BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB IV ANALISIS SIYASAH DUSTURIYAH TERHADAP PENYELENGGARAAN SISTEM PRESIDENSIAL DENGAN FORMAT KOALISI

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Gbr.1 Peta Jalur Sutra (Silk Road)

BAB IV ANALISIS Mekanisme PAW Anggota DPR/DPRD Menurut UU RI No 27 Tahun 2009 dalam Persepektif Fiqh Siyasah

DUNIA ISLAM. Antara Harapan dan Kenyataan

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

Bukti Cinta Kepada Nabi

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

Intisari Buku. Tarbiyah Siyasiyah. Bersama Dakwah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS FIKIH SIYASAH TERHADAP PELAKSANAAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD FKB PEMKOT MOJOKERTO PERIODE

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

KHILAFAH DAN KESATUAN UMAT

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

SEJARAH ISLAM AHMADIN

Indahnya Mengikuti Sunnah

Penjelasan singkat tentang khilafah minhajjin nubuwwah berdasarkan hadith

WAKTU TERJADINYA PERISTIWA ISRAA DAN MI RAJ

BAB I PENDAHULUAN. urusan rakyat, pemimpin hendaknya orang yang benar-benar bisa dipercaya,

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara Islam. Istilah imamah lebih banyak digunakan oleh

Oleh: Hafidz Abdurrahman

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan informasi dapat diakses dengan sangat cepat tak terkecuali dalam

BAB IV PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH DENGAN SATU PASANGAN CALON DI KAB. BLITAR TAHUN 2015 DALAM PERSPEKTIF FIKIH SIYASAH

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Undang ini mempuyai peran strategis dalam rangka pengembangan demokrasi, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Khotbah yang Menggelisahkan

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Tinggal di kawasan Semenanjung Tanah Arab Terdapat wilayah seperti Syam, Nadz,Yaman, Oman Mekah, Madinah dan Thaif merupakan ibu kota penting

KELAS BIMBINGAN MENENGAH PEPERIKSAAN PERTENGAHAN TAHUN 2015 SEJARAH ISLAM KBM 3

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

RESUME. MATA KULIAH STUDI ISLAM BAB I s.d. BAB VI. oleh: Muhammad Zidny Naf an ( / TI 1C)

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH IBTIDAIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ADAADNAN ABDULLA MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH NEO KHAWARIJ MENGUNGKAP BIANG TERORISME, RADIKALISME, DAN SOLUSINYA. Diterbitkan secara mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan tanpa sebuah

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

Pendidikan Agama Islam Bab : 3 PERADABAN ISLAM

PROPOSAL DONASI DAKWAH GEMOLONG KAJIAN UMUM TEMATIK YA ALLAH, TUNJUKILAH AKU JALAN YANG LURUS BERSAMA USTADZ ABU ISA

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Surat Untuk Kaum Muslimin

Istiqomah. Khutbah Pertama:

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

Hukum Berkabung Atas Kematian Raja dan Pemimpin

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

BAB V PENUTUP. A. Analisis

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

Memahami Radikalisme Secara Utuh

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB IV HUBUNGAN GOLPUT DALAM PEMILU MENURUT ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILU

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sangat pantas dijadikan referensi nomor wahid sepanjang masa. bahkan setan pun tak ingin berpapasan dengannya di jalan.

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

PERJANJIAN HUDAIBIYAH AHMAD NZRYSHAH B. MOHAMED KHALID

Belajar Ilmu Hadis (1) Pendahuluan

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Karenanya parpol Islam bukanlah parpol terbuka dan menganut paham pluralisme.

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

Nag2oO9. Item Objektif. M.S Rajah berikut menunjukkan suasana di Madinah sebelum hijrah Nabi Muhammad s.a.w. ke Madinah.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

SILABUS PEMBELAJARAN. Alokasi Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Indikator. Sumber Belajar (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Ajwa Publishing ABDULLA SANG NABI MENGUNGKAP FAKTA KENABIAN, PERANG DAN POLIGAMI MUHAMMAD ADNAN ABDULLAH

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes.

Pendidikan Agama Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS KONTROL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah sebuah konsekuensi dari pemerintahan yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pemilihan umum di Indonesia dilangsungkan selama lima tahun sekali, pemilihan umum dilakukan sebagai upaya untuk mencapai sebuah suara politik warga negara yang diharapkan nantinya menghasilkan berbagai kepentingan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemilihan umum melibatkan seluruh lapisan masyarakat suatu negara yang memiliki hak yang sama, yaitu setiap masyarakat yang telah memenuhi persyaratan dalam pemilu berhak untuk memilih dan dipilih dan hasilnya berdasarkan perolehan suara tertinggi. Keterlibatan partai politik menjadi bagian yang terlepaskan dalam pemilihan umum, dimana partai politik diwujudkan dari berbagai elemen masyarakat yang memiliki nilai dan asas-asas yang diambil dari sumber hukum negara dimana anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Sebagaimana disampaikan oleh Miriam Budiradjo (1998:159) partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memdoernkan diri, maka di negara-negara barupun partai sudah menjadi lembaga politik yang biasa dijumpai. Partai politik memberikan peranan sebagai penyampaian aspirasi politik warga negaranya, juga sebagai sosialisasi dan mobilisasi politik masyarakat dalam tahapan-tahapan pemilihan umum.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada tahun 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pemilihan presiden pun dimasukkan ke dalam proses pemilu. Pemilihan presiden langsung sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilihan umum tahun 2004. Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dijadikan bagian dari pemilu (http://id.wikipedia.org/). Dan dalam perkembangannya Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat demokratis yang tinggi, hal ini tidak terlepas dari pemilu yang dilaksanakan seperti yang digambarkan diatas. Agama tentunya membawa nilai-nilai yang dianggap sebagai jalur perjalanan yang kokoh bagi penganutnya. Ajaran agama akan menjelaskan sebuah kaidahkaidah, tingkah laku, adab, pandangan dan lainnya yang keseluruhannnya akan termaktub dalam sebuah sistem keagamaan itu sendiri. Agama bukanlah sekedar mengatur kehidupan pribadi-pribadi bagi pemeluknya akan tetapi agama juga mengatur bagaimana ajarannya dapat mengatur keseluruhan hidup dari berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali dengan sistem yang perpolitikan yang diambil dari nilai-nilai agama yang terkandung didalamnya termasuk juga pemilihan umum. Tentang sistem politik, banyak sekali nilai-nilai islam yang berbicara pada prinsip hukum dalam islam seperti berlaku adil bagi pihak pemimpin, kepatuhan dari pihak rakyat, dan musyawarah antara pemimpin dan rakyat (Al Mawardi, 2006:ix).

Musyawarah dilakukan untuk merumuskan sebuah keputusan pada kepentingan bersama yang merupakan berasal dari persetujuan dari seluruh anggota musyawarah tersebut. Musyawarah yang diwujudkan dalam sistem parlemen sistem demokrasi melalui pemilu dari sebagian kalangan agamawan Islam menafsirkan bahwa musyawarah yang berlaku saat ini merupakan representasi nilai Islam dalam sistem negara. Keterlibatan Islam dengan pemilu tidak dapat dipungkiri seperti terwujudnya partai-partai Islam, kebertahanan dan usaha dalam memilih pemimpin dari kalangan islam guna mempertahankan sistem-sistem islam di negara ini, dan hal lainya yang mendukung dalam keberlangsungan pemilu itu sendiri. Islam adalah salah satu keyakinan terbesar di dunia ini, dengan panutan dan pembawa risalahnya adalah Muhammad bin Abdullah Shalallahu alaihi Wasallam. Islam merupakan ajaran yang berorientasikan pada sisi ketauhidan kepada Allah Subhana wa Ta ala, menolak segala peribadatan yang tidak ditujukan kepada selain Allah baik secara disadari ataupun tanpa disadari pemeluknya. Maka Islam menjadikan sebuah kemurnian dalam ajarannya dan contoh yang baik pada pribadi Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam sebagai tauladan bagi penganutnya. Alqur an dan hadits rasulullah sebagai sumber hukum bagi umat Islam serta ijma dan qiyas oleh ulama sebagai hukum tambahan yang diambil dari hukum sebelumnya guna menjelaskan hal-hal yang berkembang. Dalam perkembangannya, hingga saat ini Islam tentunya mengalami berbagai perubahan baik itu yang bersifat positif juga negatif. Begitu juga dengan perkembangan dakwah Islam itu sendiri, Islam mulai terpecah dalam berbagai kelompok ataupun firqah baik itu pada satu sisi seperti pada masalah keyakinan, ritual peribadatan, muamalah dan lainnya atau secara keseluruhan

ajaran Islam. Beberapa kelompok tersebut yang membedakannya adalah pemikiranpemikiran mereka tentang nilai Islam itu sendiri serta pengambilan dasar pemikiran juga penafsiran yang berbeda, diantara kelompok pemikiran tersebut adalah sunni, syi ah imamiyah, rafidhah, murji ah, khawarij, mu tazilah, sururiyah, dan lainnya. Dan aliran-aliran pemikiran ini terus berkembang hingga saat ini. Menurut Betty R Scharf (2004:57) ia menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang pada dasarnya mentransformasikan tidak mencipta, komunitas tertentu. Islam senantiasa mempertahankan tujuan teroritik yakni bahwa batas-batas kepercayaan keagamaan dan komunitas politik harus berjalan bersamaan. Namun demikian karena dua alasan tujuan tidak tercapai. Ekspansi islam yang berlangsung sangat cepat oleh kekuatan militer, para pedagang dan beragam termasuk sebagian diantaranya yang menolak memeluk Islam dan sebagian lain diislamisasikan hanya secara dangkal. Dipihak lain berbagai tekanan dan ketegangan dalam komunitas perpecahan politik yang masing-masing kurang lebih menjadi landasan terbentuknya komunitas yang terpisah dan berdiri sendiri. kepercayaan bersama tidak dapat mencegah perkembangan berbagai komunitas yang terpisah-pisah sendiri itu, misalnya komunitas muslim di Mesir, India, dan di kerajaan Turki. Pasca wafatnya rasulullah selaku pemimpin umat Islam ini, kepemimpinan umat dipegang oleh khulafaur rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai lanjutan dalam kepemimpinan umat Islam kemudian dilanjutkan oleh masa-masa kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan yang membentuk pada Sistem Pemerintahan Daulah Umayyah, dan seterusnya dimana sistem yang berlaku bersifat absolut monarkhi (pemerintahan yang turun menurun)

hingga hilangnya masa kekhalifahan. Masa kekhalifahan dianggap merupakan jawaban terhadap sebuah pemerintahan Islam atau Daulah Islamiyah (negara Islam) yang disebut sebagai khalifah manhaji nubuwwah pada saat itu. Dalam penjelasannya yang dikutip dari berbagai perkataan Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam, driwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Al Hakim bahwa khalifah manhaji nubuwah berlangsung selama tiga puluh tahun pasca wafatnya Nabi Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam. Dimana terdapat pada masa kepemimpinan empat sahabat rasulullah yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatttab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah itu diikuti dengan kepemimpinan secara berturut-turut delapan orang dari suku Quraisy dari penguasa Bani Umayyah (http://almanhaj.or.id/). Dan setelah itu maka akan didapati perbedaan terhadap sistem kekhalifahan yang berlangsung hingga hilangnya sistem kekhalifahan itu dan diikuti dengan berkembangnya negara-negara dunia yang diikuti dengan perkembangan sistem pemerintahan yang memiliki landasan teoritis dan praktikal yang dipakai masing-masing negara dalam menjalankan pemerintahannya dalam tertera dalam falsafah dan ideologi negaranya masing-masing. Salafiyah atau dikenal juga dengan istilah salafi adalah bagian dari perkembangan dakwah Islam saat ini. Istilah salafiyah ataupun salafi bukanlah istilah yang baru dalam Islam ataupun sebuah gerakan, ajaran ataupun aliran tertentu dalam Islam melainkan ini hanya sekedar istilah yang disematkan terhadap bagi siapa saja yang memahami agama ini sesuai dengan generasi awal dari umat Islam itu sendiri, sebagaimana hal ini berkaitan dengan arti dari kata salafiyah itu sendiri. Dimana salafiyah berusaha untuk mengedepankan pemurnian nilai Islam itu sendiri.

Salafiyah memiliki kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan sehari-harinya dimana kaidah-kaidah tersebut berasal dari pemahaman mereka terhadap nilai ajaran islam itu sendiri, maka dari hal inilah kritikan-kritikan muncul terhadap apa yang terjadi disaat kaidah tersebut dirasakan tidak sejalan dengan apa yang diketahui umat islam Indonesia dari kebiasaan keagamaan yang dipahami selama ini. Hal ini terjadi karena adanya akulturasi adat dan agama yang tidak sesuai pada ajaran salafiyah, contohnya adalah peringatan 1 syura (muharram), berdoa di tempat kuburan orang alim yang masih didapati masyarakat sedangkan salafiyah menentang perbuatan ini karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan nabi dan sahabat-sahabatnya dengan diikuti pemaparan sumber agama Islam dari alqur an dan hadits secara ilmiah dan kevalidan sumber itu sendiri (shahih). Di Indonesia sendiri selain di pondok-pondok pesantren perkembangan dakwah salafiyah juga berkembang pesat di perkotaan seperti Yogyakarta, Jakarta, Medan, Makasar dan kota-kota besar lainya yang hampir menyeluruh di Indonesia. Masyarakat kota diikat dengan sebuah aktivitas dan mobilitas sosial yang cukup tinggi dalam keseharianya maka akan ditemui kedinamisan dan heterogenitas masyarakat kota. Dakwah salafiyah menekankan pada pemahaman ilmu agama dimana akan menghasilkan sebuah tuntutan pada pengikutnya untuk menuntut ilmu bagi setiap individu. Maka disinilah kecenderungan masyarakat kota terhadap salafiyah, sebuah aktivitas dan kewajiban setiap orang membuatnya tidak bisa meluangkan waktu secara penuh untuk mendalami agamanya kecuali jika mereka tinggal pada suatu pesantren. Begitu juga dengan terhadap penerapan kaidah-kaidah yang dimiliki salafiyah seperti yang dipaparkan diatas tidak menutup kemungkinan

mendatangkan sebuah perbedaan dan konflik dalam masyarakat yang bersifat homogen, maka ini menjadi keselarasan antara masyarakat kota dan ajaran salafiyah yang cenderung lebih menerima perubahan dan perbedaan. Meskipun gerakan dakwah salafiyah tidaklah berorientasi pada politik akan tetapi jika dalam perpolitikan itu sendiri didapati hal yang menyalahi dari aturan-aturan nilai Islam yang dipahami dimana nantinya dikhawatirkan akan terjadi sebuah kekeliruan dalam memahami Islam, maka ini menjadi perhatian bagi salafiyah yang bertujuan untuk memurnikan dan menjaga nilai-nilai Islam seutuhnya. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pandangan dari jama ah salafiyah di Kota Medan terhadap pemilihan umum di Indonesia? 2. Bagaimana sikap jama ah salafiyah di Kota Medan terhadap pemilihan umum di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan dan sikap dari salafiyah terhadap pemilihan umum di Indonesia 2. Untuk mengetahui bagaimana sikap dari salafiyah terhadap pemilihan umum di Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana kalangan salafiyah mensosialisasikan pandangan-pandangan politik pada masyarakat termasuk nilai-nilai yang dipahami terhadap pemilu. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperoleh pengetahuan bagi peneliti mengenai studi yang terkait pada pandangan dan sikap perpolitikan yang dilakukan jama ah salafiyah perspektif sosiologis. Dan juga memberikan manfaat bagi peneliti dalam memahami kajian-kajian keagamaan perspektif sosiologis. Dan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kajian ilmiah bagi para mahasiswa khususnya, juga dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memperkaya informasi mengenai pandangan dan sikap politik dari jama ah salafiyah. Juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya terkait penelitian sebelumnya. 1.5. Defenisi Konsep Defenisi konsep dalam penelitian ilmiah dibutuhkan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang

dipakai, maka diberikan batasan-batasan makna dan arti konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi konsep-konsep dalam penelitian ini adalah : 1. Pandangan Pandangan adalah cara yang dimiliki seseorang atau golongan dalam masyarakat yang bermaksud menganggapi dan menerangkan segala masalah. 2. Sikap Sikap sebagai kesiapan fisik maupun mental yang diperoleh melalui pengalaman, dan memberikan pengaruh yang dinamis atau terarah terhadap respons individu, pada semua objek dan situasi yang berkaitan individu. Sikap dapat bersikap positif maupun negatif. Sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana kelompok keagamaan salafiyah menanggapi dari sistem pemilu yang berlaku di Indonesia dan sejauh mana kerterikatan nilai-nilai Islam yang dianut mempengaruhi sikap mereka dalam pemilu itu sendiri. 3. Jama ah Jama ah adalah yang artinya banyak dan berkumpul jama ah disini diartikan sebagai suatu kelompok yang diikat oleh nilai yang berlandaskan agama dan memiliki tradisi sendiri dalam kelompoknya. 4. Salafiyah Salafiyah adalah sebuah istilah dari bahasa dan makna secara bahasa arab dari kata Salaf. Kata al-salaf sendiri secara bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum zaman kita. Adapun makna al-salaf secara terminologis yang dimaksud di sini adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah Shalallahu alaihi Wa Sallam dalam haditsnya yaitu sahabat,

tabi in, tabiut tabi,in. Sedangkan penambahan huruf i ataupun yah dalam bahasa arab berarti penisbatan atau mengikuti makna dari kata sebelumnya. Maka Salafiyah dapat diartikan sebagai orang-orang yang mengikuti cara beragamanya seperti pada masa Sahabat, Tabi in dan Tabiut Tabi in pada apa yang disampaikan Rasullah. Sedangkan kata salafiyin atau salafiyun merupakan bentuk jamak dari kata salaf yang memiliki arti yang sama. Adapun nama lain yang disandarkan pada salafiyah adalah Ahlus Sunnah wal Jama ah, Kaum Sunni, Firqatun Najiyah dan Thaifah Manshurah. 5. Siyasah Syar iyah Siyasah secara bahasa berarti pengurusan suatu perkara hingga baik. Sedangkan Siyasah syar iyah (politik yang sejalan dengan syari at) adalah pengaturan kepentingan rakyat banyak dalam ruang lingkup daulah Islam (negara Islam) dengan cara-cara yang dapat menjamin terealisasinya kemaslahatan umum, dapat menolak segala macam kerugian dan tidak melanggar syariat Islam serta kaidah-kaidah asasinya, sekalipun tidak sejalan dengan pendapat para alim mujtahid. 6. Pemilihan Umum Pemilihan umum adalah sistem atau metode yang digunakan dalam memilih seorang pemimpin secara langsung yang melibatkan keseluruhan elemen-elemen masyarakat pada suatu negara. 1.6. Operasionalisasi Variabel Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variabel dengan lainnya dan pengukurannya. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X) Sikap adalah bagaimana seseorang memberikan penilaian terhadap obyek tertentu. Indikator sikap dalam penelitian ini adalah : a. Peseptual dan kesadaran sikap, meliputi pengetahuan, pandangan dan keyakinan terhadap objek dalam mepersepsikan sikap yaitu pemilihan umum b. Kepribadian, meliputi emosional atau perasaan terhadap nilai-nilai. c. Tindakan sikap, meliputi pada kesiapan seseorang dalam berperilaku dan aksi pada objek sikap 2. Variabel Terikat (Y) Yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia, variabel yang ditentukan meliputi : a. Pemungutan suara. b. Partai politik. c. Pemerintahan.