan sedikit sekali atau tidak meresap ke batuan di bawahnya. Demikian juga batuan dibawahnya yang bersifat sarang dan lulus air tadi harus berketebalan cukup dan luas, sebagai penyimpanan air dan bertindak sabagai aquifer [4]. Terjadinya Air Tanah Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukaan, yang meresap (infiltration) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolation) hingga mencapai zona jenuh (zone of saturation) dan menjadi air tanah. Tergantung pada kedudukannya terhadap muka tanah setempat, air tanah dapat dikatakan air tanah dangkal ataupun air tanah dalam. Air tanah dangkal terletak dekat permukaan, sementara air tanah dalam terletak jauh di bawah permukaan. Dangkal dapat diartikan pada kedudukan kurang dari 40 m di bawah muka tanah setempat, sedangkan kedudukan dalam lebih dari angka tersebut [5]. Muka Air Tanah Muka air tanah adalah batas antara zone jenuh dan zone tak jenuh. Secara sederhana muka air tanah adalah air yang kita temukan pertama kali ketika kita menggali sebuah sumur. Secara regional, notasi air tanah sering kali dinyatakan dengan suatu istilah yang dikenal sebagai hydraulic head atau jumlah antara tekanan hidrostatis air tanah dan ketinggian tempat. Lebih mudahnya, nilai hydraulic head adalah nilai ketinggian tempat dikurangi ketinggian muka air tanah dari permukaan bumi, seperti yang disajikan pada Gambar 2. selanjutnya, peta garis yang menunjukkan tempat yang mempunyai nilai hydraulic head yang sama disebut peta kontur air tanah atau equpoitential map. Jika peta tersebut dilengkapi dengan arah aliran air tanah maka dikenal sebagai flownets atau jaring-jaring air tanah. Karena air tanah mengalir dari tempat yang bernilai hydraulic head tinggi ke rendah, maka akan memiliki apa yang dikenal sebagai hydraulic gradient atau kemiringan muka air tanah [6]. Gambar 2. Hydraulic haed [6] METODE PENELITIAN Pengambilan data suhu permukaan dangkal ini dengan mengambil suhu yang ada pada kedalaman lubang 100 cm dari permukaan. Alat yang digunakan adalah sensor suhu Thermocouple. Sensor thermocouple yang telah dipasang ke besi penyangga, di masukkan ke dalam lubang yang disediakan. Proses pengambilan data dilakukan setelah suhu mengalami kestabilan, fungsinya agar sensor tersebut dapat mengukur nilai suhu bawah permukaan dengan benar. Untuk pengambilan data emisi gas CO2 dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kadar CO2 tanah. Alat pengukur kadar CO2 51

Imroatun Nikmah dan Udi Harmoko Studi Distribusi Temperatur Permukaan... tanah berfungsi jika dihubungkan dengan alat tabung hisap. Tabung hisap yang terhubung dengan pipa kecil dimasukkan ke dalam lubang penelitian. Kedalaman lubang tersebut 100 cm. Tabung hisap diaktifkan agar alat pengukur kadar CO2 menyerap emisi gas karbondioksida (CO2) tanah dalam lubang. Data Muka Air Tanah ini diambil dengan mengukur ketinggian air yang ada di sumur warga dengan memasukkan meteran ke dalamnya, kemudian data ini nanti akan digunakan sebagai pengurang dari nilai ketinggian topografi yang tercatat di GPS. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data temperatur permukaan dangkal Temperatur permukaan dangkal merupakan data yang diperoleh dari sistem panas bumi yang ada dibawah permukaan, pada dasarnya perpindahan panas terjadi secara konduksi melalui batuan-batuan yang ada sehingga menghantarkan panas sampai dekat permukaan. Dalam penelitian ini penulis menghipotesakan bahwa tinggi atau rendahnya nilai temperatur permukaan tergantung pada ada tidaknya aktivitas magma dibawah permukaan. Aktivitas magma dapat berupa terobosan magma yang disebut dengan intrusi magma, atau berupa aliran fluida panas serta uap panas. Magma yang terletak di dalam lapisan mantel memindahkan panas secara konduksi suatu lapisan batu padat. Di atas batu padat terdapat suatu lapisan batu berpori, yaitu batu yang mempunyai permeabilitas yang cukup. Bila lapisan batu berpori ini berisi air, yang berasal dari air tanah, resapan air hujan atau resapan air danau, maka akan terbentuk reservoir yang berisi air panas atau uap panas. Dari hasil penelitian diperoleh distribusi nilai temperatur antara 23,32 o C hingga 32,21 o C. Pada Gambar 4.1 di peroleh 2 klosur yang mempunyai nilai temperatur tinggi, 1 klosur dengan tanda segiempat menunjukkan tempat manifestasi Diwak-Derekan yang berupa air panas. Tanda segitiga merah menunjukkan daerah Diwak (A3) dengan nilai temperatur 30, 77 o C dan tanda segitiga biru menunjukkan daerah Derekan (A21) dengan nilai temperatur 30, 64 o C. Gambar 3. Peta kontur distribusi temperatur permukaan dangkal, tanda segiempat menunjukkan tempat manifestasi Diwak- Derekan yang berupa mata air panas. Segitiga biru (Derekan) dan segitiga merah (Diwak) Pengolahan data emisi gas karbondioksida Karbondioksida (CO2) merupakan suatu zat yang memiliki sifat volatil atau zat yang tidak mudah bereaksi/kurang memiliki daya larut dengan zat yang lain atau mudah menguap, sehingga gas karbondioksida (CO2) akan dilepaskan terlebih dahulu dari sebuah terobosan atau rekahan yang ada disekitar. Gas karbondioksida (CO2) berasal dari daerah reservoir yang menguap ke permukaan karena adanya zona permeabilitas yang tinggi. Kandungan emisi gas karbondioksida (CO2) yang terukur pada daerah penelitian antara 0,5% hingga 9,7%. Daerah sekitar mata air panas ditunjukkan panah dengan nilai emisi gas karbondioksida sebesar 9,7% dengan ketinggian topografi 441 mdpl. 52

Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 2, No. 1, Januari 2014, Hal 49-54 Gambar 4. Peta kontur distribusi emisi gas karbondioksida (CO2) ditunjukkan dengan (%) Pengolahan data muka air tanah Muka air tanah merupakan nilai yang didapat dari pengukuran ketinggian topografi dikurangi dengan nilai ketinggian air. Pada dasarnya muka air tanah merupakan air yang pertama didapat pada saat membuat sumur. Data muka air tanah diambil pada sumur warga yang ada disekitar. Dari hasil penelitian Gambar 5 menunjukkan bahwa model aliran fluida mengalir dari tempat yang mempunyai nilai hydraulic tinggi ke tempat yang mempunyai nilai hydraulic yang rendah. Pergerakan Aliran air tanah mengalir dari arah barat menuju timur tempat manifestasi air panas Diwak-Derekan yang kemudian bercampur dengan fluida hydrothermal dan muncul ke permukaan sebagai mata air panas. Pergerakan aliran air tanah yang secara vertikal ini dipengaruhi oleh gerak gravitasi. Hasil pengukuran menunjukan bahwa kedalaman muka air tanah adalah berkisar antara 0,8 meter hingga 11,70 meter. Gambar 4.5 Peta kontur Muka Air Tanah, tanda segiempat menunjukkan tempat manifestasi berupa air panas Diwak Derekan, tanda panah menunjukkan arah aliran air tanah yang berasal dari barat ke Diwak-Derekan Model konseptual sederhana sistem panas bumi Diwak-Derekan Dalam penelitian yang ditunjukkan Gambar 6 ini diperoleh bahwa air meteorik berasal dari arah barat yang berarah ke manifestasi. Fluida panas ini berupa air permukaan yang meresap ke dalam batuan berpori. Fluida panas yang berada dalam batuan berpori akan terpanasi oleh batuan panas yang ada dibawahnya sehingga fluida tersebut akan mengalami kenaikan temperatur dan massa jenisnya lebih kecil. Keadaan ini akan menyebabkan fluida panas naik ke atas. Gambar 4.6 Model konseptual sederhana hubungan aliran fluida, temperatur dan emisi gas karbondioksida 53

Imroatun Nikmah dan Udi Harmoko Studi Distribusi Temperatur Permukaan... Karbondioksida (CO2) merupakan salah satu kandungan gas yang dikeluarkan oleh magma. Air (H2O) dan karbondioksida (CO2) merupakan unsur terpenting dari aktivitas magma. Temperatur magma yang sangat tinggi mengakibatkan perubahan fase H2O menjadi uap panas. Uap panas akan keluar melalui rekahan-rekahan yang ada pada sekitarnya. Gas CO2 akan naik ke permukaan bersamaan dengan naiknya uap panas melalui zona permeabilitas yang tinggi. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Distribusi nilai temperatur permukaan dangkal di peroleh nilai antara 23,32 o C hingga 32,21 o C. Pada daerah manifestasi panas bumi Diwak-Derekan yang berupa mata air panas diperoleh nilai temperatur sebesar 30,77 o C (Diwak) dan 30,64 o C (Derekan) pada ketinggian 441 mdpl. 2. Distribusi nilai emisi gas karbondioksida yang tinggi diperoleh di area dekat manifestasi panas bumi Diwak-Derekan yaitu 9,7% pada ketinggian 441 mdpl. 3. Pola aliran air tanah permukaan dangkal berasal dari arah barat ke timur area manifestasi panas bumi mata air panas dengan kedalaman muka air tanah adalah berkisar antara 0,8 meter hingga 11,70 meter. 4. Model konseptual dari manifestasi panas bumi akan bercampur dengan air juvenil atau fluida hydrothermal dan muncul ke permukaan karena adanya zona permeabilitas yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA [1] Hermawan, D.,Widodo S., Mulyadi E. 2012.Sistem Panas bumi Daerah Candi Umbul-Telomoyo Berdasarkan Kajian Geologi dan Geokimia, Buletin Sumber Daya Vol. 7 No. 1, hal. 1-6. Bandung. [2] Alzwar, M. Samodra, H and Tarigan, J.I. 1988. Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Bandung: Nova. [3] Rittman, A. 1962. Volcanoes and the activity. New York: John Willey and Sons. [4] Sosrodarsono, S. 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita : Jakarta. [5] Soetrisno. 2002. Aspek Hukum dan Kelembagaan Pengelolaan Air Tanah dalam Penyelenggara Otonomi Daerah. [6] Haryono, E dan Adji T.N. 2009. Bahan Ajar: Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Saran Penelitian ini dapat dilakukan lebih lanjut dengan menggunakan metode geologi, geofisika dan geokimia agar didapatkan analisis yang lebih lengkap untuk mengklarifikasi adanya panas bumi didaerah Diwak-Derekan. 54