Pengaruh Hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V di RSUP Dr. M. Djamil Padang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB V HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

Dewantari EO, Taruna A, Angraini DI, Dilangga P. Medical Faculty of Lampung University ABSTRACT

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

PEMBERIAN SMS REMINDER EFEKTIF MEMPERBAIKI STATUS GIZI ANTROPOMETRI PASIEN HEMODIALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

DAFTAR PUSTAKA. Alam et al., Gagal Ginjal, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

Kata kunci : PGK, hemodialisis, quick of blood dan RRU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH Imam Hadi Yuwono*, Yunie Armiyati**, Chanif ***

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Hannie Qalbina Syaiful 1, Fadil Oenzil 2, Rudy Afriant 3

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN

HUBUNGAN KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN STATUS NUTRISI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD DR.

Hubungan Kejadian Anemia dengan Penyakit Ginjal Kronik pada Pasien yang Dirawat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil Padang Tahun 2010.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

PREVALENSI DAN JENIS ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Vina Octavia Simanjuntak 1, Rebecca Rumesty Lamtiar 2, Jenny N Sitepu 3 ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN HEMODIALISIS MENGENAI GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PIRNGADI. Oleh: PREVISHA KALIAHPAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.

Imam Hadi Yuwono 1, Yunie Armiyati 2, Chanif 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015:


I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

Serokonversi Hepatitis C pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

PEMAKAIAN DIALIZER REUSE YANG LAYAK DIGUNAKAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA

PENGARUH PEMBALIKAN DOUBLE LUMENT CATHETER TERHADAP ADEKUASI DIALISIS PADA PASIEN HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

ALISIS LAMA HEMODIALISIS DENGAN STATUS GIZI PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

Profil pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2014 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

Status gizi pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 yang menjalani hemodialisis adekuat dan tidak adekuat

ANALISIS MOTIVASI TERAPI HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

Transkripsi:

300 Artikel Penelitian Pengaruh Hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V di RSUP Dr. M. Djamil Padang Wahyuni Armezya 1, Ellyza Nasrul 2, Elizabet Bahar 3 Abstrak Pravelensi pasien penyakit ginjal kronik stadium V yang mendapat terapi hemodialisis terus meningkat di dunia. Dosis hemodialisis yang diberikan kepada pasien harus mencukupi kebutuhan tubuh agar tujuan terapi dapat tercapai dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh hemodialisis terhadap Urea Reduction Ratio (URR). Penelitian secara eksperimental kuasi dilakukan pada pasien hemodialisis sejak Agustus 2013 sampai Maret 2014. Data dikumpulkan dari rekam medik dan hasil pemeriksaan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis. Analisis bivariat menggunakan uji t berpasangan dan korelasi Pearson untuk mengetahui perbedaan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis serta pengaruh hemodialisis terhadap URR. Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil rerata ureum sebelum hemodialisis sebesar 100,27 mg/dl, rerata ureum sesudah hemodialisis 31,17 mg/dl dan rerata URR sebesar 68,80%. Sebanyak 62% pasien mendapatkan hemodialisis yang adekuat dan 38% pasien mendapatkan hemodialisis tidak adekuat. Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis (p = 0,0001) dan terdapat pengaruh signifikan hemodialisis terhadap URR (p = 0,0001). Kata kunci: hemodialisis, ureum, URR Abstract The prevalence of chronic kidney diseases stage V that receive hemodialysis therapy rise in the world. Hemodialysis doses are given to the patient must meet the body s needs in order to make the therapeutic goals can be achieved well. The objective of this study was to determine the adequacy of hemodialysis measured by URR in hemodialysis patients in the M Djamil hospital Padang. Quasiexperimental studies performed on hemodialysis patients from August 2013 to March 2014. Data were collected from medical records and the results of urea before and after hemodialysis. Bivariate analysis using a paired t test and Pearson correlation urea to know the difference between before and after hemodialysis and hemodialysis influence on the URR. The results showed that the mean of urea levels before hemodialysis is 100.27 mg/dl, the mean of urea levels after hemodialysis is 31.17 mg/dl and the mean of URR is 68,80%. The 62% patients got adequate hemodialysis and 32% patients got inadequate hemodialysis. Based on statistics, obtained p value is 0.0001 showed there are siginificants difference in urea before and after hemodialysis and there are the influence of hemodialysis to URR (p value: 0.0001). Keywords: hemodialysis, urea, URR Affiliasi penulis: 1. Pendidikan Dokter FK UNAND (Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang), 2. Bagian Patologi Klinik FK UNAND, 3. Bagian Mikrobiologi FK UNAND. Korespondensi: Wahyuni Armezya, email: Armezya135@gmail.com Telp: 08975180141. PENDAHULUAN Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan kerusakan ginjal secara bertahap dan progresif karena kehilangan fungsi nefron. Penurunan fungsi ginjal ini bersifat kronis dan ireversibel. 1

301 Penyakit ginjal kronik stadium V ditandai dengan penurunan LFG < 15 ml/menit/1,73m². 2 Prevalensi dan insidensi penyakit ginjal kronik stadium V terus meningkat di dunia, termasuk di Indonesia. Hemodialisis sebagai terapi utama pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V harus memperhatikan dosis yang tepat agar sisasisa metabolisme seperti ureum dan kreatinin dapat disaring oleh dinding semipermeabel dializer ke luar tubuh. Jika dosis hemodialisis tidak mencukupi maka pasien akan mengalami berbagai gangguan seperti, sakit kepala, kaki kram, mual dan muntah, hipotensi dan pruritus. 3 Kecukupan dosis hemodialisis diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis. Adekuasi hemodialisis secara kuantitatif dapat diukur dengan pemeriksaan Urea Reduction Ratio (URR) yang mengukur persentase jumlah ureum yang dibersihkan dalam sekali tindakan hemodialisis. 4 Penghitungan URR adalah cara yang paling sederhana dan mudah untuk mengukur adekuasi tindakan hemodialisis. Nilai dari URR sangat tergantung pada aliran cairan dialysate, quick of blood (Qb), jenis dan bahan dializer, pemakaian ulang dializer dan luas permukaan dializer. kecepatan aliran darah, kecepatan aliran dialisat, permeabilitas membran dializer dan resirkulasi. 5 Nilai URR dalam satu kali tindakan hemodialisis yang direkomendasikan adalah minimal 65%. 6 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RS. Dr. M. Djamil, saat ini sejak JanuariSeptember 2013 sudah dilakukan 1452 kali tindakan hemodialisis. Pasien rutin yang melakukan hemodialisis berjumlah 120 orang. Mesin hemodialisis yang digunakan adalah buatan Nipro tipe Surdial+, akses vaskuler yang digunakan adalah Cimino, quick of blood ratarata pasien 200250 ml/menit dan dialisat yang digunakan bikarbonat. Pelaksanaan hemodialisis dilakukan dalam dua shift, yaitu pagi dan sore dengan waktu pelaksanaan hemodialisis ratarata 5 jam. Pemeriksaan kimia klinik seperti ureum sebelum hemodialisis dilakukan setiap satu kali tiga bulan, namun pemeriksaan kimia klinik sesudah hemodialisis tidak dilakukan sehingga tidak dapat digunakan untuk menghitung URR. METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi dilakukan sejak Agustus 2013 Maret 2014 di bagian Hemodialisis RS Dr. M. Djamil. Populasi pada penelitian ini berjumlah 120 orang. Sampel yang digunakan sebanyak orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah semua pasien penyakit ginjal kronik stadium V yang melakukan hemodialisis rutin 2 (dua) kali seminggu dan bersedia menjadi sampel yang dibuktikan dengan informed consent dan kriteria eksklusi adalah pasien dengan penurunan kesadaran dan anemia berat. Variabel independen pada penelitian ini adalah hemodialisis dan variabel dependen adalah URR. Pengolahan data yakni checking, coding, entry, dan cleaning data. Data yang diperoleh diolah dalam program komputer dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji t berpasangan dan korelasi Pearson. HASIL Karakteristik pasien yang menjadi subjek penelitian ditampilkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Karakteristik pasien hemodialisis di RS Dr. M. Djamil Variabel n Rerata + SD % Minmax Jenis kelamin Lakilaki Perempuan Umur (tahun) Lama HD (tahun) < 1 tahun 15 tahun >5 tahun Batu ginjal Batu ginjal+hipertensi Glomerulonefritis kronik Nefropati DM+Hipertensi Nefrosklerosis hipertensi Nefropati idiopatik Polikistik ginjal 37 18 21 23 12 4 1 2 8 11 21 6 2 52,18+11,45 68 32 37,5 41,1 21,4 7,3 1,8 3,6 14,5 20 38,2 10,9 3,6 14 80

302 Subjek penelitian sebanyak orang yang terdiri dari 37 lakilaki (68%), dan 18 orang perempuan (32%). Rerata usia pasien secara keseluruhan adalah 52,18 + 11,45 dengan usia termuda adalah 14 tahun dan usia tertua adalah 80 tahun. Tabel 1 menunjukkan lama menjalani hemodialisis terbanyak adalah rentang 15 tahun (41,1%). Berdasarkan data pada Tabel 1 didapatkan etiologi terbanyak adalah nefrosklerosis hipertensi (38,2%) dan nefropati DM+hipertensi (20%). Berdasarkan URR yang diperoleh, distribusi pasien yang mendapatkan hemodialisis yang adekuat dan tidak adekuat terdapat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Adekuasi hemodialisis berdasarkan URR Kategori hemodialisis n % Adekuat 34 62 Tidak Adekuat 21 38 Tabel 2. Kadar ureum serum sebelum dan sesudah hemodialisis Variabel n Rerata min + SD Ureum Sebelum HD (mg/dl) Ureum Sesudah HD (mg/dl) 100,27 + 27,58 31,17 + 14,43 MinMax 45,8147 771 Pada Tabel 2 didapatkan hasil rerata ureum sebelum hemodialisis adalah 100, 27 + 27, 58 mg/dl dengan kadar ureum sebelum hemodialisis terendah adalah 45, 8 mg/dl dan kadar ureum tertinggi 147 mg/dl, rerata kadar ureum sesudah hemodialisis sebesar 31, 17 + 14, 43 mg/dl dengan kadar ureum sesudah hemodialisis terendah adalah 7 mg/dl dan kadar ureum tertinggi 71 mg/dl. Berdasarkan data penelitian pada Tabel 2, kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis, dihitung URR dengan menggunakan rumus Lowne 1981, yaitu URR (%) = 100 x (1Ct/Co). Nilai minimal URR yang direkomendasikan adalah 65%, jika URR lebih dari 65% maka hemodialisis adekuat, sebaliknya jika URR kurang dari 65% hemodialisis tidak adekuat. 6 Tabel 3. URR pasien hemodialisis Variabel n Rerata+ SD MinMax URR(%) 68,80+12,74 31,5896,57 Tabel 3 memperlihatkan hasil rerata URR pasien hemodialisis 68,80 + 12,74% dengan URR terendah 31,58% dan URR tertinggi 96,57%. Berdasarkan data penelitian di atas didapatkan hasil sebanyak 34 orang (62%) pasien mendapatkan hemodialisis yang adekuat, 21 orang (38%) pasien mendapatkan hemodialisis yang tidak adekuat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat besar perbedaan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis dengan ujit berpasangan dan pengaruh hemodialisis terhadap URR. Sebelum melakukan analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji nonparametrik KolmogorovSmirnov. Hasil uji normalitas data dikatakan normal jika p > 0,05. Hasil uji normalitas sebagai berikut; ureum sebelum HD (p=0,56), ureum sesudah HD (p=0,71), URR (p=0,69). Tabel 5. Analisis perbedaan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis Variabel Rerata+ SD Analisis Hasil uji p Ureum sebelum dan sesudah HD 71.54+21,76 0,470 0,0001 Pada Tabel 5 diketahui hasil rerata perbedaan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis sebesar 71,54 + 21,76. Hasil analisis ujit berpasangan didapatkan p = 0,0001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis. Analisis pengaruh hemodialisis terhadap URR dilakukan dengan uji Korelasi Pearson. Hasil analisis terdapat pada Tabel 6 berikut. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,719. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi tersebut positif (menunjukkan hubungan yang searah) yang memiliki

303 arti apabila nilai variabel independen (hemodialisis) meningkat maka nilai dari variabel dependen (URR) juga akan meningkat. Tabel 6. urea reduction ratio Analisis pengaruh hemodialysis terhadap Variabel n Koefisien Korelasi Hemodialisis URR 0,719 1 p 0,0001 0,0001 Pada analisis korelasi, angka koefisien korelasi 1 menunjukkan adanya korelasi sempurna dan angka koefisien korelasi 0 menunjukkan tidak adanya korelasi. Tidak ada ketentuan yang pasti untuk menentukan seberapa kuat korelasi antar variabel, semakin tinggi nilai koefisien korelasi maka korelasi antar 2 variabel juga semakin tinggi. PEMBAHASAN Penelitian pada pasien hemodialisis di RS Dr. M. Djamil Padang tidak memperhatikan gangguan penyerta pada pasien seperti gagal hati atau malnutrisi, penggunaan dializer berulang, Quick of blood (Qb) dan komponen hemodialisis lainnya. Subjek penelitian lakilaki lebih banyak dari perempuan.yaitu 68% dan 32%. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu didapatkan lakilaki 63,2% dan 66%. 7,8 Berdasarkan metaanalisis dari berbagai penelitian pada populasi dengan faktor risiko didapatkan bahwa prevalensi PGK pada perempuan 47 kali lebih tinggi daripada lakilaki. Namun lakilaki berpotensi mengalami penurunan fungsi ginjal secara lebih progresif sehingga sering membutuhkan terapi pengganti ginjal daripada perempuan. Faktor penyebab perbedaan progresifitas penyakit ginjal pada lakilaki dan perempuan masih dalam tahap penelitian, salah satu teori yang berkembang adalah kadar estrogen yang rendah pada lakilaki. Berdasarkan penelitian dengan hewan coba ditemukan bahwa estrogen mengurangi proses pembentukan jaringan ikat (scarring) pada kerusakan ginjal. 9 Rerata umur responden pada penelitian ini adalah 52,18 tahun. Umur terendah responden adalah 14 tahun dan umur tertinggi adalah 80 tahun. Rerata umur responden di Unit Hemodialisis RS Dr. M. Djamil hampir sama dengan penelitian sebelumnya yaitu didapatkan rerata adalah 51,0 tahun dan,1 tahun. 7,10 Proses penuaan atau bertambahnya umur sesorang akan menurunkan fungsi biologik dari semua organ yang ada. Semakin bertambahnya umur maka akan menambah risiko terjadinya suatu gangguan organ tubuh. 11 Distribusi lama menjalani hemodialisis terbanyak (41,4%) yaitu pada rentang 15 tahun. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan retata umur adalah 2,3 tahun. Banyaknya pasien yang menjalani hemodialisis dalam rentang waktu 15 tahun tersebut kemungkinan karena sarana hemodialisis yang semakin baik sehingga harapan hidup pasien semakin meningkat. 12 Pada penelitian ini didapatkan penyebab penyakit ginjal kronik tahap akhir (PGK stadium V) adalah nefrosklerosis hipertensi (38,5%), kemudian disusul nefropati DM+hipertensi (19,6%). Hal ini hampir sejalan dengan penelitian sebelumnya namun didapatkan perbedaan persentasi yaitu sebanyak 37,5% DM, hipertensi 20% dan DM dengan komplikasi 42,3%. Penelitian lain menunjukkan hasil penelitian yang berbeda yaitu didapatkan etiologi terbanyak adalah batu ginjal sebanyak 30,8% dan diabetes mellitus 20,5%. 13,14 Menurut penelitian Iseki et al, pasien penyakit ginjal kronik di Jepang lebih banyak dari laklaki (mencapai 600 orang per 100.000 penduduk) dibandingkan perempuan (400 orang per 100.000 penduduk). Hal ini terjadi karena perempuan memiliki pola hidup yang lebih sehat dan teratur dibanding lakilaki, misalnya merokok dan minum alcohol. Kebiasaan ini apabila berlangsung lama dapat menimbulkan penyakit hipertensi maupun diabetes mellitus. 15 Pada data perubahan kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis pada Tabel 5 terlihat nilai rerata perbedaan antara kadar ureum sebelum dan sesudah hemodialisis adalah 71,54 + 21,76 mg/dl. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya didapatkan rerata perbedaan sebesar 74,62 + 8,21 mg/dl namun lebih rendah dari penelitian yang ada, yaitu didapatkan

304 perbedaan 100, 90 + 39,93 mg/dl. Uji statistik penurunan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis juga signifikan. 16,11 Ureum merupakan zat yang memiliki berat molekul yang rendah, sehingga saat hemodialisis akan mengalami bersihan sekitar 6570%. Berat molekul ureum 60 Dalton sehingga saat hemodialisis akan mudah dieliminasi dari aliran darah. 17 Rerata URR seperti pada Tabel 3 ini lebih tinggi dari penelitian sebelumnya, yaitu didapatkan hasil sebesar 66,3% + 6,9% dengan dengan URR terendah adalah 74,7% dan tertinggi 53,1%. 18 Nilai URR yang sangat tinggi pada penelitian ini dapat disebabkan oleh kadar ureum yang menurun drastis. Penurunan kadar ureum tersebut dapat diakibatkan oleh faktor gangguan lain pada tubuh pasien, misalnya pada keadaan gagal hati, hidrasi berlebih, keseimbangan nitrogen negatif pada malnutrisi dan malabsorpsi. 19 KESIMPULAN Terdapat penurunan ureum sesudah hemodialisis di RS Dr. M. Djamil Padang. Terdapat pengaruh signifikan hemodialisis terhadap URR pada pasien hemodialisis di RS. Dr. M. Djamil Padang. DAFTAR PUSTAKA 1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S, editor (penyunting). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Edisi ke5. Jakarta: FKUI; 2009. hlm.1035 40. 2. KDIGO. Clinical practice guideline for the evaluation and management of chronic kidney disease. Kid Int 2013;1(Suppl 3):1827. 3. Locatelli F, Buoristiani, Canaud, Kohler, Petitclerc, Zucchelli. Dialysis dose and frequency. Nephrology Dialysis Transplantation. 2005;20:28596. 4. NKFK/DOQI. Clinical practice guideline for hemodialysis adequacy. 2006 (diunduh 21 Oktober 2013).Tersedia dari:url: HYPERLINK http:// www. kidney.org/kidneydisease/ckd/indse.cfm#what 5. Zyga S, Sarafis P. Haemodialysis adequacy. Health Science Journal. 2009; 3(suppl 4):20913. 6. Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). Konsensus Dialisis Pernefri: Jakarta; 2003. 7. Dewi IG. Hubungan antara quick of blood (Qb) dengan adekuasi hemodialisis pada pasien yang menjalani hemodialisis di ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia; 2010. 8. Erwinsyah. Hubungan antara quick of blood (Qb) dengan penurunan kadar ureum dan kreatinin pada pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSUD Mattaher Jambi (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia; 2009. 9. Zhang QiuLi, Rothen Bacher D. Prevalence of chronic kidney disease in population based studies: systematic review. BMC Public Health. 2008 (diunduh 12 Desember 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://www.biomedcentral.com/ 14712458/8/117 10. Naysilla AM. Faktor risiko hipertensi intradialitik pasien penyakit ginjal kronik di RS. Kariadi Semarang (skripsi). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. 11. Fowler B. Functional and biological markers of aging. Dalam: Klatz, R, author (penulis). AntiAging Medical Therapeutics. Vol ke5. Chicago: The A4M Publications; 2003. hlm.43. 12. Nugraha A. Korelasi perubahan tekanan darah pra dan pasca dialisis dengan lama menjalani hemodialisis pada pasien hemodialisis kronik di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Februari 2009 (skripsi). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. 13. Pranoto I. Hubungan antara lama hemodialisis dengan terjadinya perdarahan intraserebral (skripsi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2010. 14. Oktiadewi AA, Ayu Putri. Hubungan kadar Hb dan status gizi dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik stadium V yang menjalani hemodialisis. (undergraduated thesis). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. 15. Iseki K. Gender differences in chronic kidney disease. Kidney International. 2008;74:415 17. 16. Kaliahpan P. Perubahan kadar ureum dan kreatinin

305 sebelum dan sesudah hemodialisis pada penderita gagal ginjal di RSUD Pirngadi Medan (skripsi). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2010. 17. Paston S, Balley J. Dialysis theraphy. The New England Journal of Medicine.1998;338(20):1428 37. 18. Yuwono, Hadi I, Arniyati, Yunie, Chanif. Pengaturan kecepatan aliran darah (quick of blood). terhadap rasio reduksi ureum pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Kota Semarang. (undergraduate tesis). Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang; 2013. 19. Pagana KD, Pagana TJ. Mosby s manual of diagnostic and laboratory tests. Edisi ke2. St Louis; Mosby s; 2002.