BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang. SD Negeri 2 Tambakboyo mempunyai visi sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 13. hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet ke-1, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB V PEMBAHASAN. Al Huda Bandung Tulungagung Tahun Ajaran siswa di MTs Al Huda Bandung yang ditunjukkan dari t hitung > dari t tabel

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Diva Press, Jogjakarta, 2011, hlm. 5 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Di dalam dunia pendidikan guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada peserta didik untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam mengekspolrasi dan mengelaborasi kemampuannya. 2 Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh setiap insan untuk mewujudkan potensi diri yang dimilikinya supaya mempunyai kepribadian dan kecerdasan yang nantinya dapat merubah pola kehidupannya sendiri melainkan juga pola kehidupan masyarakat sekitar. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu hal yang penting dan dibutuhkan bagi semua orang, karena dengan pendidikan kita dapat bekerjasama dan bersaing positif dengan orang lain secara global. Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru disebutkan bahwa kemampuan merancang pengalaman belajar peserta didik merupakan perwujudan dari kompetensi profesional guru. Rancangan pengalaman belajar yang disusun 1 UU RI No 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Aneka Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 19 1

belajar. 3 Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang 2 oleh guru dalam tataran pengaplikasiannya terwujud dalam kegiatan dilakukan dengan sadar dan bertujuan. Tujuannya adalah sebagai pedoman kearah mana akan dibawa proses belajar mengajar. Dengan kata lain proses pendidikan tidak cukup diselenggarakan secara tradisional, berjalan apa adanya tanpa adanya target yang jelas dan tidak adanya prosedur percakapan target yang efektif dan efisien. Proses tersebut dinyatakan berhasil apabila mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dalam diri siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dapat membawa perubahan dalam ketiga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang disebut sebagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar diperlukan dalam memperoleh informasi dan kompetensi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 4 Guru bertugas dalam mengembangkan kemampuan peserta didik untuk lebih berfikir tentang informasi dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Hal inilah yang mendasari guru mata pelajaran fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, untuk lebih melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik. Sebagaimana dalam pelaksanaan di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, guru mata pelajaran Fiqih berusaha dalam pembelajaran seluruh peserta didik dapat mendapatkan hasil belajar yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya yang terdapat dalam domain psikomotor. Mengingat di dalam kelas setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam pembelajaran, maka disini tugas pendidik harus mampu belajar menurut cara masing-masing. 5 Oleh 3 Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan : Tata Rancang Pembelajaran menuju Pencapaian Kompetensi, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013, hal. 147 4 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2008, hal. 160 5 Hasil wawancara dengan Umi Kustiyah, S.Ag selaku guru Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, pada tanggal 06 Agustus 2016.

3 karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran sangat membantu pendidik dalam proses belajar mengajar, karena dengan menggunakan model pembelajaran peserta didik merasa senang dalam menerima materi. Akan tetapi pendidik juga harus tahu bahwa setiap peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda-beda. 6 Jadi ini menjadi tugas pendidik untuk membuat peserta didik memahami materi yang telah diajarkan dan pendidik harus mampu menghidupkan pembelajaran fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, pembelajaran menjadi menarik dan peserta didik diharuskan terlibat aktif dan paham dengan materi yang disampaikan. Sehubungan dengan reformasi pembelajaran dewasa ini ternyata masih terdapat peserta didik di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara yang dalam pembelajaran tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi dan bicara sendiri dengan temannya, hal itu dilakukan karena proses pembelajaran yang monoton dan peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran yang tidak bervariasi. 7 Usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu guru menggunakan model madular instruction dan concept attainment yang dimana kedua model pembelejaran tersebut dapat memberikan efek yang menarik pada peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Di era globalisasi dewasa ini ternyata masih terdapat peserta didik di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara yang menyimpang, misalnya tidak mengikuti sholat dhuha dan sholat dhuhur berjama ah. Dalam mengatasi hal itu, supaya yang dilakukan guru yaitu dengan pendidikan Fiqih, karena pendidikan Fiqih sangat diperlukan semua peserta didik untuk membina dan membekali 6 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hal. 183 7 Hasil wawancara dengan Umi Kustiyah,S. Ag selaku guru Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong jepara, pada tanggal 06 Agustus 2016.

4 dalam meningkatkan keimanan untuk memiliki kesadaran beribadah kepada Allah SWT. 8 Peserta didik yang mampu belajar mandiri dapat digambarkan sebagai peserta didik yang aktif dan mampu belajar mandiri menurut cara belajar masing-masing. Pernyataan ini senada dengan apa yang diungkapkan peserta didik kelas VII A bahwa bahwa ketika model pembelajaran modular instruction tersebut diterapkan dalam proses pembelajaran Fiqih, peserta didik ikut terlibat aktif didalamnya. Terlihat dari kegiatan belajar peserta didik yang seperti membaca buku, mendengarkan radio, kegiatan observasi lapangan yang akan membentuk pengalaman belajar peserta didik. 9 Untuk peningkatan pengalaman belajar peserta didik guru perlu melakukan pendekatan-pendekatan maupun model pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik, seperti model pembelajaran yang telah diterapkan di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara. Penggunaan model pembelajaran modular instruction merupakan proses pembelajaran mandiri mengenai suatu bahasan tertentu dengan menggunakan bahan ajar yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran modular instruction agar peserta didik mampu membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. 10 Jadi model pembelajaran modular instruction adalah sebuah model pembelajaran berbentuk pembelajaran individual/ mandiri sesuai dengan kecepatan belajar yang dimiliki peserta didik. Penggunaan model pembelajaran modular instruction dalam pembelajaran Fiqih yang diterapkan di MTs Sabilul Ulum Mayong lor 8 Hasil wawancara dengan Umi Kustiyah, S.Ag selaku guru Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, pada tanggal 06 Agustus 2016. 9 Hasil wawancara dengan Safaricha Ahadla Azzahra dan Annisa Larasati Pohan, peserta didik kelas VII A pada tanggal 20 Agustus 2016 di madrasah 10 Ridwan Abdullah Sani, Tujuan modular instruction peserta didik belajar menurut kecepatan masing-masing, Op.Cit, hal. 183

5 Mayong Jepara yaitu dengan pembelajaran mandiri/ individu. Guru memberikan suatu topik bahasan untuk dibahas peserta didik. 11 Siswa dituntut untuk aktif dan belajar mandiri sedangkan guru hanya sebagai pembimbing, fasilitator dan motivator. Model pembelajaran concept attainment merupakan model pembelajaran dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Tujuan model pembelajaran concept attainment yaitu untuk membantu peserta didik memahami suatu konsep. Siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri. 12 Jadi peserta didik tidak hanya mampu memahami konsep tapi harus bisa membentuk konsep sesuai dengan kemampuan peserta didik. Penerapan model pembelajaran concept attainment dalam pembelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara yang diterapkan peserta didik pertama dengan guru memberikan contoh, peserta didik membandingkan ciri-ciri dari contoh positif dan negatif, kemudian peserta didik menjelaskan definisi atau pengertian berdasarkan ciri-ciri yang paling penting. Dengan model pembelajaran ini diharapkan peserta didik untuk memahami konsep dan membentuk suatu konsep dengan kemampuan sendiri. 13 Berdasarkan pada uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat adalah bagaimana pendidik menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk menciptakan peserta didik dengan kemampuan belajar yang baik khususnya dalam pengalaman belajar peserta didik. Maka dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya diperlukan proses belajar mengajar 11 Hasil wawancara dengan Umi Kustiyah, S.Ag selaku guru Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, pada tanggal 06 Agustus 2016 12 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2014, hal. 158 13 Hasil wawancara dengan Umi Kustiyah, S.Ag selaku guru Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara, pada tanggal 06 Agustus 2016

6 konvensional saja yang hanya mementingkan pengalaman belajar sesuai dengan kurikulum pembelajaran, namun lebih dari itu diperlukan proses belajar mengajar yang dapat membangkitkan bepikir peserta didik. Sehubungan dari latar belakang masalah di atas, penulis berusaha mengkaji dan membahas tentang peningkatan pengalaman belajar peserta didik kelas VII melalui model pembelajaran modular instruction dan concept attainment pada mata pelajaran Fiqih dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Modular Instruction dan Concept Attainment terhadap Peningkatan Pengalaman Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/1017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditetapkan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan penggunaan Modular Instruction, Concept Attainment dan peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Adakah pengaruh penerapan Modular Instruction terhadap peningkatan pengalaman peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017? 3. Adakah pengaruh penerapan Concept Attainment terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017? 4. Adakah pengaruh penggunaan Modular Instruction dengan Concept Attainment secara simultan terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017?

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penggunaan Modular Instruction, Concept Attainment terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan modular instruction terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didk pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. 3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan concept attainment terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong jepara Tahun Pelajaran 2016/2017. 4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Modular Instruction dan Concept Attainment terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara Tahun Pelajaran 201562017. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan setelah diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Verikfikasi tentang pengaruh penggunaan modular instruction dan concept attainment terhadap peningkatan pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khusunya bagi lembaga pendidikan tempat penelitian ini berlangsung mengenai model pembelajaran modular instruction dan concept attainment terhadap peningkatan

8 pengalaman belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih di MTs Sabilul Ulum Mayong lor Mayong Jepara. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, kritikan serta saran dalam rangka membangun dan memperhatikan hal-hal kecil yang terkadang kurang dipahami dan kurang disadari oleh guru, yakni agar dapat meningkatkan model pembelajaran modular instruction dan concept attainment terhadap peningkatan pengalaman peserta didik. c. Bagi Peserta Didik Penelitian ini diharapkan agar peserta didik dapat menyadari betapa pentingnya pengalaman belajar yang diwujudkn melalui model pembelajaran modular instruction dan concept attainment.