BAB XI. SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Pembangunan Ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

MODUL SISTEM EKONOMI INDONESIA (2 SKS) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) & HAMBATAN PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SRI HAYATI

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( Pertemuan ke-6 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

Pembangunan Kehutanan

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-

Intervensi Sosial Sebagai Upaya Mencari Alternatif. Dalam Pembangunan yang Dilanda Krisis

TINJAUAN UMUM ISU LINGKUNGAN

Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

PENDAHULUAN Latar Belakang

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH GREEN ECONOMY AND GREEN JOBS

BAB I PENDAHULUAN. kasus kerusakan lingkungan dalam skala nasional seperti kasus PT Lapindo

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUJUAN PEMBANGUNAN. Anie Eka Kusumastuti. Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University, Malang

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture. Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN AMDAL, PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP, PENDUGAAN DAN USAHA PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN OLEH ULFA TRIYANI

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

2) faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi sela

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni SUharjani, 2014

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CAGAR BIOSFER Uji lapangan untuk Pembangunan Berkelanjutan

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

GOOD GOVERNANCE DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA *

Transkripsi:

BAB XI SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Pembangunan Ekonomi

PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT

DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT (SD) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk menciptakan kesimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti ekonomi, sosial dan lingkungan.

SUSTAINABLE DEVELOPMENT Istilah ini ditemukan tahun 1987 Oleh World Commission on Environment and Development (Bruntland Commnission) Dalam Buku COMMON FUTURE Dikemukakan 2 konsep : LINGKUNGAN PEMBANGUNAN

SD Mempunyai dua Konsep Kunci : 1. KEBUTUHAN, yakni kesadaran akan adanya kebutuhan para masyarakat miskin di negara berkembang. 2. KETERBATASAN, yaitu adanya keterbatasan dari teknologi dan organisasi sosial yang berkaitan dengan kapasitas lingkungan untuk mencukupi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

7 (tujuh) tujuan Penting untuk kebijakan pembangunan dan lingkungan (Bruntland), yaitu : 1) Memikirkan kembali makna pembangunan 2) Merubah kualitas pertumbuhan (lebih menekankan pada pembangunan daripada pertumbuhan 3) Memenuhi kebutuhan dasar akan lapangan kerja, makanan, energi, air, dan sanitasi, 4) Menjamin terciptanya keberlanjutan pada satu tingkat pertumbuhan penduduk tertentu. 5) Mengkonservasi dan meningkatkan sumberdaya.

6) Merubah arah teknologi dan mengelola resiko 7) Memadukan pertimbangan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan.

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN :

(1) PRINSIP LINGKUNGAN/EKOLOGI 1. Melindungi sistem penunjang kehidupan 2. Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik 3. Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem yang rusak. 4. Mengembangkan dan menerapkan strategi yang preventif dan adaptif untuk menanggapi ancaman perubahan lingkungan

(2) PRINSIP SOSIO-POLITIK DARI HAMBATAN LINGKUNGAN/EKOLOGI: 1. Mempertahankan skala fisik dari kegiatan manusia dibawah daya dukung biosfer 2. Mengenali biaya lingkungan dari kegiatan manusia: mengembangkan strategi atau metode untuk meminimalisir pemakaian energi dan material per unit kegiatan ekonomi, menurunkan emisi beracun, merahabilitasi yang rusak. 3. Meyakinkan adanya kesamaan sosio-politik dan ekonomi dalam transisi menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan.

4. Menjadikan perhatian-perhatian lingkungan lebih langsung dan terus-menerus pada proses pembuatan keputusan secara politis. 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan 6. Menciptakan hubungan antara aktivitas politik dengan lingkungan hidup

DARI KRITERIA SOSIO-POLITIK : 1. Menerapkan proses politik yang terbuka dan mudah dicapai 2. Meyakinkan masyarakat bebas dari tekanan ekonomi 3. Meyakinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara kreatif dan langsung dalam sistem politik dan ekonomi 4. Meyakinkan tingkat minimal dari pemerataan (equality) dan keadilan sosial.

Prinsip pembangunan berkelanjutan menurut UNCED (The United Nations Conference on Environment/1992) memuat prinsip-prinsip yang menekan, diantranya: manusia sebagai pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan Peran negara sangat menentukan bagi kelangsungan kehidupan. Perempuan memiliki peran signifikan terhadap proses pembangunan berkelanjutan, bahkan menjadi penentu keberhasilan. Partisipasi masyarakat.

EVALUASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN : Hasil KKT Bumi (1992) dianggap memiliki banyak kelemahan sehingga pada kenyataannya 10 tahun setelah itu tidak menunjukkan kemajuan di bidang pembangunan berkelanjutan. Hal ini tercermin dari: Emisi karbon dioksida global naik diatas 9% Kawasan hutun yang menciut 2,2% sejak 1990 Tidak kurang dari 27% terumbu karang rusakm 10 tahun yang lalu 10% Masyarakat miskin dunia makin banyak

Kurang lebih 14.000 30.000 penduduk kawasan selatan mati setiap tahunnya akibat tertular melalui air. Anggaran bantuan luar negeri menciut (1992 = US $ 69 Milyar dan ditahun 2000 = US $ 53 Milyar) Beban utang negara berkembang naik 34 %

Kelemahan-kelemahan KTT 1992, Menurut M.Khor (2001), antara lain: 1) Negara maju (utara) tidak mampu membuat komitmen yang jelas menuju reformasi struktur ekonomi internasional, atau mempelopori dialog baru antara utara selatan. 2) Negara-negara utara yang mempertahankan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sehingga transfer teknologi dengan syarat lunak menjadi sulit dilakukan.

3) KTT Bumi mengabaikan pentingnya mengatur perusahaan MNC secara hukum agar bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan degradasi sosial yang ditimbulkan oleh praktek berlebihan. 4) Negara utara, sulit mengurangi gaya hidup dengan pola konsumsi energi berlebihan 5) Komitmen utara dan selatan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan rendah.