BAB II LANDASAN TEORI. Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi memiliki tiga asas utama (Bastaman, 2007), yaitu: penderitaan dan kepedihan sekalipun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. serta pembagian peran suami dan istri. Seiring dengan berjalannya waktu ada

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

POLA HUBUNGAN DALAM KELUARGA (Suatu Kajian Manajemen Keluarga) Oleh : Dr. Ravik Karsidi, M.S.

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI II.A. Makna Hidup II.A.1. Pengertian Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana kemudian teori ini kemudian dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni : a. Kebebasan berkehendak (the freedom to will) b. Hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) c. Makna Hidup (the meaning of life) Kebebasan berkehendak adalah kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokultural, serta sejarah hidupnya, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Kualitas ini adalah khas manusia yang bukan saja mempunyai kemampuan untuk mengambil jarak (to detach) terhadap berbagai kondisi lingkungan di luar dirinya, melainkan juga terhadap berbagai kondisi diri sendiri (self-detachment). Kemampuan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dianggap penting dan baik bagi dirinya yang harus ditimbang dengan tanggungjawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan (dalam Bastaman, 1996). Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada diri manusia. Hasrat inilah yang memotivasi setiap orang untuk bekerja, berkarya, dan 14

melakukan kegiatan-kegiatan penting lainnya dengan tujuan agar hidupnya menjadi berharga dan dihayati secara bermakna. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidupnya. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini berarti dan biasanya mereka yang menemukan dan mengembangkannya akan terhindar dari keputusasaan ( dalam Bastaman, 1996). Dalam Bastaman (2007), makna hidup memiliki beberapa karakteristik, yaitu : a. Makna hidup itu sifatnya unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus ditemukan sendiri. Apa yang dianggap penting dan berharga bagi seseorang belum tentu penting dan berharga bagi orang lain. b. Makna hidup itu spesifik dan konkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis. c. Makna hidup memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup yang sifatnya unik dan personal dimana jika makna hidup berhasil ditemukan dan dipenuhi dapat membuat hidup berarti dan akan terhindar dari keputusasaan. 15

II.A.2. Penghayatan Hidup II.A.2.a. Penghayatan Hidup Bermakna Menurut Bastaman (2007), penghayatan hidup bermakna dapat berupa: 1) Menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan gairah, serta jauh dari perasaan hampa. 2) Mempunyai tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, sehingga kegiatan-kegiatan menjadi terarah. 3) Merasakan sendiri kemajuan yang telah dicapai. 4) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dalam arti menyadari batasan-batasan lingkungan dan tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik dilakukan. 5) Menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri, betapapun buruknya keadaan. 6) Menghadapi situasi yang tidak menyenangkan atau penderitaan dengan sikap tabah dan sadar ada makna serta hikmah dibalik penderitaannya. 7) Benar-benar menghargai hidup dan kehidupan. Tidak pernah berpikir untuk bunuh diri sebagai jalan keluar dari penderitaan yang ada. Jadi, penghayatan hidup bermakna tercermin dalam perilaku-perilaku sebagai berikut: menjalani hidup dengan semangat, memiliki tujuan hidup yang jelas, merasakan kemajuan yang telah diperoleh, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, menyadari bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam keadaan apapun, bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi suatu peristiwa bahkan penderitaan sekalipun, dan benar-benar menghargai kehidupannya. 16

II.A.2.b. Penghayatan Hidup Tanpa Makna Bastaman (2007) mengemukakan bahwa dalam kehidupan seseorang mungkin saja hasrat untuk hidup secara bermakna ini tidak terpenuhi. Penyebabnya antara lain karena kurang disadari bahwa dalam kehidupan itu sendiri dan pengalaman masing-masing orang terkandung makna hidup yang potensial yang dapat ditemukan dan dikembangkan. Selain itu mungkin karena pengetahuan yang kurang mengenai prinsip dan teknik dalam menemukan makna hidup itu sendiri. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya menimbulkan penghayatan makna hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Kebosanan adalah ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa. Penghayatan-penghayatan seperti digambarkan di atas mungkin saja tidak terungkap secara nyata, tapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang berlebihan untuk: berkuasa (the will to power), bersenang-senang mencari kenikmatan (the will to pleasure) termasuk kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang (the will to money). Penghayatan hidup tanpa makna ini jika tidak diatasi dapat berkembang menjadi karakter pribadi neurosis noogenik, karakter totaliter dan karakter konformis. 1) Neurosis Noogenik, merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat prestasi dan penyesuaian diri seseorang. Gangguan ini biasanya 17

tampil dalam keluhan-keluhan serba bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali. Motto hidup dari pribadi ini adalah Aku salah dan Kamu pun tidak benar. Aku serba salah. 2) Karakter Totaliter, adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain. Pribadi ini sangat peka kritik dan biasanya akan menunjukkan reaksi menyerang kembali secara keras dan emosional. Motto hidup dari ribadi totaliter ini adalah Aku benar dan Kamu salah. Semau aku. 3) Karakter Konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri. Motto hidup karakter konformis adalah Aku salah dan Kamu benar. Aku ikut kamu saja. Jadi, jika seseorang tidak berhasil menemukan makna hidupnya, maka ia akan mengalami penghayatan hidup tanpa makna. Individu tersebut akan merasa kehampaan dalam hidup, bersikap apatis, bosan, dan merasa tidak memiliki tujuan hidup. Sikap ini biasanya berkembang menjadi karakter-karekter khusus, yaitu: neurosis noogenik (sering mengeluh bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali); karakter totaliter (cenderung untuk memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia menerima masukan dari orang lain); dan karakter konformis (cenderung untuk selalu berusaha mengikuti 18

dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya sendiri). II.A.3. Sumber-Sumber Makna Hidup Frankl (dalam Bastaman, 2007) menyatakan tiga kelompok nilai yang dapat menjadi sumber makna bagi hidup dalam diri manusia, yaitu : a. Nilai-nilai Kreatif (Creative Values) Dengan apa yang dapat diberikan bagi kehidupan ini (what we give to live). Maksudnya melalui tindakan-tindakan kreatif atau menciptakan suatu karya seni atau bahkan dengan melayani orang lain dapat dikatakan sebagai ungkapan rasa seseorang. Melalui karya dan kerja seseorang dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna b. Nilai-nilai Penghayatan (Experiential Values) Dengan apa yang dapat kita ambil dari dunia ini (what we take from the world). Maksudnya dengan mengalami sesuatu misalnya melalui kebaikan, kebenaran dan keindahan, dengan menikmati alam dan budaya, atau dengan mengenal manusia lain dengan segala keunikannya, dengan mencintainya. c. Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values) Dengan sikap yang diambil untuk tetap bertahan terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari (the attitude we take toward unavoidable suffering). Ketika manusia menghadapi nasib buruk atau situasi menghambat yang tidak bisa diubahnya, dengan kata lain ketika menderita, dia tetap bisa merealisasikan nilai yang bisa mengantarkannya kepada makna. 19

Selain tiga sumber nilai yang dikemukakan oleh Frankl, ada nilai lain yang menurut Bastaman dapat menjadikan hidup menjadi lebih bermakna, yaitu : d. Nilai-nilai Pengharapan (Hopeful Values) Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan sekalipun belum tentu menjadi kenyataan dapat memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sumbersumber makna hidup ada tiga, yaitu nilai-nilai kreatif (Creative Values), nilai-nilai penghayatan (Experiental Values), nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values), dan nilai-nilai harapan (Hopeful Values) II.A.4. Komponen Keberhasilan Menemukan Makna Hidup Bastaman (1996) mengemukakan komponen-komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam mengubah hidup dari penghayatan hidup tidak bermakna menjadi lebih bermakna, yaitu : a. Pemahaman diri (Self Insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. b. Makna Hidup (Meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan pengarah kegiatan-kegiatannya. 20

c. Pengubahan sikap (Changing Attitude), dari yang semula tidak tepat menjadi tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup, dan musibah yang tidak terelakkan. d. Keikatan diri (Self Comitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. e. Kegiatan terarah (Directed Activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi, bakat, kemampuan, ketrampilan yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. f. Dukungan sosial (Social Support), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya, dan selalu bersedia memberi bantuan pada saat diperlukan. Selanjutnya tahap-tahap ini dapat dikategorikan atas lima kelompok tahapan berdasarkan urutannya, yaitu : a. Tahap derita (Peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna) b. Tahap penerimaan diri (Pemahaman diri, pengubahan sikap) c. Tahap penemuan makna hidup (penemuan makna dan penentuan tujuan hidup) d. Tahap realisasi makna (Keikatan diri, kegiatan terarah, dan pemenuhan makna hidup) e. Tahap kehidupan bermakna (penghayatan bermakna, kebahagiaan) Di dalam kenyataannya urutan proses tersebut dapat tidak diikuti secara tepat, tidak selalu tepat sesuai dengan konstruksi teori yang ada. 21

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat enam komponen yang menentukan berhasilnya seseorang dalam meraih hidup bermakna, yaitu pemahaman diri (Self Insight), makna hidup (Meaning of life), pengubahan sikap (Changing Attitude), keikatan diri (Self Comitment), kegiatan terarah (Directed Activities), dan dukungan sosial (Social Support). II.A.5. Metode Menemukan Makna Hidup Proses menemukan makna hidup tersebut dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu : a. Metode pemahaman diri Metode ini pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang. Dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengenali keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan pribadi (penampilan, sikap, bakat, pemikiran) dan kondisi lingkungan (keluarga, tetangga, teman sekerja). 2. Menyadari keinginan masa kecil, masa muda, dan keinginan sekarang, serta memahami kebutuhan-kebutuhan apa yang mendasari keinginan itu. 3. Merumuskan secara lebih jelas dan nyata hal-hal yang diinginkan untuk masa mendatang dan menyusun rencana yang realistis untuk mencapainya. b. Metode bertindak positif Dilakukan dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan positif. 22

c. Metode pengakraban hubungan Hubungan akrab adalah hubungan antara seorang pribadi dengan pribadi lain sedemikian rupa sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya, dan saling memahami, serta dirasakan bermakna bagi masing-masing pihak. Metode ini menganjurkan agar seseorang membina hubungan akrab dengan orang tertentu (misalnya : keluarga, teman, rekan sekerja, dan sebagainya), sebab dalam hubungan pribadi yang akrab seseorang benar-benar merasa diperlukan dan memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain. d. Metode pendalaman catur nilai Yang dimaksud dengan catur nilai adalah usaha-usaha untuk memahami benar-benar nilai-nilai berkarya, nilai-nilai penghayatan, nilai-nilai bersikap, dan nilai-nilai pengharapan yang dapat menjadi sumber makna hidup seseorang. e. Metode beribadah Dalam pengertian yang lebih khusus, ibadah adalah ritual untuk mendekatkan diri pada Tuhan melalui cara-cara yang diajarkan dalam agama. Ibadah yang dilakukan secara hikmat sering menimbulkan perasaan tentram, mantap, dan tabah, serta tidak jarang pula menimbulkan perasaan seakan-akan mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting. Salah satu bentuk ibadah yang dapat memberikan makna khusus bagi seseorang adalah melalui doa. 23

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat lima metode menemukan makna hidup, yaitu metode pemahaman diri, metode bertindak positif, metode pengakraban hubungan, metode pendalaman catur nilai, dan metode beribadah. II.B. Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak (dalam Su adah, 2005). Namun, ada beberapa keluarga yang hanya terdiri dari suami dan istri, karena belum memiliki anak. Pasangan inilah yang disebut pasangan yang belum memiliki anak (childless marriage). Mc. Quillan, Greil, White, & Jacob (2003) mengemukakan, keadaan belum memiliki anak ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. involuntary childless, adalah sebuah keadaan dimana pasangan belum memiliki anak dan berharap nantinya akan memiliki anak. Pada keadaan ini, pasangan ini tidak mencoba untuk menunda kelahiran anak. 2. voluntary childless, adalah sebuah keadaan dimana pasangan yang belum memiliki anak disebabkan keinginan pasangan tersebut yang dapat dikarenakan beberapa hal, misalnya saja ingin lebih memikirkan karir. Sebuah survey yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan jumlah voluntary childless couples (dalam Abma & Martinez, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan (childless marriage) adalah pasangan yang belum memiliki anak, dimana keadaan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 24

involuntary childless atau keadaan belum memiliki anak dan berharap nantinya akan memiliki anak, dan voluntary childless atau keadaan belum memiliki anak karena keinginan pasangan tersebut. II.B.1.Pengertian Pernikahan Batasan tentang pernikahan ada banyak tergantung pendekatannya di antaranya adalah : Herning (1956) mengatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. Keterikatan ini bersifat persahabatan, ditandai oleh perasaan bersatu dan saling memiliki. Masing-masing individu perlu menyesuaikan diri pada pasangannya dan mengubah diri agar sesuai. Sedangkan menurut Duval dan Miller (1980) pernikahan adalah suatu hubungan yang diakui secara sosial antara pria dan wanita, yang mensahkan hubungan seksual dan adanya kesempatan mendapatkan keturunan. Pria dan wanita ini bertanggungjawab atas pengasuhan anak mereka dan pasangan ini juga selama menikah memantapkan pembagian kerja antarmereka. Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan 1/1974 menyatakan pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 25

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan antara seorang pria dan wanita yang diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. II.B.2. Motivasi untuk Menikah Ada beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk menikah, yang dikategorikan ke dalam dua faktor utama, yaitu : a. Push factor, yaitu faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk segera memasuki pernikahan, meliputi : 1. Konformitas, orang memutuskan untuk menikah karena demikian pula yang dilakukan oleh sebagian besar orang. Agaknya kebanyakan struktur kebudayaan yang ada di muka bumi ini adalah sedemikian rupa sehingga konformitas merupakan hal yang utama. 2. Cinta, cinta merupakan komitmen emosional manusia yang perlu diterjemahkan ke dalam suatu bentuk yang lebih nyata dan permanen, yaitu pernikahan. 3. Legitimasi sex dan anak, secara tradisional, masyarakat memberikan dukungan terhadap hubungan seksual hanya kepada mereka yang telah menyatakan komitmennya secara legal. Sedangkan lahirnya anak-anak yang tidak berasal dari pernikahan yang sah akan menimbulkan stigma sosial yang tidak dapat disepelekan. b. Pull factors, yaitu faktor-faktor daya tarik yang menetralisir kekawatiran seseorang untuk terikat dalam pernikahan yang akan mengurangi kebebasan. 26

Yang termasuk dalam pull factors, antara lain : 1. Persahabatan, salah satu harapan terhadap pernikahan adalah terjadinya persahabatan yang terus menerus. Banyak pasangan dalam pernikahan sesungguhnya adalah terjalinnya suatu persahabatan. 2. Berbagi, berbagi dalam gaya hidup, pikiran-pikiran, dan juga penghasilan, dianggap sebagai daya tarik seseorang untuk memasuki pernikahan. 3. Komunikasi, pasangan suami istri perlu terlibat secara mendalam dalam komunikasi yang akrab dan bermakna. Pasangan yang bahagia adalah mereka yang terampil berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal dan saling peka terhadap kebutuhan satu sama lain. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang memotivasi seseorang untuk menikah, yaitu push factor yang mendorong seseorang untuk segera memasuki pernikahan, dan pull factor yang menetralisir kekawatiran seseorang untuk terikat dalam pernikahan yang akan mengurangi kebebasan. II.B.3. Keuntungan Pasangan Yang Memiliki Keturunan Dalam Ihromi (1999), secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orangtua dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial, yaitu : 27

a. Anak dapat lebih mengikat tali pernikahan Pasangan suami istri merasa lebih puas dalam pernikahan dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah mendorong komunikasi antara suami istri, karena mereka merasakan pengalaman bersama anak mereka. b. Orangtua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda mereka melalui kegiatan anak mereka. c. Anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu Orangtua sering menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka melalui kepribadian, sifat, nilai, dan tingkah laku mereka yang diturunkan kepada anak-anak mereka. d. Orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak e. Anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian f. Anak dapat meningkatkan status seseorang Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia memiliki anak g. Anak merupakan penerus keturunan Untuk mereka yang menganut sistem patrilineal, seperti Cina, Korea, Taiwan, dan Suku Batak, adanya anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan meneruskan garis keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan dan keluarga itu dianggap akan punah. h. Anak merupakan pewaris harta pusaka 28

i. Anak mempunyai nilai ekonomis yang penting Hal ini dikarenakan anak dapat diharapkan dapat membantu kedua orangtuanya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak dapat memberi keuntungan pada orangtua dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial, yaitu dapat lebih mengikat tali pernikahan, orangtua merasa lebih muda, anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu, orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak, anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian, anak dapat meningkatkan status seseorang, anak merupakan penerus keturunan, anak merupakan pewaris harta pusaka, dan anak mempunyai nilai ekonomis yang penting. II.B.4. Penyebab Pasangan Sulit Memiliki Keturunan Kenyataan menunjukkan, 40% masalah yang membuat pasangan sulit mempunyai anak terdapat pada wanita, 40% pada pria, dan 20% pada keduanya. Jadi kedua pihak mempunyai kemungkinan sama besar pada kasus kesulitan mempunyai keturunan. Maka pemeriksaan medis juga harus dilakukan pada kedua belah pihak. Ada dua kemungkinan dalam hal sulit memiliki anak, yaitu subfertil (kurang subur) atau infertil (tidak subur). Infertilitas berhubungan dengan perubahan gaya hidup, seperti mempertahankan berat tubuh agar tetap kurus (dengan cara diet dan olahraga), merokok, penggunaan obat-obatan (seperti marijuana), menunda untuk memiliki anak, dan peningkatan kontak seksual. Menunda untuk memiliki anak adalah 29

faktor yang semakin berkembang di masyarakat yang biasanya dikarenakan suami dan istri memiliki karir. Menunda untuk memiliki anak ini dapat mengakibatkan fertilitas karena kesuburan wanita akan menurun seiring dengan meningkatnya usia (Beckmann, et. al., 2002). Dalam kasus subfertilitas itu ada beberapa konsep penjumlahan. Suami yang sangat subur bertemu istri yang kurang subur, bisa hamil. Suami yang kurang subur tapi istri yang sangat subur, bisa hamil juga. Keduanya kurang subur, maka sulit hamil. Sementara itu, kalau salah satu atau mungkin keduanya tidak subur, maka kondisinya sangat tidak subur (Muskibin, 2005). Lebih lanjut dijelaskan oleh Papalia & Olds (1998) bahwa infertilitas adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi kehamilan setelah minimal 12 bulan berhubungan seks tanpa pelindung. Dalam Santrock (2002), dikatakan terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan kesuburan pada wanita, yaitu : a. Masalah Ovulasi (ovulation problems) Beberapa penyebab yang berhubungan dengan masalah ovulasi ni adalah tumor pada kelenjar di bawah otak atau tumor ovarium dan thyroid yang tidak aktif. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan tumor pada kelenjar di bawah otak atau tumor ovarium adalah dengan operasi atau pembedahan. Dan pengobatan untuk thyroid yang tidak aktif adalah dengan memberikan obat. 30

b. Sekresi Antisperma (antisperm secretions) Penyebab dari sekresi antisperma ini belum dapat diketahui. Penyebab yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan terapi estrogen. c. Tuba fallopi tertutup (blocked fallopian tubes) Penyebabnya adalah infeksi yang diakibatkan oleh IUD, aborsi, atau penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembedahan dan memindahkan sel dari ovarium dan menempatkannya di uterus. d. Endometriosis Endometriosis adalah jaringan yang berkembang pada uterus. Penyebabnya adalah menunda kehamilan hingga usia 30an. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan pemberian hormone dan pembedahan. Endometriosis terjadi ketika lapisan kandungan bertumbuh di luar kandungan dan menyebabkan pendarahan atau penghambatan, atau bekas luka yang dapat menghambat pembuahan atau kehamilan. Dan beberapa masalah yang berhubungan dengan kesuburan pada pria, yaitu: a. Rendahnya jumlah sperma (low sperm count) Penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormone, varikokel, polutan lingkungan, dan obat-obatan (seperti kokain, marijuana, arsenic, beberapa steroid dan antibiotik). Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi hormon, pembedahan, dan menghindari panas yang berlebihan. 31

b. Sperma kurang lincah (immobile sperm) Penyebab dari sperma yang kurang lincah adalah bentuk sperma yang tidak normal, infeksi, dan rusaknya saluran sperma. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi infeksi adalah dengan memberikan antibiotik dan untuk mengatasi rusaknya saluran sperma adalah dengan pembedahan dan pemberian antibiotik. Sedangkan untuk bentuk sperma yang tidak normal tidak ada pengobatan yang dapat dilakukan. c. Antibodi sperma (antibodies against sperm) Penyebab dari masalah antibody sperma adalah karena adanya masalah pada system kekebalan (immune system). Dan pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab pasangan sulit memiliki anak dapat dikarenakan pasangan tersebut kurang subur atau tidak subur. Masalah kesuburan pada wanita dapat disebabkan karena masalah ovulasi (ovulation problems), sekresi antisperma (antisperm secretion), dan endometriosis. Sedangkan masalah kesuburan pada pria dapat disebabkan karena rendahnya jumlah sperma (low sperm count), sperma yang kurang lincah (immobile sperm), dan antibodi sperma (antibodies against sperm). 32

II.B.5. Dampak-Dampak Dari Ketidakhadiran Anak dalam Sebuah Pernikahan Ketidakhadiran anak memiliki dampak dalam kehidupan pernikahan pasangan suami istri. Dampak ini dapat dibagi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. a. Dampak Positif Adapun yang menjadi dampak positif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan, adalah : 1. Pasangan akan punya banyak waktu untuk mempertimbangkan tujuan hidupnya seperti apa yang mereka inginkan dari peran keluarga dan karir mereka, pasangan akan menjadi semakin matang dan dapat menarik manfaat dari pengalaman kehidupan mereka untuk menjadi orangtua yang lebih kompeten dan pasangan akan menjadi lebih mapan dalam karir serta mempunyai penghasilan lebih banyak untuk pengeluaran perawatan anak nantinya di kemudian hari (Olds dalam Santrock, 1995). 2. Biaya hidup tidak bertambah (Kail, 2000). Ketidakhadiran anak dapat membuat pasangan tidak perlu memikirkan biaya tambahan untuk mengurus dan membesarkan anak. Kail menjelaskan membesarkan anak itu mahal, karena harus memikirkan biaya tambahan untuk membiayai sekolah anak nantinya. Sedangkan pada pasangan yang belum memiliki anak tidak perlu memikirkan hal tersebut, dan tidak perlu takut biaya hidup akan bertambah. 33

3. Lebih bebas untuk bepergian (Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Pasangan yang belum memiliki anak akan lebih bebas untuk bepergian tanpa harus memikirkan tanggungjawab mereka untuk mengurus anak. Sehingga mereka lebih dapat bebas dan menikmati kehidupan yang mereka jalani. 4. Wanita tetap dapat terlihat menarik (Callan dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Wanita yang sedang hamil dan setelah melahirkan akan berdampak pada bentuk tubuh yang menjadi tidak proporsional. Hal inilah yang sering membuat wanita takut untuk hamil. Pada wanita yang belum memiliki anak, mereka tidak perlu takut tubuhnya menjadi tidak menarik lagi sebagai efek dari hamil dan melahirkan. b. Dampak Negatif Yang menjadi dampak negatif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan, adalah : 1. Van Hoose & Worth (dalam Kail, 2000) menyatakan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat yang berorientasi pada anak/keturunan. Karena kebanyakan masyarakat tidak melihat ketiadaan anak sebagai sesuatu yang positif. 2. Van Hoose & Worth (dalam Kail, 2000) menyatakan bahwa pasangan yang belum memiliki keturunan beresiko akan mengalami perasaan kesepian yang lebih besar di hari tuanya. 34

3. Mc. Quillan, Greil, White & Jacob (2003) menyatakan bahwa wanita yang sulit memiliki keturunan akan mengalami distress. Hal ini dapat terjadi karena peran seorang wanita adalah sebagai ibu dan peran sebagai ibu ini adalah identitas pokok untuk semua wanita dewasa. Sehingga jika seorang wanita belum memiliki anak, dapat menimbulkan stres dan stigma sosial. Dalam Peterson, Newton, Schulman (2006) dinyatakan bahwa stres dapat mempengaruhi beberapa hal, meliputi fungsi seksual, ketahanan dan kualitas dari hubungan, dan perubahan pada hubungan sosial dan keluarga. Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat stres dalam menghadapi ketiadaan anak jika dilihat dari gender. Ditemukan bahwa pria juga mengalami stres saat menghadapi keadaan infertil. Namun, stres yang dirasakannya tidak berbeda dengan stres ketika menghadapi hal lain (sumber stressor yang lain). Jadi, keadaan infertil pada pria kurang menimbulkan stres pada wanita. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa dampak positif maupun dampak negatif dari ketidakhadiran anak dalam sebuah pernikahan. Dampak positifnya meliputi pasangan dapat lebih memikirkan tujuan hidup mereka sehingga lebih dapat mengejar karir masing-masing, pasangan dapat lebih bebas bepergian, dan wanita dapat tetap terlihat menarik. Dan yang menjadi dampak negatifnya adalah pasangan harus siap menghadapi kritik sosial dari masyarakat, beresiko mengalami kesepian di hari tuanya, dan dapat mengalami distress. 35

III.C. Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan Setiap pasangan yang telah menikah, pastilah memiliki gambaran dan harapan mengenai kehadiran anak dalam kehidupan pernikahan. Bahkan anak dapat merupakan salah satu motivator seseorang untuk menikah dan dapat dikatakan kebahagiaan suatu pernikahan baru dapat terwujud saat anak hadir di kehidupan pernikahan pasangan suami istri. Namun, tidak semua pasangan yang dapat dengan cepat memiliki keturunan. Ada pasangan yang harus menunggu bertahun-tahun dan mengupayakan berbagai cara untuk memiliki seorang anak. Keadaan belum memiliki keturunan ini, bukanlah suatu hal yang dinilai positif oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat akan mengkritik pasanganpasangan yang belum memiliki keturunan dan menganggap pasangan-pasangan ini tidak mampu untuk memiliki seorang anak. Kritikan dan anggapan inilah yang dapat menimbulkan stres pada pasangan (Van Hoose & Worth dalam Kail, 2000). Terlebih ketika pihak keluarga masing-masing menginginkan hadirnya seorang anak dari pasangan tersebut. Hal ini dapat membuat pasangan menjadi lebih tertekan lagi. Biasanya, keadaan belum memiliki keturunan ini dapat memunculkan konflik-konflik rumah tangga yang berkepanjangan lalu akan menimbulkan frustrasi yang kadang menyebabkan pasangan saling menyalahkan (Muskibin, 2005). Keadaan stres dan tertekan ini dapat mempengaruhi makna hidup pasangan suami istri. Dalam Blair (2004) dinyatakan bahwa makna hidup itu sendiri terdapat dalam kehidupan dan pengalaman seseorang, baik dalam keadaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Namun, makna hidup itu 36

tersembunyi dan butuh ditemukan. Jadi, seseorang jangan hanya menghubungkan dan mengatribusikan makna pada sesuatu tetapi harus menemukan makna dari sesuatu tersebut, dan jangan hanya memikirkan makna itu tetapi harus lebih berusaha untuk menemukan makna kehidupan itu sendiri. Maka, dalam keadaan belum memiliki keturunan, pasangan tetap dapat menemukan makna hidupnya. Karena keadaan tidak menyenangkan ini tidak sepenuhnya hanya memberi dampak negatif saja, tetapi keadaan ini tetap dapat memberi dampak positif bagi pasangan. Makna hidup pasangan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Makna hidup suami dapat mempengaruhi makna hidup istri, dan sebaliknya makna hidup istri dapat mempengaruhi makna hidup suami. Karena salah satu metode menemukan makna hidup adalah metode pengakraban hubungan dimana dalam metode ini, baik istri maupun suami dapat saling mendukung satu sama lain dan juga saling menguatkan. Sehingga dalam keadaan yang tidak menyenangkan, dalam hal ini belum memiliki keturunan pasangan tetap dapat menemukan makna hidup mereka dan saling membantu pasangan untuk memaknai hidup ini. Dalam penelitian ini akan diungkap mengenai Makna Hidup pada Pasangan yang Belum Memiliki Keturunan. 37

Paradigma Menikah Budaya Makna Anak Belum Memiliki Anak Agama Dampak positif : - menjadi lebih mapan dalam karir - biaya hidup tidak bertambah - lebih bebas untuk bepergian - wanita dapat tetap terlihat ik Dampak negatif : - harus siap menghadapi kritik sosial - lebih rentan mengalami kesepian di hari tua - dapat mengalami stres Pasangan Suami Istri Makna Hidup Suami Makna Hidup Istri Sumber Makna Hidup: - nilai kreatif - nilai bersikap - nilai penghayatan - nilai harapan Komponen Keberhasilan Menemukan Makna Hidup: a. pemahaman diri b. makna hidup c. pengubahan sikap d. keikatan diri e. kegiatan terarah f. dukungan sosial Meaningfull Meaningless Keterangan: : saling mempengaruhi : dipengaruhi oleh 38

URAIAN PARADIGMA Ketika pasangan memutuskan untuk menikah, pastilah mereka memiliki pandangan tersendiri mengenai kehadiran anak dalam kehidupan pernikahan mereka. Pandangan mereka mengenai kehadiran anak dapat diperoleh dari budaya maupun agama. Di Indonesia, budaya-budayanya sangat menekankan pentingnya kehadiran anak dalam sebuah pernikahan. Hal ini terlihat dari bagaimana budayabudaya di Indonesia menempatkan salah satu dari tujuan pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Begitu juga dengan agama. Misalnya saja dalam agama Islam dan Kristen, sama-sama melihat bahwa tujuan dari pernikahan adalah untuk memperoleh keturunan. Dari hal-hal di atas terlihatlah bahwa kehadiran anak memainkan peranan penting dalam kehidupan pernikahan. Namun, tidak semua pasangan suami istri yang dapat dengan cepat memiliki anak. Karena ada juga pasangan yang belum memiliki anak meskipun usia pernikahan mereka sudah menahun. Kondisi belum memiliki anak ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada pasangan. Pasangan suami istri yang merasakan dampak positif maupun negatif ini dapat melihat keadaan mereka yang belum memiliki anak sebagai sesuatu yang bermakna maupun yang tidak bermakna. Makna hidup yang dirasakan suami dapat mempengaruhi makna hidup yang dirasakan istri, begitu juga sebaliknya. Makna hidup dapat diperoleh dari sumber-sumber nilai makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai bersikap, dan nilai harapan. Sumber-sumber makna hidup ini dapat dijadikan pasangan sebagai salah satu cara untuk 39

menemukan kebermaknaan hidupnya, apakah itu bermakna (meaningful) atau bahkan tidak bermakna (meaningless). Keadaan hidup bermakna dapat terlihat dari beberapa komponen keberhasilan makna hidup, yaitu pemahaman diri, makna hidup, pengubahan sikap, keikatan diri, kegiatan terarah, dukungan sosial. 40