BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) demi

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya Undang-Undang No. 23 tahun 1999, kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Baasir (2003) yang dikutip oleh Andrianus (2006) dalam

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun dalam beberapa tahun terakhir di tengah persaingan internasional perekonomian Indonesia mengalami naik turun yang sulit untuk dikendalikan. Ketidakstabilan ekonomi akan menciptakan iklim yang buruk bagi para pengusaha atau produsen. Pasalnya ketidakstabilan ini dapat menyebabkan ketidakpastian bagi usaha yang dijalaninya. Ketidakstabilan ekonomi tercermin dari laju inflasi, dimana kenaikan harga-harga secara keseluruhan terus meningkat dan sukar untuk dikendalikan. Menurut Nopirin (1987) inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang secara terus menerus dalam suatu periode tertentu. Masalah inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang selalu mendapat perhatian khusus dan menarik untuk dibahas karena dampaknya yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada suatu perekonomian dilihat dari seberapa parah tingkat inflasi yang terjadi. Menurut Baasir (2003), kegagalan dan guncangan di dalam negeri pada suatu Negara akan mengakibatkan naik turunnya harga di pasar dalam negeri (domestic) yang pada akhirnya menyebabkan terjadi inflasi dalam suatu perekonomian Negara. 1

2 Dalam menghadapi permasalahan ketidakstabilan ekonomi pemerintah Indonesia dapat mengeluarkan beberapa kebijakan baik moneter maupun fiskal. Indonesia melalui BI (Bank Indonesia) mengeluarkan suatu kebijakan sebagai langkah antisipasi dan stabilitas ekonomi yaitu dengan kebijakan moneter, dimana kebijkan moneter ini diharapkan akan dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia (stabilitas laju inflasi yang tidak fluktuatif dan dapat dikendalikan). Bank Indonesia melakukan beberapa kebijakan moneter melalui instrumen kebijakan moneter agar dapat menjaga stabilitas ekonomi. Dalam menjaga stabilitas ekonomi Bank Indonesia menggunakan beberapa instrumen kebijakan moneter, dapat melalui BI Rate, nilai Kurs USD, jumlah uang beredar, dan suku bunga pasar uang antar bank. Kebijakan moneter yang dilakukan BI bertujuan untuk stabilitas harga dan diharapkan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi di sektor riil. Bank sentral di Indonesia menggunakan instrumen suku bunga BI rate sebagai pengendali inflasi, suku bunga memiliki pengaruh terhadap tingkat inflasi karena tingkat suku bunga baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek di picu oleh setiap kenaikan suku bunga BI rate. Sebagai respon dari adanya kenaikan suku bunga maka produsen berupaya mengurangi investasinya, hal ini mengakibatkan produksi domestik menurun dan diikuti dengan menurunnya inflasi. Permasalahan inflasi yang terjadi di Indonesia disebabkan melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sejak tahun 1997- an. Indonesia menggunakan sistem nilai tukar free floating exchange rate

3 atau biasa disebut sistem nilai tukar mengambang, dimana nilai tukar atau kurs tersebut diserahkan pada hukum penawaran dan permintaan di dalam mekanisme pasar. Ketika rupiah terdepresiasi maka berdampak pada nilai ekspor yang akan naik dan harga produk ekspor lebih rendah dari sebelumnya bagi Negara lain sehingga meningkatkan daya beli pihak asing terhadap barang produksi Indonesia, yang pada akhirnya akan menaikkan harga dan terjadi inflasi (Sipayung, 2013). Pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB) yang cepat merupakan salah satu faktor penting terjadinya inflasi. Ketika pendapatan masyarakat meningkat yang diikuti dengan naiknya permintaan (demand) tanpa adanya kenaikan produksi, maka akan meningkatkan harga. Ketidakstabilan ekonomi yang tercermin dari nilai inflasi yang tinggi dan tak terkendali tanpa disertai peningkatan produksi akan memberikan dampak yang negatif pada suatu perekonomian. Tingginya tingkat inflasi dapat memberikan dampak negatif terhadap suatu perekonomian yang bisa menyebabkan ketidakstabilan sosial politik (Sutawijaya, 2012). Selain BI rate, kurs, dan jumlah uang beredar, inflasi juga dapat di pengaruhi oleh produk domestik bruto. Dari sisi tarikan permintaan atau yang sering disebut sebagai inflasi karena demand pull inflation, dapat terjadi karena peningkatan produk domestik bruto. Adanya kenaikan dari permintaan agregat dapat menyebabkan timbulnya inflationary gap atau celah inflasi yang merupakan salah satu sumber inflasi.

4 Inflasi dapat memberikan dampak negatif dan dampak positif bagi suatu perekonomian, oleh karena itu, maka perlu adanya upaya antisipasi dan penanganan terhadap inflasi yang dapat memberikan dampak negatif. Dalam upaya untuk menghindari dampak negatif dari naik turunnya inflasi yang tak terkendali makaa perlu adanya upaya pengendalian inflasi. Jumlah uang beredar, tinggi rendahnya tingkat suku bunga, nilai tukar (kurs), dan besar kecilnya produk domestik bruto menjadi penyebab inflasi yang ada di Indonesia di samping faktor-faktor lainnya. Sumber : BI, dataa diolah (2016) Gambar 1.1 Laju Inflasi 2000-2015 Berdasarkan gambar 1.1 di atas inflasi yang terjadi di Indonesia selalu berfluktuasi dari tahun ke tahun, kenaikan dan penurunan inflasi terjadi dalam periode lima belas tahun terakhir. Pada tabel 1.1 di bawah terlihat bahwa di Indonesia mengalami naik turun inflasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia di pengaruhi oleh jumlah uang beredar, suku bunga, kurs, PDB, dan banyak faktor lainnya selain jumlah uang beredar, suku bunga, kurs, serta PDB. Besar kecilnya jumlah

5 uang beredar, kurs, BI rate, dan PDB berpengaruh terhadap inflasi seperti pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Uang Beredar, Kurs, Produk Domestik Bruto, BI Rate dan Inflasi Tahun JUB (Milyar Rp) Kurs (Rp/US$) PDB (Milyar Rp) BI-rate (%) Inflasi 2000 720.262 9.595 1.389.770-10,63 2001 844.054 10.400 1.440.406-12,55 2002 870.047 8.940 1.505.216-10,03 2003 955.692 8.465 1.577.171-5,06 2004 1.033.527 9.290 1.656.517-6,40 2005 1.203.215 9.830 1.750.815 12,75 17,11 2006 1.382.073 9.020 1.847.127 9,75 6,60 2007 1.649.622 9.419 1.964.327 8,00 6,59 2008 1.895.838 10.950 2.082.456 9,25 11,06 2009 2.141.384 9.400 2.178.851 8,75 2,78 2010 2.471.206 8.991 2.314.459 6,5 6,96 2011 2.877.220 9.068 2.464.677 6,5 3,79 2012 3.307.508 9.670 2.618.938 5,75 4,3 2013 3.730.409 12.189 2.770.345 7,5 8,4 2014 4.173.326 12.440 2.908.862 7,75 8,4 2015 4.548.800 13.795 3.048.196 7,5 3,4 Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2016 Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 mengalami naik turun secara terus menerus. Pada tahun 2001 tingkat inflasi naik sebesar 1,92 poin, kemudian pada tahun 2002 turun sebesar 2,52 poin, tahun 2003 turun drastis sebesar 4,97 poin, dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 1,34 poin, kemudian meningkat tajam pada tahun 2005 sebesar 10,71 poin. Pada tahun 2006 inflasi mengalami penurunan sebesar 10.51 poin, inflasi turun lagi di tahun 2007 sebesar 0,01 poin, namun pada tahun 2008 melonjak meningkat sebesar 4,47 poin. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk dapat menurunkan tingkat inflasi hingga pada tahun 2009 inflasi turun

6 sebesar 8,28 poin pada tingkat 2,78 persen. Penurunan inflasi pada tahun 2009 tidak mampu dipertahankan sehingga inflasi pada tahun 2010 naik kembali sebesar 4,18 poin, pada 2011 inflasi mampu diturunkan ke tingkat 3,79 persen dari tingkat semula 6,96 persen. Pada tahun 2012 inflasi naik sebesar 0,33 poin, dan terus meningkat pada tahun 2013 yang mampu mencapai kenaikan sebesar 4.1 poin dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 inflasi mampu bertahan pada tingkat 8,4 persen seperti tahun 2013. Pada tahun 2015 Indonesia mengeluarkan suatu kebijakan dan di berlakukannya ITF pada tingkat 4 persen ± 1 poin, kebijakan tersebut mampu membawa inflasi pada tingkat 3,4 persen berada di bawah target yang telah di tetapkan yaitu 4 persen ± 1 poin. Fluktuasi inflasi yang terjadi salah satunya disebabkan karena tingginya jumlah uang beredar yang ada pada perekonomian Indonesia. JUB yang beredar di masyarakat dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, dari tahun 2000 yang hanya sebesar Rp 720.262.000.000.000,00 menjadi sebesar Rp 4.548.800.000.000.000,00 pada tahun 2015. Semakin meningkatnya jumlah uang beredar dari tahun ke tahun dapat mempersulit usaha stabilitas laju inflasi. Besar kecilnya jumlah uang beredar yang berada di masyarakat akan memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap inflasi. Perbedaan research mengenai pengaruh JUB terhadap inflasi terdapat dalam penelitian Aprileven dan Nugroho serta Pratidina (2012), dimana di dalam penelitian Aprileven (2015) dan Pratidina (2012) menyatakan bahwa

7 JUB berpengaruh positif terhadap inflasi sedangkan dalam penelitian Nugroho menyatakan JUB berpengaruh negatif terhadap inflasi. Selain JUB, kurs atau nilai tukar juga mempengaruhi inflasi. Nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS selalu mangalami fluktuasi dari tahun 2000 hingga tahun 2015. Pada tahun 2004 sampai dengan 2005 kurs rupiah terhadap dollar masih berada di kisaran angka 9000-an, namun pada tahun 2008 naik pada angka Rp 10.950,00 per dollar AS, turun kembali pada tahun 2009 ke angka Rp 9.400,00 per dollar AS hingga pada tahun 2013 tembus pada angka Rp 12.189,00 dan tahun 2014 Rp 12.440,00 per dollar AS. Kenaikan kurs tidak berhenti di tahun 2014, masih terus naik hingga pada tahun 2015 mampu menembus ke angka Rp 13.795,00 per dollar AS. Fluktuasi nilai tukar rupiah yang selalu meningkat ini menyebabkan naik turunnya laju inflasi. Dalam penelitian Aprileven (2015) menyatakan bahwa kurs berpengaruh positif terhadap inflasi, sedangkan dalam penelitian Awan dan Imran (2015) menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap inflasi. Produk domestik bruto (PDB), juga menjadi penyebab terjadinya inflasi. Dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 selalu mengalami peningkatan. Kenaikan PDB ini menjadi penyebab terjadinya inflasi dari sisi permintaan, perilaku masyarakat Indonesia yang konsumtif menyebabkan permintaan meningkat sehingga dapat menaikkan harga. Pada tahun 2000 nilai PDB yang hanya sebesar Rp 1.389.770.000.000.000,00 tumbuh menjadi Rp 3.048.196.000.000.000,00 (PDB penggunaan atas dasar harga konstan

8 2000), meskipun kenaikan nilai PDB baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun dapat menyebabkan terjadinya inflasi. Dalam penelitian Nugroho (2012) menyatakan bahwa PDB berpengaruh positif terhadap inflasi sedangkan pada penelitian Virdhani (2011) dan Pratidina (2012) menyatakan bahwa PDB berpengaruh negatif terhadap inflasi. Dalam pengendalian inflasi otoritas moneter akan menggunakan BI rate sebagai suku bunga acuan. BI rate yang merupakan suku bunga acuan sebagai instrumen pengendalian inflasi sangat menarik untuk dibahas karena kenaikan inflasi biasanya akan direspon dengan kenaikan BI rate. Ditetapkannya BI rate diharapkan dapat direspon oleh perbankan dan mampu membawa suku bunga pasar ke tingkat yang di inginkan agar dapat membawa inflasi pada level yang diinginkan pula atau inflasi dalam keadaan stabil. Ketika inflasi stabil maka perekonomian Indonesia juga akan stabil. Secara teori BI rate akan memberikan pengaruh negatif terhadap inflasi seperti pada penelitian Afandi (2015), yang menyatakan bahwa BI rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap inflasi. Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 1.1 yang berupa data jumlah uang beredar, kurs, PDB, BI rate dan inflasi periode 2000 sampai dengan 2015 memberikan informasi mengenai perekonomian Indonesia yang sedang dalam keadaan kurang stabil. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat inflasi yang naik turun setiap tahunnya. Perkembangan laju inflasi yang fluktuatif menjadikan Pemerintah Indonesia penuh pertimbangan dalam

9 menentukan kebijakan yang harus diambil dalam menghadapi permasalah inflasi. Dalam usaha pengendalian dan stabilitas tingkat inflasi, Pemerintah Indonesia harus mengeluarkan kebijakan yang tepat agar inflasi di Indonesia tetap stabil dan terjaga sesuai dengan yang diharapkan, sehingga stabilitas ekonomi juga tetap terjaga. Sebagai langkah dalam mencapai stabilitas ekonomi yang tercermin dari variabel inflasi, maka pemerintah Indonesia dengan kekuasaannya akan mengeluarkan kebijakan moneter melalui beberapa variabel seperti BI Rate, kurs, dan JUB (jumlah uang beredar) dan akan mengeluarkan kebijakan fiskal, salah satunya dengan intervensi melalui belanja Negara dan mempengaruhi besarnya angka PDB. Besarnya efektifitas kebijakan moneter dan fiskal terhadap stabilitas inflasi di Indonesia sangat penting bagi pengambilan kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam mempertahankan stabilitas ekonomi yang tercermin dari tingkat inflasi. Oleh sebab itu, maka penting bagi pemerintah untuk mengintervensi besaran jumlah uang beredar (JUB), kurs, suku bunga BI rate dan produk domestik bruto (PDB) dalam usaha untuk stabilitas inflasi. Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Analisis Determinan Inflasi di Indonesia Periode 2010:01-2016:6 Pendekatan Vector Error Correction Model (VECM).

10 B. Batasan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini meneliti mengenai pengaruh JUB, kurs, BI rate dan PDB terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang periode 2010:01-2016:06. Penelitian ini menggunakan variabel dependen inflasi dan variabel independen jumlah uang beredar (JUB), kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, suku bunga BI Rate serta PDB menurut penggunaan atas dasar harga konstan 2010. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series (runtut waktu bulanan) mulai januari 2010 sampai dengan juni 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia (bi.go.id) dan Badan Pusat Statistik Indonesia (bps.go.id). C. Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penelitian ini memiliki beberapa rumusan masalah yakni: 1. Bagaimana pengaruh JUB terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang? 2. Bagaimana pengaruh kurs terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang? 3. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang? 4. Bagaimana pengaruh PDB terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang?

11 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui pengaruh JUB terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. 2. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. 3. Untuk mengetahui pengaruh BI rate terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. 4. Untuk mengetahui pengaruh PDB terhadap inflasi di Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat dari adanya penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memperkuat teori tentang permasalahan inflasi di Indonesia serta bagaimana pengaruh perubahan JUB, kurs, BI rate dan PDB dalam mempengaruhinya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan. Penelitian ini juga dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum terkait inflasi dan faktor yang mempengaruhinya seperti JUB, kurs, BI rate dan PDB (produk domestik bruto).

12 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan pemerintah Indonesia baik Bank Indonesia sebagai pengambilan keputusan kebijakan moneter maupun lembaga pemerintah lainnya sebagai pengambil kebijakan fiskal dalam mempengaruhi inflasi sebagai salah satu variabel stabilitas ekonomi.