Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP-KONSEP POKOK DALAM SOSIOLOGI KESEHATAN: GENDER DAN KESEHATAN

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender. Oleh : Ir. Suyatno, M.Kes

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Gender, Social Inclusion & Livelihood

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

Nama : Aninda Candri L. NIM : Nama Kelompok : D Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam melakukan measure

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi Program Studi Ilmu Komunikasi. Pendekatan Sosiologi terhadap Masalah Sosial di Masyarakat dan Media Massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik. Berbagai jenis pekerjaan dijalani untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

PELIBATAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM IMPLEMENTASI SATUAN PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

MENGENALI DAN MEMAHAMI PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN YURNI SATRIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

Transkripsi:

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

o o o o o Kesenjangan jender di berbagai bidang pembangunan itu misalnya dapat dilihat dari : Masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan berusaha terutama di sector formal; Rendahnya akses perempuan terhadap sumberdaya ekonomi, seperti teknologi, informasi, pasar, kredit, dan modal kerja; Pembagian kerja yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan telah terlibat dalam pekerjaan produksi, namun kerja kerja reproduksi di dalam rumah tetap dianggap sebagai tanggung jawab perempuan; Posisi perempuan di wilayah social dan politik masih rendah dibandingkan dengan laki-laki; Meskipun penghasilan perempuan pekerja memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penghasilan dan kesejahteraan keluarga, namun perempuan masih dianggap sebagai pencari nafkah tambahan dan pekerja keluarga, dan dianggap tenaga cadangan (sekunder);

1. Pendekatan Kesejahteraan Ada tiga asumsi pendekatan kesejahteraan. 1. perempuan dianggap lebih sebagai penerima pasif daripada sebagai subyek pembangunan. 2. peran pengasuhan (motherhood) merupakan peran yang paling penting bagi perempuan dalam masyarakat. 3. mengasuh anak adalah peran perempuan yang paling efektif dalam semua aspek pembangunan ekonomi.

Pendekatan ini menyadari bahwa perempuan adalah peserta aktif dalam proses pembangunan. Sebab melalui peran reproduktif dan produktif, perempuan memberi sumbangan yang penting, meskipun sumbangan tersebut seringkali tidak diakui bagi pertumbuhan ekonomi. Asumsi pokok pendekatan ini adalah strategistrategi ekonomi seringkali berdampak negatif pada kaum perempuan, sehingga kaum perempuan harus dilibatkan dalam proses pembangunan dengan meningkatkan akses dan kesempatan kerja, sehingga pendekatan ini menyadari akan kebutuhan praktis gender terutama dalam memperoleh pekerjaan.

Pendekatan anti kemiskinan atau anti poverty approach melihat ketidakadilan ekonomi antara laki-laki dan perempuan tidak dikaitkan dengan subordinasi, tetapi berkaitan dengan kemiskinan, karena itu perhatiannya bergeser dari upaya mengurangi ketidaksamaan pendapatan. Pusat perhatian pendekatan ini pada anti kemiskinan peran produktif perempuan. Asumsi pendekatan ini adalah bahwa akar kemiskinan perempuan dan ketimpangannya dengan laki-laki disebabkan lemahnya kepemilikan tanah dan kepemilikan modal secara pribadi, dan diskriminasi seksual pada pasar kerja.

Tekanan pendekatan efisiensi, bergeser dari perempuan ke pembangunan, Menurut pendekatan ini, pembangunan hanya akan efisien bila perempuan dilibatkan Asumsinya bahwa meningkatnya partisipasi ekonomi perempuan di negara dunia ketiga, secara otomatis terkait dengan keadilan. Asumsi bahwa partisipasi ekonomi dapat meningkatkan status perempuan dan berkaitan dengan keadilan telah dikritik secara luas, seperti halnya pengidentifikasian beberapa faktor pokok yang menghambat partisipasi perempuan seperti rendahnya tingkat pendidikan dan teknologi yang kurang produktif. Apa yang disebut industri pembangunan menyadari bahwa perempuan sangat penting untuk keberhasilan pembangunan secara keseluruhan, namun betapa pun hal itu bukan lantas berarti bahwa pembangunan meningkatkan perempuan.

Pendekatan ini berkembang sebagai akibat adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan awal Women In Development (WID) seperti pendekatan keadilan, karena dianggap dikooptasikan terhadap pendekatan anti kemiskinan dan efisiensi. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan keadilan, tidak hanya asal usulnya, melainkan juga dalam sebab-sebab, dinamika dan struktur penindasan perempuan yang diusutnya sebagai strategi, yang bermaksud merubah posisi perempuan di dunia ketiga.

Pendekatan ini berusaha mengidentifikasi kekuasaan dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal perempuan. Pendekatan ini tidak menekankan pada status perempuan secara relatif terhadap laki-laki, seperti pendekatan keadilan tetapi berupaya memberikan kekuasaan kepada perempuan melalui pendistribusian kembali kekuasaan di dalam dan di antara masyarakat.

Marginalisasi Subordinasi Kekerasan Sosialisasi Idiologi Gender Beban kerja stereotype

Suatu proses penyisihan yang mengakibatkan kemiskinan bagi perempuan atau laki-laki Bentuknya macam-macam: 1.Terpinggirkannya karier perempuan untuk menjadi pimpinan, promosi atau pendidikan lanjut krn dianggap tdk sesuai jadi pimpinan 2.Perempuan tidak perlu pendidikan tinggi karena akhirnya nanti juga ke dapur 3.Pada laki-laki, adanya anggapan bahwa mereka sebagai penyangga ekonomi keluarga, akibatnya banyak yang drop-out krn harus bekerja

Sikap atau tindakan masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dibanding laki-laki dibangun atas dasar keyakinan satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding yang lain Bentuknya macam-macam: Perempuan sebagai konco wingking Perempuan lebih dikalahkan dari laki-laki dalam pendidikan oleh keluarganya Perempuan dianggap tidak cocok untuk berbagai pekerjaan Mengurus rumahtangga dianggap sebagai kodrat perempuan, dll

Rancangkapti (Kias Lima Jari Tangan) Jempol (ibu jari) berarti Pol ing tyas, sebagai istri harus berserah diri sepenuhnya kepada suami Penuduh (telunjuk), berarti jangan sekali-kali berani mematahkan tudung kakung Panunggul (jari tengah), berarti selalu meluhurkan (mengunggulkan) suami dan menjaga martabat suami Jari manis, berarti tetap manis mukanya dalam malayani suami dan bila suami menghendaki sesuatu Jejentik (kelingking), berarti istri harus selalu athak-ithikan (terampil dan banyak akal) dalam semua pekerjaan melayani suami

Suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang membuat posisi perempuan selalu pada pihak yang dirugikan Bentuknya macam-macam: Perempuan bersolek dianggap memancing perhatian lawan jenis, shg jk terjadi pelecehan seksual maka perempuan yang disalahkan Bayi perempuan diberi warna pink (feminim) dan laki-laki warna biru (maskulin) dll

Segala bentuk kekerasan yang akibatnya berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan termasuk ancaman-ancaman dari perbuatan semacam itu, seprti paksaan atau perampasan yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi seseorang

Meliputi: 1. Kekerasan fisik 2. Kekerasan psikologis 3. Kekerasan ekonomi 4. Kekerasan seksual UU No 23 tahun 2004 tentang perlindungan terhadap KDRT

Data Perempuan Korban Kekerasan: Tahun 2004 14.020 kasus Tahun 2005 20.391 kasus Tahun 2006 22.517 kasus Tahun 2007 25.522 kasus Tahun 2008 54.425 kasus (KOMNAS Perempuan)

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT TEMPAT KEJADIAN (%) 80 70 60 50 64.1 71.2 40 30 20 30.2 24.4 10 0 4.8 2.2 0.9 2.1 Dirumah luar rumah Tempat Kerja Lainnya Perkotaan Pedesaan TEMPAT TERJADINYA KEKERASAN YANG TERBANYAK ADALAH DI RUMAH (PERDESAAN 64,1% DAN PERKOTAAN 71,2%) Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006 19

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT PELAKU (%) 70 60 50 58.8 55.1 50.6 40 30 20 10 0 21 19.6 17.9 12.1 8 5.4 3.8 4.7 4.9 5.2 5 2.4 3.6 4.4 4.6 1.7 2 1.6 2.5 1.7 2.9 0.3 0 0.2 Suami Ortu/mertua Anak/cucu Famili Tetangga Atasan/majikan Rekan kerja Guru Lainnya P erko taan P edesaan To tal 65,1% PELAKU KEKERASAN ADALAH SUAMI (PERDESAAN 50,4%, PERKOTAAN 58,8%) Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006 20

TINDAK KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN MENURUT JENIS KEKERASAN (%) 70 65.364.7 65.8 60 50 40 30 20 10 25.3 23.3 20.7 12.8 11.3 10.2 17.917.7 18 18.2 16.2 14.5 0 Penganiayaan Penghinaan Pelecehan Penelantaran Lainnya Total Perkotaan Pedesaan JENIS KEKERASAN YANG TERBANYAK DIALAMI PEREMPUAN ADALAH PENGHINAAN (65,8%) DAN PENGANIAYAAN (25,3%) Sumber: KNPP bekerjasama dengan BPS, Susenas 2006 21

Korban: - istri 75 % - anak-anak 23,1 % Pelaku laki-laki : - suami - ayah - anak laki-laki - paman - mertua - majikan, dll

Pembagian tugas dan tanggung jawab yang memberatkan salah satu jenis kelamin

Responsif gender: menyempitkan kesenjangan berdasarkan data awal Netral gender: tidak mengarah Bias Gender: meningkatkan kesenjangan gender Ada kebijakan yang netral tetapi ----> implementasinya Bias 24

Merespon perbedaan-perbedaan: aspirasi/keinginan/kebutuhan Pengalaman Baik Laki-laki atau perempuan 25

1. Akses dan pemerataan: under participation 2. Mutu dan relevansi: under achievement 3. Manajemen: under representation unfair treatment 26

1) Kurangnya partisipasi (under participation) perempuan di seluruh dunia menghadapi problema yang sama, partisipasi perempuan dalam pendidikan formal jauh lebih rendah dibanding lakilaki. murid perempuan yg tidak meneruskan pendidikan ke tingkat lanjutan jauh lbh besar dibanding lakilaki. Alasan pengunduran diri murid perempuan umumnya adalah jarak sekolah yg jauh dari tempat tinggal, tuntutan tugas domestik, tidak ada biaya, tidak diijinkan orang tua, dikawinkan. Pada tingkat pendidikan PT, partisipasi perempuan sangat rendah dan umumnya terbatas pada bidangbidang ilmu sosial, humaniora, pendidikan, biologi, kimia dan farmasi. 27

2) Kurangnya prestasi (under achievement) Data penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa pada tingkat dasar prestasi murid perempuan pada umumnya setara, bahkan terkadang lebih baik dibanding murid laki-laki. Namun setelah lepas sekolah dasar prestasi tersebut cenderung menurun tajam, terutama untuk subyek yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Banyak murid perempuan yang sebenarnya cukup berbakat urung memilih bidang sains dan teknologi pada pendidikan tingkat lanjutan. Citra maskulin sains dan teknologi menyebabkan para remaja putri yang sedang giat membentuk identitas feminimnya, bersikap menghindar terhadap subyek tersebut. 28

3) Kurangnya keterwakilan (under representation) Partisipasi perempuan sebagai tenaga ahli maupun pimpinan menunjukkan kecenderungan disparitas progresif. Jumlah guru perempuan pada tahap pendidikan dasar umumnya sama atau melebihi jumlah tenaga guru laki-laki, namun pada tahap pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi, jumlah tersebut menunjukkan penurunan yang drastis. Representasi tenaga perempuan dalam administrasi pendidikan, pengambilan keputusan dan penyusunan kurikulum sangat rendah, sehingga kepentingan murid perempuan kadang kurang mendapat perhatian. 29

4) Perlakuan yang tidak adil (unfair treatment) Kegiatan pembelajaran dan proses interaksi dalam kelas seringkali bersifat merugikan murid perempuan Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan murid pria disekolah dasar dan lanjutan ditanyai gurunya 3 hingga 8 kali lebih banyak dibanding murid perempuan. Kemampuan dan minat murid laki-laki (terutama terhadap sains) terus didorong dan dibina, sementara pengembangan kemampuan dan minat murid perempuan terabaikan. 30

Ada tiga kemungkinan alasan rendahnya partisipasi perempuan dalam pendidikan lebih tinggi (Suleeman,1995): 1. Tidak tersedianya sarana dan prasarana sekolah untuk jenjang pendidikan SLTP ke atas sekitar tempat tinggal. alasan jarak dan keselamatan selama perjalanan menuju ke sekolah menghambat anak perempuan ke jenjang lebih tinggi. 2. Relatif tingginya biaya pendidikan dan bagi keluarga masih miskin, biaya pendidikan tsb belum terjangkau. para orang tua masih beranggapan bahwa lebih baik menanamkan investasi dlm bidang pendidikan kepada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan 3. Adanya norma di dlm masyarakat bahwa anak perempuan lebih diperlukan membantu orang tua di rumah, sedangkan anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk membantu menambah penghasilan keluarga. 31

Thank You.! 32