I. PENDAHULUAN. budaya. Menurut Semi (1993:1) sastra tidak hanya dinilai sebagai karya seni yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan proses cerita, proses narasi, narasi atau cerita berplot. Prosa

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia sejak ribuan tahun yang lalu, kehadiran sastra diterima sebagai salah satu realitas budaya. Menurut Semi (1993:1) sastra tidak hanya dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi dan emosi tetapi dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi. Sastra merupakan karya seni yang memiliki nilai estetika atau nilai keindahan, serta melahirkan pengalaman batin manusia melalui bahasa sebagai medianya. Sastra juga merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Pada hakikatnya kebudayaan terdiri dari dua bagian yaitu kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah sendiri masih merupakan unsur penting dalam khasanah budaya bangsa yang mewarnai kebudayaan nasional. Pembangunan kebudayaan sebagai bagian yang integral di dalam membangun manusia seutuhnya (Hadikusuma,1989:139). Kebudayaan nasional berkembang sesuai dengan keadaan geografis tempat kelompok- kelompok suku bangsa itu tinggal dan ditambah dengan kemampuan manusia untuk mengembangkan pola pikir serta kemampuan dalam mengadaptasi kebudayaan dari luar dengan tidak menolak bahan- bahan baru dari kebudayaan asing. Hal tersebut diatas ditegaskan dalam

UUD 1945 pasal 32, yang menjelaskan bahwa kebudayaan nasional tidak hanya bersumber pada kebudayaan daerah tetapi juga unsur kebudayaan asing itu dapat mempertinggi harkat dan derajat bangsa Indonesia satu diantara unsur kebudayaan turut berperan aktif sebagai pendukung kebudayaan adalah kesenian. Menurut Koentjaraningrat(1984:106) terdapat tujuh unsur kebudayaan yang universal yaitu: sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Kesenian ini antara lain, seni pahat, ukir, tari, bangunan, drama, lukis, dan sastra. Kehadiran sastra di tengah- tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak karena sastra sebagai salah satu realitas kebudayaan (Semi, 1993:53). Sastra merupakan karya seni, sastra diciptakan melalui daya kreativitas yang dapat menemukan dan memilih kemungkinan- kemungkinan terbaik sebagai bahan atau tema dalam suatu karya. Dengan kata lain sastra sebagai produk daya pikir refleksi imajinatif tentang kenyataan yang ada dalam suatu kompleksitas masyarakat atau sebagai penyadaran konsep baru, pendapat, dan kesan sastrawan terhadap fenomena kehidupan manusia mengandung nilai-nilai sosial, religius, moral, filosofis, dan budaya (Semi,1994:52). Tradisi dan nilai budaya masa lalu menjadi bagian dari masa kini karena tradisi dan nilai budaya itu harus akomodatif terhadap pembaharuan sehingga dapat berjalan berdampingan dengan kemajuan zaman. Nilai-nilai budaya luhur perlu digali, ditanamkan kepada generasi muda agar tidak kehilangan jati diri di tengahtengah arus modernisasi.

Nilai nilai budaya tradisional itu berpengaruh pada proses kreatif. Nilai- nilai budaya tradisional tidak ditemukan sebagai sisa di dalam karya- karya yang diciptakan. Nilai nilai itu dapat dinilai sebagai warna; tidak hanya pada kulit tetapi juga pada hal yang menyangkut esensi (Esten, 1987:67). Pengkajian dan pengungkapan warna lokal budaya belitong dapat melestarikan budaya daerah yang mempunyai nilai luhur kehidupan bangsa Indonesia. Novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata yang digunakan sebagai objek penelitian mengandung unsur unsur warna lokal budaya (Belitong) yang tercermin didalamnya.unsur- unsur warna lokal itu diangkat kepermukaan agar dipahami oleh masyarakat. Warna lokal dibangkitkan dengan penggunaan istilah dan ungkapan bahasa daerah yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan corak realisme di dalam karya sastra. Misalnya, warna lokal yang terungkap dari kata kata setempat yang menunjukkan adat istiadat, ekspresi, penjulukan, kepercayaan rakyat, arsitektur rumah, kebiasaan kebiasaan, humoristik dan sebagainya. Memberikan suasana nyata pada lingkungan hidup yang dipaparkan oleh penulis. (Sastrowardoyo, 1992:75) Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis merasa penting untuk mengadakan penelitian mengenai warna lokal (local colour) dalam novel. Objek penelitian ini adalah novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Novel Maryamah Karpov ini mencerminkan ide luhur sang pengarang terutama yang mengacu pada

kebiasaan kebiasaan, ekspresi, penjulukan, dan humoristik masyarakat Melayu (Belitong). Warna lokal masyarakat melayu (Belitong) yang terdapat dalam novel Maryamah Karpov misalnya adalah ekspresi dan penjulukan. Penjulukan yang digunakan masyarakat setempat muncul berdasarkan profesi seseorang atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang tersebut. Seperti kutipan dibawah ini: Berahim Harap Tenang, juru pancar film, ia dianugrahi julukan antik itu sebab setiap ganti rol, ia memasang slide text HARAP TENANG dilayar. Rupanya memutar rol kelima pada jeda ketiga. Maka ia tertukar, rol terakhir diputarnya jadi rol keempat. Ia keliru, akibatnya penjahat film itu yang tadinya sudah mati hidup lagi. ( Maryamah Karpov, 2007:121 ) Dalam hal ekspresi orang melayu (Belitong) mengungkapkannya melalui kata - kata dan ungkapan.secara tersirat kata- kata dan ungkapan tersebut menggambarkan suasana hati mereka. Seperti kutipan berikut ini: Ayah memalingkan senyumnya dari bingkai jendela padaku. Amboi! Inilah yang kutunggu- tunggu dari tadi! Suara itu mengatakan bahwa beserta surat keputusan pengangkatan yang akan diserahkan secara massal Sabtu esok, akan dilampirkan pula amplop rapel gaji. Karena naik pangkat itu harusnya telah terjadi enam bulan silam. Aku tahu persis, senyum ayah untukku. Hanya bermakna satu hal: kue hok lo pan diatas loyang yang berasap- asap! Karya agung orang khek yang congkak itu: Lao Mi!. (Maryamah Karpov, 2007: 4) Warna lokal melayu Belitong itu disebabkan latar kisah cerita mengambil lokasi di daerah Belitong seperti (Tanjung Pandan, Sungai Linggang, Pelabuhan Pegantongan, Manggar, Pelabuhan alivir Belitong timur), lalu nama suku yang terlibat (suku sawang, suku hokian, suku ho pho, suku hokian), serta rumah adat yang digunakan sebagai tempat musyawarah warga kampung (Balai negeri).

Warna lokal yang terkandung dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata dapat dijadikan acuan untuk lebih mengembangkan kebudayaan daerah dan dapat pula mengungkapkan berbagai warna kehidupan masyarakat yang belum diketahui oleh generasi muda. Betapa pun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan sebuah fiksi (dalam hal ini: novel), ia haruslah tetap merupakan c erita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap memunyai tujuan estetik dan mendidik. Melalui sarana cerita tersebut pembaca secara tidak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan berbagai masalah dalam kehidupan. Oleh karena itu cerita atau fiksi atau karya sastra pada umumnya sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapa Sudarni dalam Konferensi Kesusastraan XIX mengemukakan bahwa dengan sastra orang akan berbudaya, dengan budaya orang akan bermartabat, dan akhirnyadengan bermartabat orang akan bermanfaat. Pengajaran sastra akan membantu siswa dalam mengembangkan wawasan terhadap tradisi dalam kehidupan manusia, menambah kepekaan terhadap berbagai problema personal dan masyarakat, dan bahkan sastra pun akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagaikonsep teknologi dan sains. (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/laman/artikel/sudarni-bangka Barat.pdf)

Berdasarkan pendapat diatas, tersirat betapa pentingnya pengajaran sastra di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan tujuan umum pengajaran sastra di sekolah yaitu, siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Selain itu, siswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam melestarikan budaya karena siswa dapat mengenal warna lokal (local colour) dengan berbagai cara yang bervariasi seperti seni musik, lukis, arsitektur dan kreativitas yang lain. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat memahami tentang nilai budaya luhur, budaya bangsa, dan peningkatan aktualisasi nilai budaya disekolah. Hal ini juga dipertegas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA tahun 2007, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1. Standar kompetensi : (membaca) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ terjemahan. Kompetensi dasar : menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra, dalam hal ini mengenai warna lokal (local colour) yang terdapat dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata, diharapkan siswa dapat menikmati dan mengambil hikmah dari novel tersebut, serta dapat mengenal dan mengamalkan nilai- nilai moral dan budaya yang dianggap baik dan luhur. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

local colour) yang terdapat dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata dan kelayakannya sebagai alternatif bahan ajar sastra 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan warna lokal ( local colour) dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata b. Menetapkan kelayakan warna lokal (local colour) dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). 1.4 Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian dibidang kesastraan, khususnya unsur ekstrinsik novel. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti selanjutnya dalam pengembangan teori sastra yang memusatkan perhatian pada unsur ekstrinsik novel yaitu warna lokal (local colour) yang terdapat dalam alur sebuah karya fiksi. 2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca, siswa, dan khususnya guru di SMA mengenai materi warna lokal (local colour) dalam novel, khususnya yang terdapat dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata.

3. Membantu guru bahasa dan sastra Indonesia, khususnya guru Sekolah Menengah Atas (SMA), untuk mendapatkan alternatif bahan ajar sastra Indonesia di sekolah. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dalah sebagai berikut. a. Warna lokal ( local colour) dalam novel novel yang berjudul Maryamah Karpov karya Andrea Hirata. Untuk menganalisis warna lokal ( local colour) dalam novel ini, penulis mengacu kepada pendapat sastrowardoyo (1992:75) yang membagi warna lokal yaitu ekspresi (orang melayu Belitong), kebiasaan- kebiasaan (orang melayu Belitong), pen julukan (orang melayu Belitong), dan humoristik (orang melayu Belitong). b. Kelayakan warna lokal ( local colour) dalam novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata sebagai alternatif bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) dilihat berdasarkan tiga aspek berikut. 1) Bahasa 2) Psikologis 3) Latar belakang budaya