PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA (Studi di Klinik Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang)

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PALSI SEREBRAL TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PENYAKIT EPILEPSI ANAK TERHADA PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM

Ann Neurol. 2011; 70:

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PALSI SEREBRAL TERHADAP PENGETAHUAN MASYARAKAT UMUM JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

PENGARUH PEMBERIAN LEAFLET DAN PENJELASAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU MENGENAI HIPERBILIRUBINEMIA NEONATORUM

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. wilayah kerja Puskesmas Ngesrep, Semarang, pada bulan Juni 2015.

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu. Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB IV METODE PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

PENGARUH MENGUNYAH PERMEN KARET TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal serta bidang Mikrobiologi Kedokteran. 4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian. Semarang dan sekitarnya.

BAB 6. adalah pasien dengan kejang demam pertama (61%). bulan (27,3%) dengan puncak kejadian pada 14 bulan.

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN IBU MENGENAI KEJANG DEMAM PADA ANAK DI KELURAHAN TEMBUNG TAHUN Oleh: INDAH TRIANA SARI POHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

SUCI ARSITA SARI. R

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SUSILOWATI

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Binarni Suhertusi 1, Desmiwarti 2, Emi Nurjasmi 3

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang

PENGARUH INTERVENSI PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

INFLUENCE OF GIVING INFORMATION SERVICE ABOUT RAISING SELF-CONFIDENT AT STUDENTS IN CLASS XI IPA STATED-OWNED SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKANBARU 2014/2015

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

EFEK KAFEIN TERHADAP KEJADIAN TREMOR TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN TAHUN 2010.

PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BALITA

HUBUNGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS DENGAN KADAR BILIRUBIN HARI KETIGA DAN BILIRUBIN AKHIR MINGGU PERTAMA

KARYA TULIS ILMIAH. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan ANUGERAH FITRI ANGGRAENI R

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG DEMAM BERDARAH DAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS NGORESAN KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

PENGARUH PENYULUHAN CUCI TANGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO TERHADAP KETERAMPILAN CUCI TANGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR KARYA TULIS ILMIAH

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA ANTARA SEBELUM NEGERI DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

PENGARUH PENDAMPINGAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DI DESA MRANGGEN SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENYULUHAN OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KETABANG WILAYAH SURABAYA PUSAT

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

PREDIKTOR KEJADIAN KEJANG PASCAOPERASI BEDAH EPILEPSI LOBUS TEMPORAL PADA PENDERITA EPILEPSI LOBUS TEMPORAL JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

Kata kunci : Eksplorasi, Komitmen, Vokasional, Pemilihan jurusan di perguruan tinggi, Pelatihan Making Vocational Planning.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENULISAN. Ilmu Kesehatan Kulit dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

PENGARUH AKUPRESUR PADA TITIK PERICARDIUM 6 TERHADAP MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS KERTEK I WONOSOBO KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

PREVALENSI LIMA KANKER TERTINGGI PADA ANAK DI BEBERAPA LABORATORIUM DI DAERAH KOTA MEDAN PADA TAHUN Oleh : NG JO YE NIM :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Mata dan CDC RSUP dr. one group pretest and posttest design.

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum MUHAMAD ARIP AMIR UDIN 22010110130150 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA Disusun oleh Muhamad Arip Amir Udin 22010110130150 Telah disetujui Semarang, Juli 2014 Pembimbing I Pembimbing II dr. Tun Paksi Sareharto, Msi.Med, Sp.A dr. Hermawan Istiadi, Msi.Med NIP. 197310242008121001 NIP. 198412142010121002 Ketua Penguji Penguji dr. Moh. Syarofil Anam, Msi. Med, Sp A DR. dr. Mexitalia Setiawati,Sp.A(K) NIP. 19770728201012001 NIP. 19670227199509001

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KEJANG DEMAM ANAK TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA Muhamad Arip Amir Udin 1, Tun Paksi Sareharto 2, Hermawan Istiadi 3 ABSTRAK Latar Belakang. Kejang demam merupakan salah satu masalah kejang yang umum terjadi pada anak. Namun pada kenyataannya pengetahuan orang tua tentang kejang demam masih rendah sehingga perlu metode untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kejang demam, dalam penelitian ini menggunakan metode penyuluhan individual dan leaflet. Tujuan. Menganalisis pengaruh penyuluhan tentang kejang demam terhadap peningkatan pengetahuan orang tua. Metode. Penelitian menggunakan rancangan quasi eksperimental one group pretest posttest design. Responden diambil secara consecutive sampling, didapatkan 20 orang tua yang berkunjung di RSUP Dr Kariadi Semarang pada bulan Mei sampai Juni 2014. Peneliti memberikan kuesioner yang telah diuji validitas kepada responden sebagai pretest. Kemudian diberikan penyuluhan individual dan leaflet tentang kejang demam kepada responden. Posttest dilakukan setelah 3 minggu dilakukan intervensi melalui telepon dengan kuesioner yang sama. Digunakan uji T berpasangan untuk analisis statistika. Hasil. Sebelum dilakukan penyuluhan rata-rata pengetahuan responden tentang kejang demam adalah 20,60±5,94. Setelah dilakukan penyuluhan tingkat pengetahuan tentang kejang demam mengalami peningkatan secara bermakna yaitu 39,90±2,69 (p<0,05). Pengetahuan yang dimaksud meliputi etiologi, definisi, faktor risiko, pencegahan, pengelolaan, dan komplikasi tentang kejang demam. Kesimpulan. Penyuluhan individual dan leaflet dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kejang demam. Kata kunci: penyuluhan individual, leaflet, pengetahuan, kejang demam 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 2 Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas 3 Diponegoro Semarang Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

EFFECT OF COUNSELING ABOUT FEBRILE CONVULSION IN CHILDREN TOWARDSPARENTS KNOWLEDGE Muhamad Arip Amir Udin 1, Tun Paksi Sareharto 2, Hermawan Istiadi 3 ABSTRACT Backgroud. Febrile convulsion is the single most common seizure problem in children. However, parents knowledge on febrile convulsion is still low.somemethod that can increase the parents knowledge on febrile convulsion is necessary. Individual counseling and leaflet method used in this study. Aim. To analyze the effect of counseling on febrile convulsion to the increase of parents knowledge. Methods. This research used quasi-experimental of one group pretest posttest design. The respondents is taken by consecutive sampling, it was 20 parents who visited RSUP dr. Kariadi Semarang in May to June 2014. Researcher gave questionnaires that have been tested for validity to the respondents as a pretest. Then researcher provided individual counseling and leaflet on febrile convulsion to the respondents. Three weeks after the counseling conducted, researcher gave posttest by telephone with same questionnaires. Paired-T test is used for data analysis. Result. The mean of respondents knowledge on febrile convulsion is 20.60±5.94 before counseling. Respondents knowledge on febrile convulsion increased significantly to 39.90±2.69 (p<0.05) after counseling. The topics include the etiology, definition, risk factor, prevention, management and complication about febrile convulsion. Conclusion.Individual counseling and leaflet can be used as an instrument to increase the parents knowledge on febrile convulsion. Key Words:individual counseling, leaflet, knowledge, febrile convulsion 1 Student of Medical Faculty Diponegoro University Semarang 2 Lecturer of Pediatric Department Medical Faculty Diponegoro University 3 Semarang Lecturer of Patology Anatomy Department Medical Faculty Diponegoro University Semarang

PENDAHULUAN Kejang demam merupakan kejadian kejang yang berhubungan dengan demam diatas 38 0 C rektal atau lebih 37,8 0 C aksila. 1 Kejang yang terjadi terkait dengan gejala demam dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 2,3 Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. 2 Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun. 6 Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan. 7 Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. 8 Kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara maju. 4,5 Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. 13,14,15 Dengan angka kejadian kejang demam sederhana sekitar 70-75%, kejang kompleks 20-25% dan sekitar 5% kejang demam simptomatik. Di Asia prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat. Di Jepang angka kejadian kejang demam berkisar 8,3-9,9%. 9,10 Bahkan di Guam insiden kejang demam mencapai 14%. 11,12 Data kejadian kejang demam di Indonesia masih terbatas. Insiden dan faktor predileksi kejang demam di Indonesia sama dengan negara lain. Kira-kira satu sampai tiga anak dengan kejang demam pernah mempunyai riwayat kejang demam sebelumnya, dengan sekitar 75% terjadi pada tahun yang sama dengan kejang demam pertama, dan sekitar 90% terjadi pada tahun berikutnya dengan kejang demam pertama. 12,13 Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi kejang demam pada anak di Indonesia cukup banyak, mengingat banyak faktor predileksi yang dapat menyebabkan kejang demam Pada penelitian yang dilakukan oleh Dr M. Hanlon dan Dr E. Wassemer didapatkan bahwa pengetahuan orang tua tentang kejang demam dan

penatalaksanan kejang demam masih rendah. Rendahnya pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor lingkungan serta kurangnya pemberian informasi kesehatan. 14 Rendahnya pengetahuan dari orang tua mengakibatkan anak dengan risiko kejang demam tidak dilakukan pencegahan sebelumnya dan kejadian kejang tidak dapat segera diatasi oleh orang tua sendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tentang kejang demam terhadap pengetahuan orang tua. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperimental one grup pre-posttest design. 15 Penelitian dilaksanakan di klinik anak RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bula Mei sampai Juni 2014. Pemilihan responden menggunakan cara consecutive sampling. 15 Responden diperoleh dari semua orang tua dengan anak kejang demam yang berkunjung ke klinik anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode penyuluhan individual dengan bantuan leaflet. 16 Pengambilan data mengenai pengetahuan akan dilaksanakan secara 2 tahap, yaitu pretest dan postest dengan metode kuesioner. 17,18 Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 20 responden, di mana setiap responden mendapat perlakuan berupa penyuluhan kesehatan tentang kejang demam. Kriteria inklusinya adalah orang tua dengan anak kejang demam yang berkunjung ke klinik anak RSUP Dr. Kariadi Semarang, bersedia mengikuti penelitian, tingkat pendidikan SD-Perguruan tinggi. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah responden bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, bekerja sebagai tenaga kesehatan, tidak kooperatif dan tidak komunikatif, dan tidak mengikuti penelitian sampai selesai (drop out). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian penyuluhan dengan variabel terikat adalah pengetahuan orang tua. Variabel perancu adalah pengalaman sakit, pendidikan, kondisi fisik responden, usia dan sumber informasi. Analisis data menggunakan Paired T-Test. 19

HASIL Karakteristik responden Responden termuda dalam penelitian ini berusia 24 tahun dan usia tertua adalah 39 tahun. Responden dibagi menjadi 4 kategori usia berdasarkan range. Jumlah terbanyak berada pada kategori usia 31-35 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (35,0%). Rerata responden berusia 31,95±4,90 tahun. Responden terbanyak berusia 38 tahun. Responden pada penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 11 orang (55,0%). Dari data penelitian dalam kuesioner, didapatkan responden mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 6 orang (30,0%). Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah tingkat pendidikan terakhir responden SD-Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan terakhir responden mayoritas adalah SMA yaitu sebanyak 11 orang (55,0%). (tabel 1) Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden (total 20 responden) Karakteristik Jumlah % Usia 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Pekerjaan PNS Swasta Wiraswasta Lain-lain Tidak bekerja Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan tinggi 3 15,0 4 20,0 7 35,0 6 30,0 11 55,0 9 45,0 1 5,0 3 15,0 5 25,0 5 25,0 6 30,0 3 15,0 5 25,0 11 55,0 1 5,0

Perbandingan karakteristik responden Dari data karakteristik usia responden penelitian didapatkan skor pengetahuan tertinggi pada kelompok usia 26-30 tahun dengan skor pretest 25,25±4,64 dan skor posttest 40,25±2,87. Kelompok responden perempuan didapatkan skor lebih tinggi daripada kelompok responden laki-laki dengan skor pretest 21,91±5,70 dan skor posttest 40,18±3,22. Pada kelompok pekerjaan responden PNS didapatkan skor pretest 28,00±0,00 dan skor posttest 44,00±0,00 yang merupakan skor tertinggi pada data karakteristik pekerjaan responden. Responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi mempunyai skor pretest 28,00±0,00 dan skor posttest 44,00±0,00 yang merupakan skor tertinggi pada data kelompok karateristik pendidikan terakhir responden. (tabel 2) Tabel 2. Perbandingan karakteristik responden Karakteristik Rerata±Simpang baku Pretest Postest Usia 21-25 tahun 22,33±6,03 40,00±4,58 26-30 tahun 25,25±4,64 40,25±2,87 31-35 tahun 19,00±6,16 39,43±2,57 36-40 tahun 18,50±5,75 39,67±1,63 Jenis kelamin Perempuan 21,91±5,70 40,18±3,22 Laki-laki 19,11±5,37 38,89±2,09 Pekerjaan PNS 28,00±0,00 44,00±0,00 Swasta 19,67±7,02 38,67±3,05 Wiraswasta 23,60±4,72 41,00±1,00 Lain-lain 20,00±6,48 39,60±3,05 Tidak bekerja 17,83±5,74 39,17±3,06 Pendidikan terakhir SD 14,33±3,78 37,33±2,08 SMP 22,00±4,06 40,60±3,43 SMA 21,00±6,26 39,91±2,07 Perguruan tinggi 28,00±0,00 44,00±0,00

Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan Sebelum diberikan penyuluhan, rata-rata skor total responden adalah 20,60±5,94. Setelah diberikan penyuluhan, rata-rata skor total pengetahuan responden menjadi 39,90±2,69. Berdasarkan uji Paired-T test yang digunakan, didapatkan nilai probabilitas.000 dan karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Hasil tersebut tidak menggambarkan adanya kelompok pertanyaan tentang kejang demam yang lebih baik pada responden. Hal tersebut dikarenakan jumlah pertanyaan pada masing-masing kelompok pertanyaan etiologi, definisi, faktor risiko, pencegahan, pengelolaan dan komplikasi tidak sama jumlahnya. Hasil tersebut hanya menggambarkan perbedaan rerata skor pengetahuan responden saat pretest dan postest pada masing-masing kelompok pertanyaan dan total skor (tabel 3) Tabel 3. Perbedaan rerata pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan Pengetahuan Rerata ± Simpang baku Perbedaan Pretest Postest Rerata IK95% P Etiologi 4,80±2,12 7,75±0,44 2,95±2,04 1,99-3,90.000 Definisi 3,00±1,52 8,45±0,83 5,45±1,54 4,73-6,17.000 Faktor risiko 1,60±1,14 4,30±1,03 2,70±1,13 2,17-3,23.000 Pencegahan 3,50±2,01 7,60±1,35 4,10±1,45 3,42-4,78.000 Pengelolaan 5,95±1,50 8,80±0,62 2,85±1,53 2,13-3,57.000 Komplikasi 1,75±0,85 3,00±0,00 1,25±0,85 0,85-1,65.000 Total skor 20,60±5,94 39,90±2,69 19,30±4,64 17,13-21,47.000

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan orang tua tentang kejang demam sebelum dan sesudah penyuluhan. (Gambar 1 dan Gambar 2) total skor 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 pretest postest total skor Gambar 1. Perbedaan total skor pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 pretest postest Gambar 2. Perbedaan skor pengetahuan kejang demam sebelum dan sesudah penyuluhan

PEMBAHASAN Perbandingan karakteristik responden Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Namun perlu diketahui bahwa seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda. 20,21 Hal ini sesuai dengan penelitian kali ini bahwa rerata skor total pretest dan posttest pengetahuan responden tentang kejang demam yang tertinggi berada pada kelompok responden dengan usia 26-30 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mei-Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao-Ching Huang 22 menunjukkan skor total pengetahuan responden tentang kejang demam lebih tinggi pada responden perempuan daripada responden lakilaki. Hal ini sesuai dengan penelitian kali ini bahwa skor total pretest dan posttest pengetahuan responden tentang kejang demam lebih tinggi pada kelompok responden perempuan daripada kelompok responden laki-laki. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Seseorang yang bekerja berhubungan dengan tenaga medis atau kesehatan akan lebih mengerti mengenai masalah-masalah kesehatan daripada yang bekerja tidak berhubungan dengan tenaga medis atau kesehatan. 20,21 Pada penelitian ini rata-rata skor total pretest dan posttest pengetahuan responden tentang kejang demam tertinggi ada pada kelompok responden yang bekerja sebagai PNS. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang sehingga dapat mempengaruhi proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi akan semakain luas pengetahunnya. 20,21 Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa

rerata skor total pretest dan posttest pengetahuan responden tentang kejang demam yang tertinggi adalah pada kelompok responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan Semua orang tua yang menjadi responden dalam penelitian ini mengaku sudah pernah mendengar tentang kejang demam. Namun skor total pengetahuan responden mempunyai rata-rata 20,60±5,94. Skor pengetahuan responden tentang kejang demam terbagi dalam kelompok pertanyaan tentang etiologi (4,80±2,12), definisi (3,00±1,52), faktor resiko (1,60±1,14), pencegahan (3,50±2,01), pengelolaan (5,95±1,50), dan komplikasi (1,75±0,85). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mei-Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao-Ching Huang menunjukkan pengetahuan orang tua tentang kejang demam di negara sedang berkembang masih rendah dengan rata-rata skor pretest sebelum penyuluhan 45,90. 22 Semua orang tua yang menjadi responden pada penelitian ini sudah mendapatkan penyuluhan individual dan leaflet tentang kejang demam serta dilakukan posttest melalui telepon. Skor total pengetahuan responden setelah intervensi mempunyai rata-rata 39,90±2,69. Rincian rata-rata skor total pengetahuan juga menilai hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan orang tua terhadap kejang demam meliputi etiologi (7,75±0,44), definisi (8,45±0,83), faktor risiko (4,30±1,03), pencegahan (7,60±1,35), pengelolaan (8,80±0,62), komplikasi (3,00±0,00). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mei-Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao- Ching Huang juga menunjukkan skor pengetahuan orang tua setelah penyuluhan tinggi dengan rata-rata 86,10. 22 Hal ini merupakan temuan penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan orang tua tentang kejang demam.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan tentang kejang demam terhadap peningkatan pengetahuan orang tua. Terlihat dari peningkatan secara bermakna skor rata-rata total pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sesuai dengan teori menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pemberian informasi yang dapat dilakukan dengan penyuluhan. 20,21 Sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dr. M. Hanlon dan Dr. E Wassmer yang menyatakan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kejang demam. 14 Juga pada penelitian yang dilakukan oleh Mei- Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao-Ching Huang 22 menujukkan bahwa penyuluhan tentang kejang demam pada orang tua dapat meningkatkan pengetahuan orang tua baik dalam hal etiologi, definisi, faktor risiko, pengetahuan, penanganan dan komplikasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Metode penyuluhan individual dengan bantuan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kejang demam secara bermakna. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penyuluhan individual dengan bantuan leaflet dapat dipakai sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan. Untuk penelitian selanjutnya, penyuluhan dapat menggunakan metode dan media bantuan lainnya serta adanya kelompok kontrol yaitu orang tua dengan anak tidak kejang demam. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui metode dan media penyuluhan yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan orang tua serta dapat membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol. Pretest dan posttest dilakukan dengan cara yang sama.

UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Tun Paksi Sareharto, Msi.Med, Sp.A dan dr. Hermawan Istiadi, Msi.Med yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Moh. Syarofil Anam, Msi.Med, Sp.A selaku ketua penguji dan DR. dr. Mexitalia Setiawati, Sp.A(K) selaku penguji, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA 1. American Academy of Pediatrics Steering Committee on Quality Improvement and Management, Subcommitee on Febrile Seizures. Febrile seizures: clinical practice guideline for the long-term management of child with simple febrile seizures. Pediatrics. 2008;121(6):1281-6. 2. Shinnar S. Febrile seizures and mesial temporal sclerosis. Epilepsy Curr. 2003;3: 115-8. 3. Waruiru C, Appleton R. Febrile seizures: an update. Arc Dis Child. 2004;89(8):751-6. 4. Shinnar S, Glauser TA. Febrile seizures. J Child Neurol 17 Suppl 1.2002:544-52. 5. Berman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Febrile seizure. In: Berman Re, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. 16 ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 2000. p. 1818-9 6. Arzimanoglou A, Guerrini R. Aicardi J. ed Aicardi s Epilepsy in Children. 3 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004: 220-34. 7. Syndi Seineld DO, Pellock JM. Recent research on febrile seizures: A review. J Neurol Neurophysiol 4. 2013:165. 8. Rosman NP. Evaluation of the child who convulses with fever. Paediatric Drugs 2003;5:457-61. 9. Miliar JS. Evaluation and treatment of child with febrile seizure. Am Fam Physician. 2006;73(10):1761-4. 10. Reese CG, Karen Oehler, Leslie ET. Febrile seizures: risk, evaluation and prognosis. Am Fam Physician. 2012;85(2):149-53. 11. Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and prognosis. Epilepsia. 2000; 41 (1):2-9. 12. Berg AT. Recurrent febrile seizures. In: Baran TZ, Shinnar S, Editors. Febrile seizures. San Diego: Academic Press; 2002: 27-51 13. Chung B, Wat LCY, Wong V. Febrile seizure in southern Chinese children: incidence abd recurrence. Pediatric Neurology. 2006;34:121-6.

14. Halon, Wassmer. Effects of information on parental knowledge of febrile convulsions. 1999; 8: 421-3. 15. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan Besar Sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011.p.359. 16. Notoadmojo S. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Notoadmojo S, editor. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.p. 114-34. 17. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta; 2012.p.51-66. 18. Gulo W. Metodologi Penelitian. Jakarta:Grasindo; 2000.p.122-23. 19. Dahlan MS. Uji Wilcoxon. Dalam : Dahlan MS, editor. Statisitk untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS Ed. 5. Jakarta: Salemba Medika; 2011.p.81-6. 20. NotoadmodjoS.Ilmu perilakukesehatan. Jakarta: RinekaCipta; 2010. p. 47-68. 21. NotoadmodjoS.Pendidikandanperilakukesehatan.Jakarta:Rineka 22. Mei-Chih Huang, Ching Chuan Liu, Chao Ching Huang. Effects of an educational program on parents with febrile convulsive children. 1998; 18(2): 150-5.