BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan. yang menjadi pendukung kehidupan manusia telah rusak.

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PARTISIPASI PELAKU USAHA RESTORAN DALAM PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN MENURUT UU NO.23 TAHUN 1997

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 45 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 3

termasuk manusia dan prilakunya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

G U B E R N U R JAMB I

2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Galuh Lintang Taslim Universitas Dr. Soetomo Surabaya

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN. dari industri masih banyak pabrik yang kurang memperhatikan mengenai

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensi pertambangan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Bab I. Pendahuluan. pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG

karena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara

PERMASALAHAN DAN PROGRAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi air, udara, tanah dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Menurut Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945, Segala kekayaan alam tersebut diatur pengelolaannya oleh negara agar dapat dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Di Indonesia ada bermacam-macam jenis kegiatan dan/ atau usaha yang dapat mempengaruhi lingkungannya, Salah satu kegiatan dan/ atau usaha yang dilakukan adalah kegiatan di bidang perindustrian, misalnya salah satunya industri elektronik. Banyak dampak negatif dan positif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan dan/atau usaha perindustrian ini yaitu di satu pihak pembangunan industri akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, meningkatkan devisa Negara dan membuka lapangan kerja tetapi dilain pihak dapat pula menimbulkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri, baik itu yang berupa bahan cair, gas, dan padat. Ada beberapa aneka industri yang berbahan organic dan anorganik yaitu industri karet, 1

2 industri kayu, industri kilang minyak, industri pelapisan logam, industri pulp dan kertas, industri tekstil, dan sebagainya. 1 Selain menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industri juga menimbulkan dampak negatif antara lain dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan hiudp dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. 2 Bahan berbahaya dan beracun (B3) pada umumnya digunakan pada sector industri, pertambangan, pertanian dan rumah tangga. Upaya pengendalian dampak lingkungan hidup tidak dapat dilepaskan dari tindakan pengawasan agar ditaatinya ketentuan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Di Indonesia banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lingkungan hidup antara lain Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1993, KEP-02/MENKLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, Keputusan Menteri Negara Linangkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, Keputusan Kepala BAPEDAL No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam 1 Syamsuharya Bethan, Penerapan Prinsip Hukum Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup Dalam Aktivitas Industri Nasional, cetakan ke-1 : 2008, Penerbit : P.T. Alumni, Bandung halaman 192 2 Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup butir ke-4 paragraf 2

3 Proses AMDAL, PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal, Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan sebagainya. Peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan peraturan yang ada di atas di bidang perindustrian yaitu salah satunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 mengenai Perindustrian, Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, PP RI 18 Tahun 1999 Jo PP no.85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom termasuk didalamnya bidang lingkungan hidup, Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 134/M/SK/4/1988 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Sebagai Akibat Kegiatan Usaha Industri Terhadap Lingkungan Hidup, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh para pelaku usaha industri agar industrialisasi itu dapat berjalan dengan lancar dan kualitas lingkungan pun terpelihara dengan baik serta kelangsungan hidup manusia pun dapat meningkat. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu : a. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya. ( Pasal 59 ayat (1) ) b. Setiap usaha dan/ atau yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan lingkungan hidup, dan/ atau kesehatan dan keselamatan, wajib melaksanakan analisis resiko lingkungan hidup. ( Pasal 47)

4 c. Setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban: 1) Memberikan informasi yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka dan tepat waktu. 2) Menjaga keberlanjutan dan fungsi lingkungan hidup; dan 3) Menaati ketentuan tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup ( BML ) dan/ atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. ( Pasal 68 ) d. Setiap orang yang memasukkan ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/ atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3. ( Pasal 58 ) e. Penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan wajib melaksanakan audit lingkungan hidup. ( Pasal 49 ayat (2) ) Dalam Pasal-pasal yang disebutkan di atas dapat dijelaskan bahwa penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya yang menimbulkan dampak besar penting menggunakan B3, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langusng dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, maka Menteri dapat melaksanakan atau menugasi pihak ketiga yang independen untuk melaksanakan audit lingkungan hidup atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, sebagaimana di atur dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di samping itu, bagi pelaku usaha industri yang akan melakukan usaha dan/ atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan diwajibkan juga memiliki Amdal (ditetapkan juga dalam Pasal 22 UU Nomor 32 tahun 2009). Selain itu pentingnya

5 penetapan Baku Mutu Lingkungan dalam suatu kegiatan dan/ atau usaha industri, yakni salah satu upaya untuk mendorong kalangan yang potensial menimbulkan pencemaran seperti kegiatan perindustrian guna menekan kadar bahan polutan yang terkandung dalam limbah seminimal mungkin, agar pembuangan limbah dari kegiatan-kegiatan industri tersebut tidak mencemari lingkungan atau merusak lingkungan. 3 Untuk menanggulangi pembuangan limbah B3 di media lingkungan secara sembarangan tanpa diolah terlebih dahulu, maka pemerintah dapat membantu golongan ekonomi lemah yang terkena dampak dari pembuangan limbah B3 tersebut yaitu salah satunya dengan memberikan peringatan kepada pelaku usaha industri agar memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) serta meminta kepada pelaku usaha industri untuk memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang ada di lingkungan kegiatan dan/ atau usaha yang sedang berlangsung tersebut sesuai dengan besarnya dampak yang ditimbulkan. Pembangunan industri di Batam merupakan bagian dari pembangunan nasioanal yang menjadikan keberadaan Batam sebagai daerah yang strategis. Di Batam terdapat berbagai jenis industri, yaitu industri kertas dan percetakan kertas, industri logam, mesin dan peralatannya, industri besi baja, industri mesin, industri elektronik, dan sebagainya. Kemudian industri bahan galian bukan logam di luar minyak dan batu bara. Industri berat meliputi baja, dan alat pengeboran minyak. Dari berbagai macam bentuk usaha industri yang disebutkan diatas, dalam hal ini 3 Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan: Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Penerbit :P.T. Refika Aditama, halaman 61 dan 70

6 peran pemerintah sangat diperlukan terutama dari segi Pengamanan, pengawasan, dan pengendalian terhadap kegiatan industri tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan kewajiban pelaku usaha industri yang akan melakukan kegiatan dan/atau usaha khususnya dibidang industri elektronik dalam mengelola limbah industrinya, atau kurang perdulinya pelaku usaha industri terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan karena masih belum adanya teknologi yang berupa instalasi pengolahan air limbah maupun sudah memiliki instalasi tetapi limbahnya tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke media lingkungan, sehingga mengakibatkan pencemaran yang berdampak pada lingkungan. Kegiatan dan/ atau usaha yang dimaksud adalah kegiatan perindustrian di Kota Batam. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul PELAKSANAAN KEWAJIBAN MENGELOLA LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH PT EPSON DI KOTA BATAM. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pelaksanaan kewajiban mengelola limbah sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan oleh PT. Epson di Kota Batam.

7 C. Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu tujuan yang mendasari dilakukannya penelitian tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui pelaksanaan kewajiban mengelola limbah sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan oleh PT. Epson di Kota Batam. D. Manfaat Penelitian Manfaat diadakannya penelitian ini antara lain : 1. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang lingkungan; 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat dan pelaku usaha industri khususnya industri elektronik akan arti pentingnya pelestarian lingkungan hidup dan teknologi berupa instalasi pengolahan air limbah pada setiap industri yang akan melakukan kegiatan dan/atau usaha dalam mengelola limbah B3 agar tidak mencemari lingkungan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan; 3. Memberi sumbangan pemikiran pada pemerintah daerah dalam meningkatkan pengawasan dan pemberian izin untuk kegiatan dan/atau usaha industri khususnya industri elektronik yang akan dilakukan di Kota Batam.

8 E. Keaslian penelitian Bahwa dalam Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. Jika Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan / atau sanksi hukum yang berlaku. F. Batasan Konsep Batasan konsep merupakan uraian tentang pengertian istilah-istilah yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini batasan konsep terdiri dari: 1. Kewajiban mengolah limbah B3 Menurut Penjelasan dari Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, kewajiban mengolah limbah B3 merupakan Kewajiban untuk melakukan pengelolaan B3 merupakan upaya untuk mengurangi terjadinya kemungkinan risiko terhadap lingkungan hidup yang berupa terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, mengingat B3 mempunyai potensi yang cukup besar untuk menimbulkan dampak negatif. 2. Limbah B3 Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 Angka 21 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,dan/atau jumlahnya, baik secara langsungmaupun tidak langsung, dapat mencemarkan

9 dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/ataumembahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain 3. Pencegahan pencemaran lingkungan Menurut Perda Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 Pasal 1 Angka 7, pengertian pencegahan pencemaran lingkungan adalah upaya terpadu dalam rangka meniadakan dan atau mengurangi kemungkinan timbulnya dampak terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 4. Industri elektronik Menurut pandangan saya pengertian industri elektronik adalah suatu kegiatan industrialisasi yang memproduksi barang-barang elektronik. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Berkaitan dengan judul yang penulis ajukan, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan atau penelitian hukum empiris yang dilakukan secara langsung kepada para pihak perindustrian di Kota Batam serta berdasarkan bahan pustaka yang berkaitan dengan hukum lingkungan. 2. Sumber data a. Data primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dan nara sumber tentang obyek yang diteliti.

10 b. Data sekunder Yaitu berupa hukum primer yang meliputi peraturan perundang-undangan, putusan hakim dan bahan hukum sekunder yang meliputi pendapat hukum, buku, hasil penelitian dan sebagainya. 3. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu dengan wawancara dan studi kepustakaan. 4. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada kegiatan perindustrian di Kota Batam 5. Responden a) Responden adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti dalam wawancara ataupun kuesioner yang berkaitan langsung dengan permasalahan hukum yang diteliti, antara lain: 1) Ketua RT/RW yang berada di Kawasan Batamindo Muka Kuning. 2) Pengelola Kawasan Batamindo (sebagai penyedia sekaligus sebagai pengelola limbah dikawasan industri Batamindo), 3) Kepala Dinas Perindustrian Kota Batam Dan Bapedal Kota batam 4) Industri elektronik yaitu: - PT. Epson b) Nara sumber adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang berupa pendapat hukum berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti, antara lain: Pemerintah Kota Batam

11 6. Metode analisis Suatu penelitian yang menggunakan metode analisi adalah deskripsi kualitatif yaitu analisis dengan metode semua data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu menguraikan tentang data yang diperoleh yang kemudian dirangkai menjadi suatu kalimat sehingga dapat ditarik kesimpulan menggunakan metode berpikir deduktif yaitu memaparkan hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik ke persoalan yang lebih khusus. Pencemaran lingkungan pada umumnya, sedangkan khususnya yaitu Pelaksanaan kewajiban untuk mengolah limbah sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan oleh PT. EPSON di Kota Batam.