BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII MTsN SUBANG ANAK KABUPATEN TANAH DATAR

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika yang ada dalam situasi nyata. Campbell dalam Linda (2008:6) mengungkapkan bahwa Pembelajaran matematika menekankan kesadaran dan kemampuan untuk berargumen dan berkomunikasi secara matematis, untuk memecahkan masalah dan menerapkan matematika dalam kehidupan para siswa sehari-hari. Berdasarkan pendapat di atas, tergambar bahwa kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan sengaja, atas bimbingan guru untuk membahas suatu permasalahan. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru yaitu dengan menggunakan metode dan pendekatan belajar yang tepat, agar tercipta suatu kegiatan mental yang tinggi meliputi proses aktif dari dalam diri siswa yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru dalam menyelesaikan masalah matematika. Dalam pembelajaran matematika, keaktifan siswa sangat berpengaruh dalam rangka memahami konsep secara menyeluruh yang merupakan dasar penting dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa siswa harus berperan aktif dan 7

8 terlibat secara menyeluruh dalam pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika bukan hanya bersifat fisik tetapi mental juga harus terlibat. Siswa hendaknya merasa senang dan bersemangat dalam mempelajari matematika. 2. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme Pembelajaran berdasarkan pandangan konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestesi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung pada individu yang melihat dan mengkonstruksinya ( Wina Sanjaya, 2005 : 118 ). Menurut Confrey (1992), teori pembelajaran konstruktivisme mempunyai implikasi terhadap pembelajaran matematika yaitu pembelajaran matematika membantu siswa untuk membangun konsepkonsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Dapat dikatakan bahwa

9 pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman. Pemahaman/pengetahuan dapat dibangun oleh siswa itu sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Cobb dalam Suherman (2003 : 76) mengemukakan bahwa belajar dipandang sebagai poses aktif dan konstruktif dimana siswa mencoba menyelesaikan masalah yang muncul. Dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika siswa diharapkan berpartisipasi aktif untuk mengembangkan kemampuannya baik mengingat materi, mengamati, memahami, dan mengaplikasikan konsep, sehingga melalui proses tersebut siswa dapat membangun sendiri pengetahuan baru. Sehubungan dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, Hudojo dalam Asikin (2003 : 9) mengemukakan : Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep/prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep/prinsip tersebut terbangun kembali, transformasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Dengan demikian dalam pembelajaran siswa dipandang sebagai pusat pembelajaran. Guru harus dapat mengusahakan sistem pembelajaran sedemikian rupa sehingga dalam pembelajaran siswa menguasai pelajaran secara optimal dan mencapai hasil yang optimal pula. Menurut Asikin (2003:8), beberapa prinsip dalam pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut :

10 a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun sosial. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa tersebut untuk menelaah. c. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah. d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. Menurut Martinis Yamin (2008:3), mengajar berdasarkan pandangan kaum konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Berdasarkan keterangan di atas jelas terlihat bahwa dalam pembelajaran konstruktivisme, siswalah yang lebih banyak aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sehingga diperoleh konsep matematika. Lebih lanjut Asikin (2003:9) menjelaskan bahwa ciri pembelajaran matematika secara konstruktivisme adalah sebagai berikut : a. Siswa terlibat secara aktif dalam belajarnya. b. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dalam bekerja dan berfikir. c. Siswa belajar bagaimana belajar itu. d. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap informasi (materi) kompleks terjadi. e. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan. f. Berorientasi pada pemecahan masalah.

11 Ini berarti siswa harus membangun pengetahuan mereka sendiri. Guru hendaklah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dan mengajak siswa secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mohammad Nur (2000:1) bahwa tugas pendidik tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. Lebih lanjut Asikin (2003:5) menyatakan bahwa psikologi konstruktivisme berkembang dalam dua arah yaitu : yang lebih personal individual, dan subjektif seperti Piaget dan pengikut-pengikutnya. Dan yang lebih sosial seperti Vygotsky (sociocuhuralism). Piaget menekankan aktivitas individual dalam pembentukan pengetahuan, sedangkan Vygotsky menekankan pentingnya aktivitas dalam masyarakat (lingkungan secara kultural). Pandangan kedua ahli tersebut mendasari lahirnya dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah yang berdasarkan pandangan Piaget, dan model pembelajaran interaktif yang berdasarkan pandangan Vygotsky.

12 3. Model Pembelajaran Interaktif Model pembelajaran interaktif merupakan salah satu model pembelajaran dalam konstruktivisme yang berdasarkan pada pandangan Vygotsky. Pandangan Vygotsky ini dijelaskan dalam Asikin (2003:18) yang menyatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul melalui percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap kedalam individu tersebut. Pandangan Vygotsky ini juga dijelaskan oleh Mohammad Nur (2000 : 18) yang menyatakan bahwa Vygotsky memberi tempat yang lebih penting pada aspek sosial pembelajaran. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Selanjutnya Mohammad Nur (2000 : 19) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan guru dan teman sejawat. Melalui tantangan dan bantuan dari guru atau teman sejawat yang lebih mampu, siswa bergerak ke dalam zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi. Zona perkembangan terdekat merupakan istilah yang diberikan Vygotsky untuk zona antara tingkat perkembangan aktual siswa dan tingkat perkembangan potensialnya. Dalam pembelajaran interaktif, guru menyediakan aktivitas yang dapat memancing siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka dalam memecahkan suatu permasalahan matematika atau dalam menemukan konsep matematika. Disamping itu siswa juga harus dapat

13 saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya untuk melanjutkan ide-ide mereka. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Asikin (2003:17) sebagai berikut : Dalam pembelajaran interaktif terdapat dua hal yang ditekankan dalam proses belajar, yang pertama adalah siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan melakukan aktivitas yang disediakan oleh guru bisa berupa pemecahan masalah, melakukan eksperimen, menginvestigasi ataupun aktivitas lainnya dan yang kedua adalah siswa mengkomunikasikan dengan yang lainnya. Holmes dalam Asikin (2003:15) mengklasifikasikan pelaksanaan pembelajaran interaktif dalam lima fase, yaitu : a. Introduction ( pengantar ) b. Activity / Problem Solving ( melakukan aktivitas atau memecahkan masalah ) c. Sharing and Discussion ( saling berbagi dan berdiskusi ) d. Summarizing (meringkas/menarik kesimpulan) e. Assessment of Learning of Unit Materials (menilai hasil belajar unit materi). Lebih lanjut dalam Asikin (2003:16) dijelaskan bahwa fase dalam model pembelajaran interaktif adalah sebagai berikut : Fase Pertama Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, kemudian mengorganisasi kelas, apakah siswa diminta untuk belajar secara individual atau belajar secara berkelompok. Selanjutnya di fase ini juga guru menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.

14 Fase Kedua Siswa mulai melaksanakan aktivitas yang telah ditentukan guru pada fase pertama, siswa dapat bekerja secara individual ataupun berkelompok tergantung pada pengorganisasian kelas yang dilakukakan guru pada fase pertama. Guru dapat memberikan bimbingan atau bantuan terbatas kepada siswa dalam melakukan tugasnya tanpa memberikan jawaban masalah secara langsung kepada siswa. Fase ketiga Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada teman-teman sekelasnya, siswa-siswa lainnya diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan temannya. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu siswa lebih memahami topik yang mereka pelajari. Fase keempat Fase menarik kesimpulan. Di fase ini siswa memperbaiki hasil pekerjaannya jika terdapat kesalahan. Guru dapat memberikan beberapa permasalahan ataupun soal latihan yang dapat dijawab secara lisan ataupun tulisan untuk mengecek kembali pemahaman siswa. Di akhir fase ini guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang apa yang telah dipelajarinya.

15 Fase Kelima Fase menilai unit materi. Pada fase ini guru dapat memberikan penilaian setelah pembelajaran dilaksanakan. Pada fase melakukan aktivitas atau memecahkan masalah (fase kedua), terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil, mereka saling bertukar ide dalam memecahkan masalah, siswa yang lemah dapat bertanya kepada siswa yang lebih pandai. Melalui fase ini diharapkan siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang akan dipelajarinya. Selain itu melalui fase ini diharapkan pula siswa terbiasa untuk mencoba menyelesaikan masalah matematika sendiri tanpa tergantung penuh pada guru, atau dengan kata lain dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk belajar mandiri sehingga pengetahuan yang dipahaminya tidak hanya sebatas pada apa yang diberikan guru. Pelaksanaan model pembelajaran interaktif dalam penelitian ini sesuai dengan fase-fase yang telah dijelaskan oleh Asikin. Pembelajaran dilaksanakan dengan berkelompok. Aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam kelompok adalah menyelesaikan permasalahan matematika yang dapat memancing siswa untuk berfikir dan mengkonstruksi sendiri konsepkonsep atau prinsip-prinsip yang akan dipelajari. Permasalahan matematika tersebut disajikan dalam Lembar Penuntun Diskusi (LPD). LPD digunakan untuk membantu siswa dalam diskusi sehingga diskusi lebih terarah. LPD ini dirancang sendiri oleh guru sesuai dengan kurikulum. Melalui penggunaan LPD diharapkan setiap siswa dapat mengkonstruksi sendiri

16 pengetahuannya, saling bertukar ide dan saling bekerjasama dalam kelompok, karena konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam matematika akan mudah dipahami oleh siswa jika mereka belajar dan bekerjasama dengan teman-temannya serta mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka. Dalam model pembelajaran interaktif, siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari 3 sampai 5 orang. Mereka saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Pengertian kelompok menurut Johnson and Johnson dalam Romlah (1989:23) : Kelompok adalah dua atau lebih individu berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, mengetahui dengan pasti individu-individu yang lain yang menjadi anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan mereka yang positif dalam mencapai tujuan bersama. Pembentukan kelompok heterogen berdasarkan kemampuan akademis cukup efektif dalam melaksanakan proses pembelajaran kelompok kecil. Maksud kelompok heterogen adalah kelompok yang terdiri dari siswa yang berbeda kemampuan akademiknya, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin maupun ras. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakang dengan dirinya. Dalam pengelompokan berdasarkan kemampuan akademis, kelompok pembelajaran terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan yang lainnya dari kelompok yang

17 kemampuan akademisnya kurang (Anita Lie, 2002:40). Selanjutnya Anita Lie menambahkan bahwa terdapat tiga keuntungan dari pembentukan kelompok yang juga berdasarkan kemampuan akademis yaitu : a. Memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling saling mendukung. b. Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik, dan keturunan/gender. c. Memudahkan pengelolalaan kelas. Pembentukan kelompok dalam penelitian ini adalah pembentukan kelompok heterogen berdasarkan kemampuan akademis. 4. Lembar Penuntun Diskusi (LPD) LPD ini digunakan untuk membantu siswa dalam diskusi kelompok agar diskusi terarah. LPD hendaknya ditulis secara sederhana dan menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa. LPD ini dirancang sendiri oleh guru sesuai dengan kurikulum, melalui LPD ini diharapkan setiap siswa dapat memperdalam materi pelajaran, mengkontruksi sendiri pengetahuannya, saling bertukar ide dan saling bekerja sama dalam kelompoknya. Beberapa hal yang harus dimuat dalam LPD yaitu : a. Petunjuk bagi siswa mengenai topik yang dibahas, pengarahan umum dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.

18 b. Petunjuk-petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh siswa secara terperinci dan diselingi dengan pelaksanaan kegiatan. c. Soal dan tugas untuk dikerjakan siswa. Dalam penelitian ini, LPD yang dirancang berupa persoalan atau permasalahan matematika yang dapat ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari atau hal-hal yang telah dipelajari dan diketahui oleh siswa. LPD tersebut diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat memancing siswa untuk berfikir dan mengkonstruksi sendiri konsep/prinsip yang akan dipelajari. LPD disusun secara sistematis sesuai dengan tingkat kesukaran soal yang mencakup sebagian atau seluruh sub pokok bahasan. Tiap satu LPD diperuntukkan untuk satu kali pertemuan yang dibagikan kepada masingmasing siswa. Penggunaan LPD merupakan salah satu variasi pendekatan dalam proses pembelajaran yang digunakan guru dengan tujuan agar siswa lebih aktif. Dengan demikian diharapkan siswa mampu menemukan sendiri konsep/prinsip matematika yang berkaitan dengan materi yang diberikan guru. 5. Aktivitas Siswa dalam Belajar Aktivitas merupakan hal penting dalam pembelajaran, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Edi Suardi dalam Sardiman (2001:15) mengemukakan ciri-ciri dari adanya

19 interaksi dalam proses belajar mengajar yang salah satunya yaitu ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Aktivitas siswa yang dimaksud misalnya mengajukan pertanyaan, berani mengemukakan pendapat dalam kelompok, menanggapi pendapat teman, dan sebagainya. Aktivitas siswa tidak hanya dinilai dari partisipasinya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru, tetapi aktivitas siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan kreatif. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman 2001:100) membuat indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : 1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato. 4) Writing activities, seperti menulis / menyalin cerita, karangan, membuat laporan, dan mengisi angket. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta, dan diagram. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model dan melakukan demonstrasi.

20 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Adapun aktivitas belajar siswa yang ingin peneliti amati memiliki indikator-indikator sebagai berkut : 1. Oral activities, a. Memberikan ide kepada kelompoknya. b. Menanyakan kepada anggota kelompoknya jika ada permasalahan yang tidak dimengerti. c. Memberikan pertanyaan yang sesuai dengan hasil presentasi diskusi kelompok lain. 2. Listening activities Mendengarkan ide dari kelompoknya. 3. Mental activities a. Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dari kelompok lain. b. Menarik kesimpulan hasil diskusi. c. Menanggapi pertanyaan guru.

21 Guru sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan aktivitas pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran salah satunya dengan melibatkan siswa secara aktif baik perorangan maupun berkelompok. 6. Hasil Belajar Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseoarang. Antara proses belajar dan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Menurut Moh. Uzer Usman (1995:5), seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang didapat setelah dilakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Bloom (1974:18) menjelaskan bahwa dalam ranah kognitif ada enam kelas utama yaitu : 1. Pengetahuan ( Knowledge ), menekankan pada ingatan siswa tentang materi yang telah diajarkan 2. Pemahaman ( Comprehension ), merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. 3. Aplikasi ( Application ), merupakan penerapan dari pemahaman materi yang telah dipelajari. 4. Analisis ( Analysis ), menekankan pada uraian materi yang lebih rinci.

22 5. Sintesis ( Synthesis ), mengulang dan mengkombinasikan materi yang telah dipelajari dengan materi baru. 6. Evaluasi ( Evaluation ), malakukan penilaian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Anderson dan David R. Karthwohl (2001:29) mengatakan bahwa ranah kognitif memiliki enam tingkatan, yaitu : 1. Pengetahuan, menekankan pada ingatan siswa tentang materi yang telah diajarkan. 2. Pemahaman, maksudnya memahami materi yang telah diajarkan. 3. Aplikasi, merupakan penggunaan prosedur/materi yang telah diajarkan pada siswa. 4. Analisis, merupakan unsur-unsur pokok materi yang saling berhubungan satu sama lain. 5. Evaluasi, penilaian kemampuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. 6. Menciptakan, yaitu menyusun kembali/menggabungkan unsur-unsur ke dalam struktur yang tepat. Hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru dan kepada siswa itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan bahan dan kemampuan yang dicapai siswa tentang materi pelajaran yang telah diberikan guru. Hasil belajar yang diperoleh siswa diungkapkan dalam bentuk angka dan huruf yang menggambarkan tingkat pengetahuan siswa terhadap apa yang

23 telah dipelajari. Pada penelitian ini penulis akan melihat hasil belajar siswa pada ranah kognitif. B. Penelitian yang Relevan Novera Handayani (2010) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika ( Studi Eksperimen di Kelas VII SMPN 5 Padang ). Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah pembelajaran konstruktivisme lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional, dan juga dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. C. Kerangka Konseptual Salah satu penyebab rendahnya aktivitas siswa dalam belajar matematika adalah metode yang digunakan selama ini kurang membuat siswa aktif dan siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka, sehingga konsep-konsep matematika kurang dipahami dan siswa cepat lupa dengan konsep yang dipelajarinya karena mereka cenderung menghafal bukan memahami. Hal ini menjadikan siswa kurang mendapat makna dari pelajaran yang mereka alami. Pemilihan penerapan model pembelajaran interaktif dalam penelitian tindakan kelas ini karena model pembelajaran ini merupakan konsep belajar dimana siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas yang dirancang oleh guru. Dalam model pembelajaran interaktif ini

24 konsep-konsep matematika tidak boleh diberikan secara langsung kepada siswa, tetapi harus ditemukan sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru dan berdasarkan konsep-konsep yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Hal ini tidak hanya membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran tetapi juga membuat siswa lebih.memahami materi yang diajarkan. Model pembelajaran interaktif ini dimaksudkan agar siswa aktif dalam belajar dan terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa serta siswa mampu memahami materi tersebut. Selama pembelajaran berlangsung, maka diamati aktifitas belajar siswa dengan bantuan teman sejawat di sekolah. Dengan menggunakan model pembelajaran interaktif ini diharapkan juga dapat meningkatkan minat siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut akan dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar sesudah tindakan di akhir siklus.

25 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1 Pelaksanaan pembelajaran dengan metode konvensional Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang rendah Hasil balajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas XI IA SMA Pertiwi 1 Padang rendah Pelaksanaan Pembelajaran dengan model pembelajaran Interaktif Hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas XI IA SMA Pertiwi 1 Padang meningkat Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika kelas XI IA SMA Pertiwi 1 Padang meningkat Gambar 1 : Kerangka Berpikir Penelitian D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siswa kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang. 2. Model pembelajaran interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang.