Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 BERPIKIR KONSEPTUAL DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN NYATA Hamda 1 Universitas Negeri Makassar 1 hamdamath@gmail.com 1 Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi penting yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika. Kemampuan ini pada umumnya dapat ditransfer untuk digunakan dalam memecahkan masalah lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan menyelesaikan masalah matematika. Kesulitan ini disebabkan oleh cara berpikir siswa yang cenderung prosedural. Mereka terbiasa menghafal rumus dan menggunakan cara-cara rutin yang biasa digunakan dalam menyelesaikan soal matematika. Ketika menghadapi soal pemecahan masalah yang belum mempunyai prosedur tetap maka mereka mengalami kesulitan menyelesaikannya. Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan menggunakan berpikir konseptual dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan berpikir konseptual maka siswa mampu melihat keterkaitan antara konsep-konsep dan menemukan konsep kunci sebagai dasar untuk menentukan strategi penyelesaian yang paling tepat. Dengan demikian maka pemecahana masalah dapat dilakukan dengan lebih baik. Berpikir konseptual dapat dibelajarkan kepada siswa agar mereka terbiasa menggunakan cara berpikir ini. Kebiasaaan berpikir konseptual yang telah terbentuk dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah lain dalam kehidupan nyata. Kata Kunci: Berpikir konseptual, Pemecahan masalah matematika, Implikasi dunia nyata 1. Pendahuluan Latar Belakang Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kompetensi penting yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika. Kemampuan ini pada umumnya dapat ditransfer untuk digunakan dalam memecahkan masalah lain. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan menyelesaikan masalah matematika. Kesulitan ini disebabkan oleh cara berpikir siswa yang cenderung prosedural. Mereka terbiasa menghafal rumus dan menggunakan caracara rutin yang biasa digunakan dalam menyelesaikan soal matematika. Ketika menghadapi soal pemecahan masalah yang belum mempunyai prosedur tetap maka mereka mengalami kesulitan menyelesaikannya. Beberapa peneliti mengklaim bahwa sering pengetahuan matematika murid hanya mekanis. Dimulai pada sekolah dasar, keterampilan kalkulatif untuk empat dasar operasi bilangan, yaitu ditekankan pada pemahaman prosedural matematika (Hejni, 2006). Lebih lanjut Hejni (2006) mengilustrasikan contoh kurangnya pemikiran konseptual sehingga meskipun mahasiswa tersebut tertarik Halaman 22 dari 896
Hamda dalam matematika namun ternyata rendah tingkat kemampuan mereka untuk melihat objek-objek yang saling terhubung dalam masalah matematika. Demikan juga dengan hasil temuan Alimuddin (2012) bahwa dari 42 orang mahasiswa, semua mahasiswa menggunakan cara coba-coba. Tidak satupun mahasiswa menggunakan konsep. Padahal dengan menggunakan konsep, maka dengan mudah dapat ditemukan jawaban masalah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut belum mampu menggunakan cara lain dalam menyelesaikan masalah dan cenderung menyelesaikan masalah dengan cara prosedural dan berdasar pada cara-cara yang rutin Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan menggunakan berpikir konseptual dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan berpikir konseptual maka siswa mampu melihat keterkaitan antara konsep-konsep dan menemukan konsep kunci sebagai dasar untuk menentukan strategi penyelesaian yang paling tepat. Dengan demikian maka pemecahan masalah dapat dilakukan dengan lebih baik. Berpikir konseptual dapat dibelajarkan kepada siswa agar mereka terbiasa menggunakan cara berpikir ini. Tentu guru sebagai perancang pembelajaran mempunyai peran penting dalam mengupayakan terbentuknya kebiasaan berpikir koseptual anak. Kebiasaaan berpikir konseptual yang telah terbentuk diharapkan dapat berimplikasi pada cara berpikirnya dalam menyelesaikan masalah lain dalam kehidupan nyata. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dipaparkan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut. a. Apa itu berpikir konseptual? b. Mengapa berpikir konseptual dipandang penting? c. Bagaimana menerapkan berpikir konseptual dalam pemecahan masalah matematika? d. Bagaimana implikasi berpikir konseptual dalam kehidupan nyata? 2. Pembahasan Pengertian Berpikir Konseptual Berpikir konseptual adalah kemampuan untuk melihat hal-hal secara keseluruhan, mengidentifikasi isu-isu kunci, melihat hubungan dan menarik Halaman 23 dari 896
Berpikir Konseptual dalam Pemecahan Masalah Matematika elemen bersama-sama ke dalam kerangka kerja yang koheren luas. Kompetensi ini menjelaskan kemampuan untuk menghubungkan berbagai aktivitas dan informasi kunci; untuk membuat koneksi, melihat pola dan tren; untuk menarik informasi bersama-sama ke dalam model dan kerangka kerja yang kemudian dapat digunakan untuk menafsirkan situasi yang kompleks dan mengidentifikasi fitur penting mereka (Nottingham, 2015, Desember 14) Berpikir konseptual adalah kemampuan untuk mengidentifikasi pola atau hubungan yang tidak tampak dengan jelas. Termasuk didalamnya menyimpulkan informasi yang beragam dan tidak lengkap menjadi sesuatu yang jelas, mengidentifikasi kunci atau dasar permasalahan di dalam situasi yang kompleks dan menciptakan konsep-konsep baru (Indosdm, 2008, November 4) Berpikir Konseptual adalah kemampuan kognitif untuk memahami dan menanggapi kompleksitas yang melekat dalam lingkungan operasi SAF. Kapasitas kognitif ini memungkinkan untuk memindai lingkungan dan memahami input, memahami masalah yang kompleks dan berbeda, dan menafsirkan pesanpesan kunci dan tren. Dia menciptakan keteraturan dari kekacauan, memecahkan masalah dan merespon tantangan dengan solusi inovatif. Dia dapat menggunakan pengalaman masa lalu, informasi dari bidang non-tradisional dan pemikiran nonlinear untuk menghasilkan perspektif segar dan cara imajinatif untuk berhasil (Singapore Armed Forces, 2010, Juli 23) Menurut Hiebert dan Lefevre, berpikir konseptual adalah proses berpikir dengan menggunakan fakta dan konsep yang saling terkait satu sama lain. Sedangkan menurut Marpaung, berpikir konseptual adalah proses berpikir dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki berdasarkan hasil pelajaran sebelumnya dalam memecahkan suatu masalah. Menurut Skemp, berpikir relasional adalah kemampuan untuk menghasilkan aturan atau prosedur khusus dari saling keterkaitan konsep matematika yang lebih umum (Zubaidah, 2010). Dari beberapa pengertian berpikir konseptual di atas, maka berpikir konseptual dalam memecahkan masalah matematika adalah kemampuan siswa untuk membuat gambaran mental secara utuh dari objek-objek yang saling terkait dan menentukan objek kunci sebagai dasar untuk membuat strategi penyelesaian masalah matematika yang sedang dihadapi. Pentingnya Berpikir Konseptual Halaman 24 dari 896
Hamda Berpikir konseptual sangat penting bagi seseorang dalam rangka menghadapi berbagai masalah. Pentingnya berpikir konseptual sebagaimana dipaparkan oleh Skemp (1987) bahwa berpikir konseptual memberi kekuatan besar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan membuat lingkungan agar menjadi bagian dari kita. Kontribusi lain dari kekuatan berpikir konseptual adalah berkaitan dengan pendeknya daya ingatan kita dan semakin tinggi konsep yang diwakili suatu simbol, semakin banyak pengalaman yang terkandung didalamnya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebanyakan yang dihadapi siswa yaitu terdapat suatu aturan yang mesti dihafalkan yang hampir tidak mempunyai arti. Ini tidak saja membosankan (karena tidak mengerti), tetapi jauh lebih sulit karena tidak terhubung dan membutuhkan kerja keras untuk mengingat struktur konsep secara menyeluruh. Bahkan Libby (1922) menegaskan bahwa memupuk kebiasaan berpikir konseptual dianggap penting sejak jaman Plato dan guru Palato yaitu Socrates. Aristoteles sebagai seorang ilmuan intelektual yang terhebat, belajar selama 20 tahun di sekolah Plato dalam hal pemikiran konseptual. Lebih lanjut dikatakan bahwa menghitung, mengukur, dan menimbang (aplikasi matematika) merupakan cara terbaik membentuk pemikiran konseptual kita. Pebelajar konseptual dapat menguasai berbagai item. Mereka mampu menyelidiki informasi dan menjelaskan alasan yang mendasari pengamatan dan kesimpulan mereka tentang fenomena ilmiah. Mereka mampu mengenali karakteristik dalam situasi baru dan menerapkan pengetahuan sebelumnya yang relevan. Hal ini terjadi terutama karena pebelajar konseptual berevolusi selama periode waktu dari pengalaman belajar mereka; pemahaman mereka adalah manifestasi pengetahuan yang dikumpulkan, bukan pengetahuan sesaat. Pembelajaran konseptual adalah perkembangan melebihi kompetensi dasar. Kita dapat mendorong pembelajaran konseptual siswa dengan menyediakan berbagai pengalaman belajar dan item penilaian (Pushkin, 1998) Konseptual matematis umumnya berusaha menumbuhkan pemahaman siswa terhadap konsep matematika yang berbeda, dan mengurangi penekanan pada menghafal sekumpulan rumus dan prosedur. Banyak ahli matematika dan ahli kurikulum percaya bahwa pendekatan praktek terbaik adalah membantu siswa belajar memecahkan masalah dalam berbagai cara dan mempersiapkan mereka kepada tingkat matematika yang lebih tinggi Santa (2008) Halaman 25 dari 896
Berpikir Konseptual dalam Pemecahan Masalah Matematika Penerapan Berpikir Konseptual dalam Pemecahan Masalah Matematika Marpaung (Zubaidah, 2000) memberi ciri-ciri proses berpikir konseptual siswa tersebut sebagai berikut. a. Pada awal proses penyelesaian, sesudah membaca soal siswa mencoba merumuskan kembali soal dengan kalimat sendiri b. Mencoba memecahkan soal atas bagian-bagian, lalu mencari hubungan antar bagian-bagian tersebut c. Cenderung memulai pemecahan kalau sudah mendapat ide yang jelas d. Jika penyelesaian sementara salah, soal kembali diuraikan atas struktur yang lebih sederhana e. Suatu masalah tidak dipandang terlepas dari masalah lain f. Masalah lebih banyak diolah secara mental, di dalam pikiran daripada dalam tindakan g. Menggunakan konsep dalam memecahkan masalah h. Mampu menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan Adapun pemikiran konseptual matematis menurut Iannone & Cockburn (2006) adalah contoh tindakan murid dalam menanggulangi tugas yang ditetapkan oleh guru yang menggabungkan beberapa hal sebagai berikut: a. memilih strategi yang tepat dan efektif untuk pemecahan masalah b. menyesuaikan strategi yang sudah ada untuk masalah saat ini c. menggeneralisasi cepat dan luas d. fleksibel dengan proses mental e. memahami struktur formal Hejny, Jirotkova, & Karatochvilova (2006) mencirikan prosedur pemecahan pada tingkat meta-strategi prosedural sebagai berikut: 1. Pemecah menempatkan masalah ke daerah tertentu (topik tertentu); 2. Dia mengaktifkan prosedur tersebut dalam pikirannya, yang menyangkut topik dipertanyaan; 3. Dalam masalah tersebut, yang mana dapat berisi beberapa indikasi untuk mengambil tindakan, Ia memutuskan pada urutan mana mereka akan lakukan; 4. Setelah langkah pertama, Ia mengulangi point 3 sampai masalah ini diselesaikan atau sampai dia kehabisan cara; 5. Dengan demikian, pemecah masalah menjadi lebih terampil terhadap jenis masalah yang diberikan. Halaman 26 dari 896
Hamda dan karakteristik prosedur pemecahan pada tingkat meta-strategi konseptual adalah sebagai berikut: 1. Pemecah menciptakan gambaran (Image) dalam pikirannya tentang masalah secara keseluruhan; 2. Dia menganalisisnya untuk menemukan struktur inti; 3. Dia merlihat elemen kunci atau hubungan dalam situasi tersebut; ini menyangkut wawasan tentang hubungan antara unsur-unsur yang diberikan dan yang tidak diketahui; 4. Begitu elemen kunci atau hubungan kunci ditemukan, Ia membangun suatu strategi pemecahan masalah; 5. Proses di atas mengarahkan pemecah masalah tersebut mencapai tingkatan yang lebih tinggi terhadap pemahaman situasi masalah. Dengan demikian, berpikir konseptual dapat dikatakan sebagai kemampuan subjek untuk membuat gambaran mental secara utuh dari objekobjek yang saling terkait dan menentukan objek kunci sebagai dasar untuk membuat strategi penyelesaian masalah matematika yang sedang dihadapi, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Subjek menjelaskan secara utuh masalah matematika yang sedang dihadapi (menentukan bagian-bagian dan menghubungkan antar bagian tersebut) b. Subjek menentukan objek kunci dari saling keterkaitan objek-objek dalam masalah matematika c. Subjek menentukan strategi penyelesaian masalah matematika berdasarkan objek kunci tersebut d. Subjek menjelaskan langkah-langkah penyelesaian masalah melalui argumen matematika e. Subjek menjelaskan cara mengkosep ulang jika terjadi kesalahan dalam penyelesaian, menelusuri kontradiksi, dan mengejar solusi alternatif Contoh berikut memberikan gambaran tentang penerapan berpikir konseptual dalam menyelesaikan masalah matematika sederhana. Selesaikanlah 4(3 x ) + 5 = (x 3) 2 Subjek yang berpikir prosedural akan memikirkan prosedur rutin yang dianggap cocok dengan permasalahan, misalnya: a. menyelesaikan bagian yang menggunakan tanda kurung, sehingga diperoleh 12 4x + 5 = x 2 6x + 9 Halaman 27 dari 896
Berpikir Konseptual dalam Pemecahan Masalah Matematika b. mengumpulkan semua faktor ke sebelah kiri tanda =, sehingga diperoleh x 2 6x + 4x + 9 12 = 0 c. menyederhanakan persamaan menjadi x 2 2x 3 = 0 d. menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan menggunakan salah satu dari: rumus ABC, melengkapkan kuadrat, atau memfaktorkan. e. tidak bisa menjelaskan cara yang digunakan pada bagian d di atas Subjek yang berpikir konseptual akan melakukan penyelesaian, misalnya: a. memikirkan masalah secara utuh dan mencoba melihat keterkaitan objekobjek yang ada dalam masalah, yaitu ada bentuk kuadrat, bentuk linear, konstanta, ada bagian menggunakan kurung, konsep persamaan kuadrat. b. menemukan objek kuncinya, yaitu (3 x) = (x 3) sehingga komponen pada bagian kuadrat sama dengan komponen bagian linear, yaitu (x 3) c. membuat strategi penyelesaian dengan cara mengganti (x 3) dengan p sehingga masalah yang di atas menjadi sederhana dan tampak jelas, yaitu ( 4)p + 5 = p 2 atau p 2 + 4p 5 = 0 d. menyelesaikan persamaan kuadrat tersebut dan bisa menjelaskan konsep yang digunakan Selain itu, contoh berikut juga sudah menunjukkan pemikiran konseptual dalam menyelesaikan masalah, meskipun masalah yang diberikan sangat sederhana sehingga mungkin bukan masalah bagi kebanyakan siswa. Selesaikan 85 x 62 Siswa yang berpikir konseptual mungkin menyelesaikan dengan cara seperti berikut. Metode 1: Siswa menjelaskan bahwa menjumlahkan 62 sebanyak 85 kali untuk mendapatkan hasil dari 85 x 62 Metode 2: Siswa membuat 62 lingkaran dengan 85 bintang di setiap lingkaran. Siswa itu menarik satu lingkaran yang berisi 85 bintang lalu mengatakan bahwa saya perlu membuat 62 lingkaran seperti ini untuk mendapatkan jawaban untuk masalah 62 x 85. Metode 3: Siswa mengatakan bahwa: Pertama saya kalikan 5 x 62. Berikutnya saya kalikan 80 x 62. Hasilnya 310 + 4.960 = 5.270 Halaman 28 dari 896
Hamda 3. Simpulan Metode 4: Siswa mengatakan "Saya bagi masalah menjadi 4 bagian, yaitu 60 x 80 = 4.800, 60 x 5 = 300, 2 x 80 = 160, dan 2 x 5 = 10, sehingga hasil jumlahnya adalah 5.270. Metode 5: Siswa mengatakan "Pertama saya bulatkan 85 ke 90. Kemudian saya kalikan 90 x 62. Lalu saya kalikan 62 x 5. Kemudian saya kurangi 310 dari 5.580 dan mendapat 5.270. Masalah matematika tidak seperti soal matematika biasa yang dapat diselesaikan dengan langsung menggunakan rumus atau aturan yang sudah biasa digunakan, akan tetapi membutuhkan pemahaman terhadap masalah secara keseluruhan, khususnya konsep-konsep yang terkait dalam masalah tersebut. Pemecahan masalah matematika sulit diselesaikan dengan mengandalkan kemampuan menghafal berbagai rumus dan prosedur penyelesaian masalah. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan memandang masalah secara keseluruhan dari keterkaitan antara konsep-konsep dan menentukan konsep-konsep kunci sebagai dasar penentuan strategi penyelesaian masalah. Cara penyelesaian masalah seperti ini yang dikenal dengan penyelesaian masalah melalui pemikiran konseptual. 4. Saran Biasakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara berpikir konseptual, karena jika kebiasaan berpikir ini terbentuk maka akan berimplikasi pada cara berpikir mereka dalam menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah matematika maupun masalah yang lain. Demikian juga dengan guru di sekolah agar senantiasa merancang pembelajaran yang dapat membentuk pemikiran konseptual siswa melalui pembelajaran yang mengacu kepada penanaman konsep matematika. Daftar Pustaka [1] Alimuddin. (2012). Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru Kreatif Dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Perbedaan Gender (Disertasi doktoral tidak dipublikasikan). Unesa Surabaya, Surabaya, Indonesia [2] Arslan, S. (2010). Traditional instruction of differential equations and conceptual learning. Journal Teaching Mathematics and Its Applications. 29, 94-107 [3] Browning, B. (2007). Emergenetics-Menyadap Ilmu Kesuksesan Baru. Jakarta: PT Gramedia [4] Engelbrecht, J., Bergsten, C., & Kagesten, O. (2009). Undergraduate students preference for procedural to conceptual solutions to mathematical problems. Halaman 29 dari 896
Berpikir Konseptual dalam Pemecahan Masalah Matematika International journal of mathematical education in science and technology, 40(7), 927-940. [5] Engelbrecht, J., Harding, A., & Potgieter, M. (2005). Undergraduate Students Performance and Confidence in Procedural and Conceptual Mathematics. International Journal of Mathematical Education in Science and Technology, 36(7), 701-712 [6] Gutierrez, B. J. (2008). Conceptual Thinking. E-Connetion, 3(4),... [7] Hejny, M., Jirotkova, D., & Kratochvilova, J. (2006). Early Conceptual Thinking. Proceedings 30 th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education (pp. 289-296). Prague, Prague:PME [8] Iannone, P., & Cockburn, A. D. (2006) Fostering Conceptual Mathematical Thinking In The Early Years: A Case Study. Proceedings 30 th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education (pp. 329-336). Prague, Prague:PME [9] Iannone, P., & Cockburn, A. D. (2008). If You Can Count to Ten You Can Count to Infinity Really: Fostering Conceptual Mathematical Thinking in the First Year of Primary School. Journal Research in Mathematics Education, 10(1), 37-51 [10] Indosdm. (2008, Noveber 4). Kamus Kompetensi: Pemikiran Konseptual (Conceptual Thinking). Diperoleh dari http://indosdm.com/kamuskompetensipemikiran-konseptual-conceptual-thinking [11] Kazemi, E., & Stipek, D. (2001). Promothing Conceptual Thinking in Four Upper-Elementary Mathematics Classrooms. The Elementary School Journal, 102(1), 59-80 [12] Lybby, W. (1922). Conceptual Thinking. Jstor. 15(5), 435-442 [13] Nottingham. (2015, Desember 14). Conceptual and Strategic Thinking. Diperoleh dari http://www.nottingham.ac.uk/hr/guidesandsupport/ performanceatwork/ pdpr/pdpr-behavioural-competency-guide/thinkingandinnovation/concep tual-and-strategic-thinking.aspx [14] Singapore Armed Forces (SAF). (2010, Juli 23). Conceptual Thinking. Diperoleh dari http://www.mindef.gov.sg/imindef/mindefwebsites/ atozlistings/saftimi/ units/cld/keyi deas/lcm/conceptual.html [15] Skemp, R. R. (1987). The Psykology of Learning Mathematics. New Jersey: Lawrence Erlbaum associates, Inc. [16] Stuhlman, D. D. (2015) Knowledge Management Terms. Diperoleh dari http://home. earthlink.net/~ddstuhlman/defin1.htm [17] Ubaedy, AN. (2008). Berkarier di Era Global. Jakarta: PT Gramedia [18] Voutsina, C. (2012). Procedural and conceptual changes in young children s problem solving. Educational Studies in Mathematics, 79(2), 193-214. [19] Zubaidah, T. (2000). Proses Berpikir Keruangan Siswa Kls I SMP Negeri 32 Surabaya (Tesis master tidak dipublikasikan). PPs Unesa Surabaya, Surabaya, Indonesia Halaman 30 dari 896