PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001

dokumen-dokumen yang mirip
TAHUN 2003 NOMOR 18 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2000 SERI B NOMOR SERI 10

TENTANG. c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b diatas, maka perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN LANDAK PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2011 NOMOR 2

KABUPATEN BUTON UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 1993 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG PADA PIHAK KETIGA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2007 Seri : B Nomor 01

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 1993 SERI D NO. 2

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI UTARA NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DAN DEPOSITO PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 10 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KOTA CILEGON

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. PUSAKA JAYA PALU POWER (PJPP)

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR : 6 TAHUN 1992 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI GAYO LUES QANUN KABUPATEN GAYO LUES NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SELUMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI

WALIKOTA KOTA SURAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAWJAYA NOMOR 04 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PENYERTAAN MODAL DAERAH BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU. Salinan NO : 2/LD/2011

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU PADA PT. BANK SULTENG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PIHAK KETIGA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA DUMAI PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 9 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROPINSI RIAU NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah, dalam rangka implementasi Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diperlukan usaha-usaha untuk menumbuh kembangkan potensi daerah guna terbukanya sumber pendapatan daerah, antara lain dengan usaha-usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga; b. bahwa dalam rangka pengelolaan, pengembangan, peningkatan serta pengembangan usaha-usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pem-bentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3829); 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839); 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3952); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga. DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA. - 1 -

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Dumai. b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai. c. Walikota adalah Walikota Dumai. d. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Dumai. e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang disingkat dengan DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai. f. Modal Daerah adalah Kekayaan Daerah yang belum dipisahkan baik berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak seperti tanah, bangunan, mesin-mesin atau pun barang-barang yang dapat dinilai dengan uang seperti surat berharga, fasilitas dan hak-hak lainnya. g. Penyertaan Modal Daerah selanjutnya disebut penyertaan modal adalah usaha menyertakan modal daerah pada suatu usaha bersama dengan pihak ketiga, dan atau pemanfaatan modal daerah oleh pihak ketiga dengan suatu imbalan tertentu. h. Pihak Ketiga adalah Instansi atau Badan Usaha dan atau perorangan yang berada diluar organisasi Pemerintah antara lain, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Usaha Koperasi, Swasta Nasional, dan atau Swasta Asing yang tunduk pada Hukum Indonesia. BAB II TUJUAN PENYERTAAN MODAL Pasal 2 (1) Penyertaan Modal Daerah pada pihak ketiga bertujuan meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan menambah pendapatan daerah. (2) Untuk mencapai tujuan tersebut pada ayat 1, penyertaan modal daerah pada pihak ketiga dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan. BAB III TATA CARA PENYERTAAN MODAL Pasal 3 (1) Penyertaan Modal Daerah pada pihak ketiga dapat dilaksanakan dengan cara: a. Pembelian Saham dari Perseroan Terbatas (PT) yang telah berbadan hukum dan mempunyai prospek baik; b. Sebagai pendiri dalam pembentukan Perseroan Terbatas (PT); c. Kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha. - 2 -

(2) Pemanfaatan modal daerah/aset daerah oleh pihak Ketiga diatur dengan Keputusan Walikota, merupakan penyertaan modal Daerah yang pelaksanaannya diatur untuk melaksanakan usaha bersama. Pasal 4 (1) Untuk melakukan pembelian saham pada suatu Perseroan Terbatas (PT), perlu disediakan Dananya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Dumai. (2) Pembelian Saham sebagaimana dimaksud ayat (1) perlu diadakan penjajakan terhadap Perseroan Terbatas ( PT) yang akan menjualkan saham untuk mendapatkan data informasi mengenai jenis dan harga saham dimaksud. (3) Apabila Walikota menyetujui jenis dan harga saham sebagaimana dimaksud ayat (2) maka untuk pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Walikota tentang pembelian saham dimaksud. (4) Walikota menunjuk pejabat untuk bertindak mewakili Pemerintah Kota dalam melaksanakan pembelian saham. Pasal 5 (1) Penyertaan modal daerah melalui/ dengan pembentukan Perseroan Terbatas (PT) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) Sebelum Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1), diadakan perjanjian pendahuluan antara Walikota dengan pihak-pihak yang ikut dalam pendirian Perusahaan Terbatas (PT). (3) Perjanjian pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, memuat materi: a. Identitas masing-masing pihak; b. Jenis dan nilai modal saham dari masing-masing pihak; c. Bidang usaha; d. Perbandingan modal; e. Hak dan kewajiban serta sanksi-sanksi; f. Lain-lain yang diperlukan. (4) Penyertaan Modal Daerah dan Perjanjian pendahuluan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, 2 dan ayat 3 diatas, dibentuk dengan Akte Notaris. (5) Walikota menujuk pejabat atau lebih, yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota bersama-sama dengan pihak ketiga mendirikan Perseroan Terbatas (PT). Pasal 6 (1) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 5 yang berbentuk uang, dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dilaksanakan dengan Keputusan Walikota. (2) Penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 5 yang berupa barang bergerak maupun tidak bergerak, ditetapkan dengan Keputusan Walikota setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. - 3 -

(3) Kekayaan Daerah yang tertanam dalam Perseroan Terbatas (PT) merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pasal 7 (1) Kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi tempat usaha dilakukan oleh Walikota. (2) Setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diadakan perjanjian dengan pihak ketiga, yang memuat materi pokok : a. Identitas masing-masing pihak; b. Jenis dan nilai modal saham dari masing-masing pihak; c. Bidang usaha; d. Perbandingan modal; e. Hak dan kewajiban serta sanksi-sanksi; f. Lain-lain yang diperlukan. (3) Pelaksanaan kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi usaha dan atau kontrak bagi tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ditetapkan dengan Keputusan Walikota; Pasal 8 (1) Untuk melakukan penilaian terhadap barang yang disertakan sebagai modal daerah dalam pembentukan Perseroan Terbatas (PT) dan atau menentukan nilai barang daerah serta imbalan pembayaran dan lain-lain dalam mempersiapkan perjanjian kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) dan pasal 7 ayat (2), Walikota dapat membentuk panitia yang setidak-tidaknya terdiri dari atas unsur-unsur : a. Badan Penanaman Modal Daerah b. Dinas Pendapatan Daerah; c. Bagian Perekonomian; d. Bagian Umum; e. Bagian Keuangan; f. Bagian Hukum; g. Kantor Pertanahan; h. Unsur Tenaga Ahli; (2) Badan Penanaman Modal Daerah Kota Dumai merencanakan dan mengikuti perkembangan usaha-usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga dan melaksanakan penilaian. BAB IV PEMBINAAN Pasal 9 (1) Walikota melakukan pembinaan terhadap penyertaan modal daerah pada pihak ketiga. (2) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Walikota dibantu oleh Sekretaris Daerah Kota. - 4 -

Pasal 10 (1) Dalam hal penyertaan modal daerah pada suatu Perusahaan Terbatas ( PT ) maka untuk mewakili Pemerintah Kota, Walikota menunjuk pejabat yang akan duduk sebagai anggota Dewan Komisaris. (2) Walikota menunjuk pejabat yang yang mewakili daerah untuk mengikuti pelaksanaan kontrak manajemen, kontrak produksi, kontrak bagi keuntungan, kontrak bagi hasil usaha dan kontrak bagi tempat usaha. (3) Pejabat yang ditunjuk mewakili daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2, memahami kewiraswastaan profesional dan bertanggung jawab kepada Walikota. BAB V PENGAWASAN Pasal 11 (1) Walikota melakukan pengawasan terhadap penyertaan modal pada pihak ketiga. (2) Pejabat yang ditunjuk mewakili daerah sehubungan dengan penyertaan modal pada pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) dan (2), menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya kepada Walilkota. (3) Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan dan hasil penyertaan modal pada pihak ketiga kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. BAB VI HASIL USAHA Pasal 12 Bagian laba atau hasil usaha penyertaan modal daerah pada pihak ketiga yang menjadi hak daerah, yang diperoleh selama tahun anggaran Perusahaan disetor ke kas Daerah dan masukkan dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Dumai dalam tahun berikutnya. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 (1) Semua pernyataan modal pada pihak ketiga yang telah ada sebelum dikeluarkan Peraturan Daerah ini, pengelolaan, pembinaan, pengawasan dan lain-lain, selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Walikota dapat dan atau membentuk Tim untuk melakukan inventarisasi terhadap semua penyertaan modal pada Pihak Ketiga. - 5 -

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Walikota sepanjang teknis pelaksanaannya. Pasal 15 Mulai saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dan Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 4 September 2001 WALIKOTA DUMAI, cap/dto H. WAN SYAMSIR YUS Diundangkan di Dumai pada tanggal 5 September 2001 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, Cap/dto MUSTAR EFFENDI Pembina Utama Muda, NIP. 420002673 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2001 NOMOR 49 SERI D - 6 -

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA I. PENJELASAN UMUM Bahwa sumber daya alam yang berada di Kota Dumai sebagian telah dikelola oleh Perusahaan Negara, Perusahaan Swasta, Koperasi dan lain sebagainya, maka guna berperan lebih aktif dalam menggali dan menggerakan potensi ekonomi Daerah sekaligus menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang lain maka Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga yang merupakan salah satu sarana penyumbang pembangunan Daerah dipandang perlu dilakukan sehingga peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga dapat ditumbuh kembangkan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal ini memberikan batasan/ pengertian sehingga apa yang dimaksud dalam ayat-ayat menjadi terang dan jelas. Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Ayat (2) Sebagai bentuk tindakan hukum perdata Pemerintah Kota Dumai dalam menyertakan modalnya kepada Pihak Ketiga diperlukan langkah-langkah guna memberikan landasan hukum yang dituangkan dalam Memorandum of understanding (MOU). Pasal 6 Ayat (3) Dana Pemerintah Daerah yang di anggarkan dan dijadikan modal dalam perusahaan terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pasal 7-7 -

Pasal 8 Ayat (2) Pemerintah Kota Dumai dalam menyisihkan sebagian kekayaannya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi daerah tidak terikat pada satu perusahaan saja. Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (2) Laporan mencakup masalah pembukuan, laba, hasil usaha, dan personalia secara lengkap dan jelas. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15-8 -