BAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi atau keterbukaan hubungan perekonomian antar negara

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi sehingga perubahan dalam harga BBM secara otomatis

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

PROPOSAL. KAUSALITAS ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB I PENDAHULUAN. faktor-faktor penyebab dan mempunyai dampak negatif yang sangat parah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Herawaty dan Susanto (2009), seseorang dikatakan profesional jika

ANALISIS PERMINTAAN UANG GIRAL DI INDONESIA DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL RIIL DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Kondisi ini antara lain didorong oleh adanya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PDRBk, UPAH, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENGANGGURAN DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasional. Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. obligasi serta indikator makroekonomi (Fatmawati & Beik, 2013).

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian ini menyajikan faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perekonomian dalam suatu negara dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyadarkan akan pentingnya landasan ekonomi yang lebih kokoh dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Untuk itu, pasca krisis, berbagai langkah kebijakan ekonomi ditempuh, tidak hanya di sisi ekonomi makro saja yang diperbaiki, namun juga di sisi mikro perbankan. Perkembangan nilai tukar rupiah telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat (Gayanti, 2004). Berbagai kemajuan tersebut tidak lepas dari penerapan kebijakan moneter dan fiskal yang berhati-hati dan konsisten, disamping didukung oleh perbaikan-perbaikan disisi mikro, utamanya, restrukturisasi perbankan nasional. Kondisi ini telah memungkinkan perbaikan bank dalam penyaluran kreditnya ke sektor riil, walaupun pertumbuhannya masih belum seperti yang diharapkan. Di sektor moneter, membaiknya perkembangan inflasi terkendalinya uang primer, serta nilai tukar rupiah yang stabil telah memberikan ruang gerak bagi kebijakan moneter untuk menurunkan suku bunga secara bertahap sehingga memberikan dorongan bagi proses pemulihan ekonomi (Gayanti, 2004). Oleh karena itu, pembahasan maupun perumusan kebijakan moneter perbankan dan kebijakan fiskal harus senantiasa ditempatkan pada konteksnya sebagai bagian dari kebijakan ekonomi nasional. Kebijakan moneter dan kebijakan 1

2 fiskal oleh perbankan pemerintah sering dipandang mempunyai kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat di capai dengan kebijakan tersebut. Di satu sisi hal ini dapat dipahami mengingat sektor moneter dan fiskal memang mempunyai fungsi yang mampu memberi pelayanan pada bekerjanya sektor riil, baik kegiatan investasi, produksi, distribusi maupun konsumsi oleh karena itu, pembahasan maupun perumusan kebijakan moneter dan fiskal harus senantiasa di tempatkan pada konteksnya sebagai bagian dari kebijakan nasional yang di arahkan pada upaya pemulihan ekonomi pasca krisis dengan menitik beratkan pada program stabilitasi dan pertumbuhan ekonomi, (Gayanti, 2004). Kelemahan fundamental ekonomi juga tercermin pada kerentanan (fragility) yang terdapat di dalam sektor keuangan, khususnya perbankan. Terdapat lima faktor yang mengakibatkan kondisi mikro perbankan nasional menjadi rentan terhadap gejolak ekonomi, (Burhanuddin, 2003:7) yaitu: Adanya jaringan terselubung (implicity guarantee) dari bank sentral atas kelangsungan hidup suatu bank untuk mencegah kegagalan sistematik dalam industri perbankan telah menimbulkan moral hazard di kalangan pengelola dan pemilik bank Sistem pengawasan oleh bank sentral belum efektif karena belum sepenuhnya dapat mengimbangi pesat dan kompleksnya kegiatan operasional perbankan. Besarnya pemberian kredit dan jaminan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada individu/kelompok usaha yang terkait dengan bank (connected lending) telah mendorong tingginya risiko kemacetan kredit yang dihadapi bank.

3 Relatif lemahnya kemampuan manajerial bank telah mengakibatkan penurunan kualitas asset produktif dan peningkatan risiko yang dihadapi bank. Kurang transparannya informasi mengenai kondisi perbankan selain telah mengakibatkan kesulitan dalam melakukan analisis secara akurat tentang kondisi keuangan suatu bank juga telah melemahkan upaya untuk melakukan kontrol sosial dan menciptakan disiplin pasar. Kelemahan fundamental mikro ekonomi juga muncul sebagai dampak dari lemahnya pengelolaan dunia usaha (poor corporate governance). Belum kuatnya kesadaran akan kepentingan transparansi dan keterbukaan dalam berusaha mengakibatkan kegiatan usaha swasta cenderung kurang efisien dan kurang memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang sehat. (Burhanuddin, 2003:7) Untuk mengatasi dampak krisis, yang dapat dilakukan segera adalah melakukan upaya penyehatan dan pemberdayaan sektor perbankan. Hal ini dikarenakan pentingnya peranan perbankan dalam proses kebangkitan ekonomi secara keseluruhan. Di samping peranannya dalam penyelenggaraan transaksi pembayaran nasional dan internasional serta menjalankan intermediasi (penyaluran dana dari penabung/pemilik dana ke investor), sektor perbankan juga berfungsi sebagai alat transmisi kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral sebagai otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan, yaitu stabilitas ekonomi makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi), membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup luasnya kesempatan

4 kerja yang tersedia. Dalam pelaksanaanya, strategi kebijakan moneter yang dilakukan setiap negara berbeda-beda, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai serta mekanisme transmisi moneter yang diyakini (Agus, 2003). Mengenai tujuan yang dapat dicapai, terdapat keinginan agar kebijakan moneter diarahkan pada sasaran jamak, yaitu tidak saja kestabilan harga (inflasi) tetapi juga untuk mendorong output dan kesempatan kerja. Akan tetapi semua pilihan sasaran kebijakan moneter (baik inflasi, output, maupun kesempatan kerja) sangat sulit dicapai secara bersamaan karena seringkali pencapaian sasaran-sasaran akhir tersebut bersifat kontradiktif. Sesuai dengan teori Philips Curve, inflasi yang rendah biasanya menuntut trade off berupa tingkat pengangguran yang tinggi. Demikian pula, sintesa teori neoklasik dan temuan empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya berdampak pada inflasi meskipun dalam jangka pendek dapat berpengaruh pula terhadap output. (Idayanti, 2005:6) Dengan demikian, bank sentral dihadapkan kepada dua pilihan, yaitu memilih suatu sasaran seoptimal mungkin dengan mengabaikan sasaran lainnya, atau mengusahakan semua sasaran dapat tercapai namun tidak secara optimal. Dewasa ini, semakin banyak bank sentral telah menerapkan kebijakan moneter yang lebih memfokuskan kepada sasaran tunggal, yaitu stabilitas harga. Strategi kebijakan moneter yang diterapkan disejumlah bank sentral untuk mencapai sasaran akhir tersebut juga berbeda-beda tergantung pada kondisi perekonomian yang bersangkutan dan mekanisme transmisi moneter yang diyakini.

5 Dengan demikian permasalahan perbankan pasca krisis moneter di Indonesia merupakan topik yang menarik untuk dianalisis dan diuraikan diatas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PASCA KRISIS DI INDONESIA (JANUARI 1999 DESEMBER 2006). B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh dari Inflasi, Kurs, Tingkat suku bunga, Jumlah uang beredar, Jumlah tenaga kerja, Jumlah pengeluaran pemerintah, Penanaman modal dalam negeri, Penanaman modal asing tehadap pertumbuhan ekonomipasca krisis di Indonesia. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ialah faktor penting dalam suatu penelitian sebab dengan mengemukakan tujuan penelitian dapat memberikan gambaran tentang arah suatu penelitian, dalam penelitian ini tujuannya sebagai berikut: Untuk mengetahui arah dan besarnya pengaruh Inflasi, Kurs, Tingkat suku bunga, Jumlah uang beredar, Jumlah tenaga kerja, Jumlah pengeluaran pemerintah, Penanaman modal dalam negeri, Penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi pasca krisis di Indonesia.

6 D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pertimbangan bagi Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. 2. Menambah bahan informasi bagi masyarakat mengenai kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Bank Sentral dan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. 3. Sebagai aplikasi dari teori-teori ekonomi, yaitu ekonomi makro sehingga dapat menambah referensi bagi peminat untuk mengetahui secara teoritis mengenai kebijakan moneter dan kebijakan fiskal Bank Sentral dan pemerintah. E. METODE PENELITIAN 1) Model dan Alat Analisis Untuk mengetahui pengaruh yang di timbulkan oleh variabel-variabel independent (Inflasi, Kurs, Tingkat suku bunga, Jumlah uang beredar, Jumlah tenaga kerja, Jumlah pengeluaran pemerintah, Penanaman modal dalam negeri, Penanaman modal asing) terhadap variabel dependent (Pertumbuhan ekonomi) maka di gunakan. Model koreksi kesalahan (ECM) yang formulasi jangka panjang sebagai berikut: Yt = β 0 + β 1 INFt + β 2 Kurst + β 3 SBIt + β 4 JUBt + β 5 TK t + β 6 G t + β 7 PMDN t + β 8 PMA t + Ut Sementara hubungan jangka pendeknya dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

7 DYt = α0 + α1d INFt + α2d Kurst + α3d SBIt + α4d JUBt + α5d TKt + α6d Gt + α7d PMDNt + α8d PMAt α 9 (Y t-1 β 0 β 1 INFt-1 β 2 Kurst-1 β 3 SBIt-1 β 4 JUBt-1 β 5 TKt-1 β 6 Gt-1 β 7 PMDNt-1 β 8 PMAt-1 ) + U t Parameterisasi persamaan jangka pendek dapat menghasilkan bentuk persamaan DYt = γ0 + γ1d INFt + γ2d Kurst + γ3d SBIt + γ4d JUBt + γ5d TKt + γ6d Gt + γ7d PMDNt + γ8d PMAt + γ9 INFt-1 + γ10 Kurst-1 + γ11 SBIt-1 + γ12 JUBt-1+ γ13 TKt-1 + γ14 Gt-1 + γ15 PMDNt-1 + γ16 PMAt-1 + γ17 ECT + Ut Dimana: ECT : INFt-1 + Kurst-1 + JUBt-1 + SBIt-1 + TKt-1 + Gt-1+ PMDNt-1 + PMAt-1 Yt-1 Dimana: γ 0 : α 9 β 0 γ 9 : - α 9 (1-β 1 ) γ 10 : - α 9 (1-β 2 ) γ11 : - α 9 (1-β 3 ) γ12 : - α 9 (1-β 4 ) γ13 : - α 9 (1-β 5 ) γ14 : - α 9 (1-β 6 ) γ15 : - α 9 (1-β 7 ) γ16 : - α 9 (1-β 8 ) γ17 : α 9 γ 1 γ 2..γ 8 = α 1 α 2..α 8 β 1, β 2,..β 8 Keterangan : : Koefisien Jangka Pendek : Koefisien jangka panjang Y INF Kurs JUB : Pertumbuhan ekonomi. : Inflasi. : Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (Rp / US$). : Jumlah uang beredar.

8 SBI : Tingkat suku bunga SBI (%). TK : jumlah tenaga kerja G : jumlah Pengeluaran pemerintah PMDN : tingkat penanaman modal dalam negeri PMA : tingkat penanaman modal asing Y t-1 INF t-1 Kurst-1 JUB t-1 SBI t-1 TK t-1 G t-1 PMDN t-1 PMA t-1 Ut t D ECT : Kelambanan pertumbuhan ekonomi : Kelambanan inflasi : Kelambanan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. : Kelambanan jumlah uang beredar : Kelambanan tingkat suku bunga SBI : Kelambanan jumlah tenaga kerja : kelambanan jumlah Pengeluaran pemerintah : Kelambanan penanaman modal dalam negeri : Kelambanan penanaman modal asing : Residual : Periode waktu : perubahan variabel : error correction term 2) Jenis dan Sumber Data Jenis data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari studi kepustakaan dan instansi-instansi terkait, sumber data yang di peroleh dari laporan bulanan BI, BPS dan data lainya.

9 F. SISTEMATIKA PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diambil dalam penelitian yaitu berkaitan dengan masalah kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi pasca krisis di Indonesia dan hasil-hasil penelitian sebelumnya serta hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang definisi variabel data, sumber data, uji stasioneritas, metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA Bab ini membahas tentang analisis data, deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasannya. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA