BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini dilaksanakan di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem, Propinsi Bali. Penentuan lokasi tersebut secara sengaja, atas dasar pertimbangan bahwa (1) di Kabupaten Badung tepatnya di Desa Sibangkaja terdapat model pengembangan agrowisata berbasis modal, sedangkan di Kabupaten Karangasem, yaitu di Desa Sibetan terdapat model pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dan () belum pernah dilakukan penelitian serupa di lokasi tersebut. 4. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu yang diperlukan untuk keperluan analisis secara kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar, atau data yang tidak berupa angka dan tidak dapat dihitung, tetapi berupa penjelasan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari responden di lapangan dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber kedua umumnya diperoleh melalui badan/instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data baik instansi pemerintah maupun swasta. 35
36 Data skunder meliputi: biaya operasional (yang sudah terdokumentasi), perencanaan dan pembinaan dari berbagai sumber yang terkait Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut. 1. Wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci yang mengetahui secara akurat tentang seluk beluk pengembangan (perencanaan, pembangunan, dan/atau operasional) agrowisata pada kedua model, dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disiapkan tetapi pertanyaan itu dapat dikembangkan pada saat wawancara berlangsung (pedoman wawancara). Wawancara, yaitu melakukan wawancara/tanya jawab dengan nara sumber atau responden yang dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Alat pengumpul data adalah kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. 3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang lingkungan agrowisata yang merupakan kombinasi antara kondisi fisik dan kelembagaannya. 4.3 Penentuan Responden Sebagai responden dalam penelitian ini adalah para informan kunci yang mengetahui seluk beluk terkait dengan perencanaan dan operasional pada agrowisata kedua model. Pada masing-masing model ditetapkan 50 responden terkait dengan kemampuan peneliti untuk mengambil sampe. Responden pada model agrowisata berbasis modal ditentukan dengan metode purposive sampling yang merupakan informan kunci yaitu : (1) investor, () Manajemen, (3) masyarakat disekitar obyek, (4) tokoh masyarakat. Pada model agrowisata yang berbasis masyarakat,
37 responden yang diwawancari adalah: kelompok masyarakat, yang dipilih secara sensus, dan informan kunci yang dipilih secara purposive sampling yaitu : manajemen (pengurus) dan anggota masyarakat, serta instansi terkait lain (LSM, Dinas, PT, dan lain-lain). Adapun komposisi responden dari masing-masing agrowisata seperti pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Jumlah dan Komposisi Responden Penelitian Jenis responden Model agrowisata Model agrowisata berbasis modal berbasis masyarakat Pemilik (owner) 1 48 Manajemen 1 Tokoh masyarakat 0 Masyarakat sekitar 46 0 Jumlah 50 50 Selanjutnya, dampak pendapatan bagi masyarakat sekitar yang berjumlah 46 responden pada agrowisata berbasis modal, teridentifikasi tenaga kerja dari desa setempat yang bekerja sebagai karyawan sebanyak sembilan orang. Sedangkan, pada agrowisata berbasis masyarakat semua responden (50 orang) 4.4 Metode Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan dikompilasi atau dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dampak pada variabel sosial, ekonomi, dan lingkungan berdasarkan parameter pengukuran terhadap indikator-indikatornya. Khusus untuk penilaian dampak ekonomi dilakukan analisis manfaat dan biaya (B/C ratio) pada model agrowisata berbasis modal, dan analisis finansial usahatani pada model agrowisata berbasis masyarakat, dengan rumus sebagai berikut.
38 1. Benefit cost ratio, B/C, dengan rumus: t= næ bt ö å B ç t 1 (1 i) t= è + = ø C t= næ ct ö å ç K t 0 t 1 (1 i) + = è + ø Dengan kriteria, bila B/C > 1, maka usaha feasible; B/C = 1 tercapai break event point, dan B/C < 1, usaha tidak feasible.. Net present value (NPV), dengan rumus: t n é bt - ct ù NPV = êå = - K tú 0 ë t= 1 (1+ i) û Usaha akan feasible kalau menunjukkan NPV positif yang diperoleh dari pengurangan benefit kotor setiap tahunnya dengan jumlah biaya per tahun, hasilnya didiskon dengan discounting factor, kemudian dikurangi dengan initial investment (K 0 ). Keterangan : B = benefit C = cost b t = benefit bruto tahun t c t = cost bruto tahun t t = tahun i = social discount rate Ko = initial investment Analisis dampak ekonomi pada model agrowisata berbasis modal dibatasi pada analisis pendapatan. Analisis pendapatan pada usaha agrowisata ulat sutera berdasarkan pada data investasi dan produksi satu tahun terakhir. Hal ini karena usahatani ulat sutra tidak berorientasi produksi dan keuntungan usahatani tetapi hanya sebagai atraksi agrowisata. Sehingga tidak tersedianya data atau informasi proyeksi produksi ulat sutra. Di sisi lain, pada model agrowisata berbasis masyarakat adalah model yang berbasis
39 pada kelayakan usahatani itu sendiri yang kemudian dikembangkan menjadi aktivitas agrowisata. Untuk menganalisis pendapatan responden menggunakan analisis pendapatan, kemudian akan dianalisis dengan t-test (membandingkan dua rata-rata). Uji t digunakan ketika melakukan uji rata-rata yang terjadi antara kelompok sampel pada agrowisata berbasis modal (X1) dengan kelompok sampel pada agrowisata berbasis masyarakat (X) tidak homogeny varians atau varians kedua kelompok yang berbeda tersebut ( σ 1 σ ) dihitung dengan rumus sebagai berikut. t = X 1 S n 1 1 - X S + n di mana : X 1 X n 1 n = rata-rata pendapatan petani pada agrowisata berbasis modal = rata-rata pendapatan petani pada agrowisata berbasis masyarakat = jumlah sampel berbasis modal = jumlah sampel berbasis masyarakat Merumuskan hipotesis : Ho : rata-rata pendapatan masyarakat pada model agrowisata berbasis modal dan berbasis masyarakat tidak berbeda H 1 : rata-rata pendapatan masyarakat pada model agrowisata berbasis modal dan berbasis masyarakat berbeda bila t hitung t tabel maka Ho diterima dan bila t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Selanjutnya, untuk menganalisis peningkatan nilai tambah komoditi usahatani salak digunakan analisis nilai tambah dimana besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku ditambah input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolah, selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya. Format analisis nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 4..
40 Tabel 4. Format Analisis Nilai Tambah No Variabel (Output, Input, dan Harga) Notasi 1 Hasil/produksi (kg/proses) a Bahan baku (kg salak/proses) b 3 Tenaga kerja (orang/proses) c 4 Factor konversi (1/) a/b = m 5 Koefisien tenaga kerja (3/) c/b = n 6 Upah rata-rata (rp/kg) d 7 Upah rata-rata (rp/kg) e Pendapatan dan keuntungan 8 Harga bahan baku (rp/kg salak) f 9 Sumbangan input lain (rp/kg)* g 10 Nilai produk (rp/kg) (4x6) M x d =k 11 a. Nilai tambah (rp/kg) (10-8-9) k f g = 1 b. Ratio nilai tambah (%) (11a/10) l/k% = h% 1 a. Imbalan tenaga kerja (rp/hk) (5x7) n x e = p b. Bagian tenaga kerja (%) (`1a/11a)** p/l% = q% 13 a. Keuntungan (rp) (11a-1a)** l p = r b. Tingkat keuntungan (%) (13a/11a) r/l% = 0% Keterangan: * = bahan penolong **= imbalan bagi modal dan manajemen 4.5 Pengukuran Variabel Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka ditentukan tiga variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu variabel sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masingmasing variabel diukur berdasarkan indicator-indikator yang digunakan sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3. Variabel Penelitian Variabel Indikator Parameter Pengukuran Sosial Perkembangan kelembagaan Jumlah (unit) Penyerapan tenaga kerja Jumlah (orang) Kunjungan wisata Rata-rata (orang/th) Ekonomi Pendapatan usahatani Rata-rata (rp/th) Pendapatan non usahatani Rata-rata (rp/th) Peningkatan nilai tambah komoditas Rata-rata (rp/th) usahatani Gaji Rata-rata (rp/org) Lingkungan Jumlah lahan beralih fungsi Rata-rata (ha) terdiversifikasi Lembaga yang memutuskan Jenis (unit) penggunaan lahan tersebut Penanganan limbah hasil proses produksi dan konsumsi Jumlah pengolahan limbah (unit)