BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

dokumen-dokumen yang mirip
PERTIMBANGAN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN REFERENDUM KEPADA TIMOR TIMUR PADA TAHUN 1999 DI ERA B.J HABIBIE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pemerintahan sendiri kepada Timtim. 1

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Megi Ginanjar Rahmat, 2014

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

BAB III RANGKAIAN BERBAGAI PERTEMUAN PEMBAHASAN PROSES REFERENDUM SERTA PERTIMBANGAN PEMBERIAN REFERENDUM BERDASARKAN FAKTOR INTERNAL

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB II TIMOR TIMUR SEBAGAI SALAH SATU PROVINSI DI INDONESIA. mulai dari sejarah Timor-Timur, meliputi luas wilayah, letak geografis, agama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG PERANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA (PBB) DALAM MENJALANKAN MISI PASUKAN PENJAGA PERDAMIAN DI TIMOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua.

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. gerakannya lebih bergeser ke paham Marxisme. Partai Fretilin menolak prinsip

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah ini merupakan wilayah jajahan Portugis (sekarang Portugal).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB IV DIPLOMASI ALI ALATAS DALAM KONFLIK TIMOR TIMUR Ali Alatas adalah salah satu diplomat handal dan kawakan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

2016 PERISTIWA SANTA CRUZ 12 NOVEMBER 1991: DINAMIKA SEJARAH TIMOR TIMUR PASCA INTEGRASI KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Bung Karno dan Pembebasan Papua Barat

BAB V KESIMPULAN. Indonesia adalah negara tetangga yang penting bagi Australia. Sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DISINTEGRASI TIMOR-TIMUR DARI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Comunidade dos Países de Língua Portuguesa (CPLP) adalah sebuah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH TIMOR TIMUR. Sejak Tahun 1975, pemerintah negara-negara industri maju terus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

BAB IV PERTIMBANGAN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN REFERENDUM TIMOR TIMUR BERDASARKAN FAKTOR EKSTERNAL

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak deklarasi Integrasi di Balibo pada 30 November 1975, Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

keterangan Pers Presiden RI pada Pertemuan dengan Pimpinan Lembaga Negara, Jakarta, 4 Agustus 2011 Kamis, 04 Agustus 2011

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Bagian 2: Mandat Komisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunant. Bemula dari perjalanan bisnis yang Ia lakukan, namun pada. Kota kecil di Italia Utara bernama Solferino pada tahun 1859.

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB V MASALAH YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN AUSTRALIA- INDONESIA PADA MASA MALCOLM FRASER. A. Masalah yang menjadi Motif Hubungan Australia-Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kecenderungan dasar manusia untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi

I. PENDAHULUAN. Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shendy Ariftia, 2014

PERANAN PARTAI FRETILIN DALAM KEMERDEKAAN TIMOR TIMUR TAHUN Oleh: Aan Andrianto Pembimbing: 1. Zulkarnaen, M.pd ABSTRAK

BAB IV DAMPAK OPERASI SEROJA

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Timor Timur merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal berlangsung begitu lama sekitar 450 tahun, melalui beberapa tahap perjalanan perjuangan perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Timor-Timur untuk melepas belenggu dari Portugal. Situasi yang begitu kompleks dan rumit, Timor Timur pun berhasil memperoleh kemerdekaanya. Pada dasarnya, kemerdekaan yang diberikan oleh Portugal kepada Timor Timur banyak dipengaruhi Revolusi Bunga (atau disebut juga Revolusi Anyelir). 1 Revolusi bunga merupakan alasan Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya, termasuk Timor Timur. Setelah terbentuk pemerintahan transisi dan mendengar kebijakan tersebut akan dikeluarkan, masyarakat Timor Timur pun langsung berinisiatif mendirikan partai-partai politik. 2 Partai-partai dari berbagai ideologi dan berbagai orientasi politik yang berbeda mulai berdiri di Timor Timur yakni APODETI, FRETILIN, UDT, TRABALISTA, KOTA. UDT (Uniao Democratica Timorense) 1 A. Kardiyat Wiharyanto. 2011. Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, hlm.201. 2 Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk. 2007. Disintegrasi Pasca Orde Baru. Jakarta: Cires FISIP UI, hlm.188.

menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal, Sedangkan APODETI (Associacao Popular Democratica Timorense) menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia, dan FRETILIN (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente) menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. 3 Setelah partai-partai tersebut bermunculan, kondisi Timor Timur kian bergejolak dan begitu memanas akibat perselisihan politik antar partai. Kerusuhan dan pertumpahan darah merebak ke seluruh bumi Lorosae. Dari sisi kekuatan senjata, FRETILIN yang terkuat, sebab mendapat dukungan dari pasukan pribumi militer Timor Portugis. FRETILIN mulai menyerang UDT dan APODETI yang memaksa UDT untuk bersatu dengan APODETI untuk menghadapi FRETILIN. FRETILIN membantai puluhan ribu rakyat yang menginginkan Timor Timur bergabung dengan Indonesia termasuk banyak tokoh APODETI. Gubernur Timor Portugis waktu itu (gubernur terakhir), Mario Lemos Pires, yang seharusnya bertanggung jawab memulihkan ketertiban dan keamanan justru mengevakuasi sebagian besar pasukan Portugis ke Pulau Atauro dan membiarkan koloni Portugis tersebut dalam kekacauan. 4 3 http://www.kompasiana.com/mozesadiguna/masa-integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timortimur_551fdbef813311f0379df43c Masa Integrasi Adalah Masa Terindah bagi Timor Timur Mozes Adiguna (Jakarta: 07 Maret 2013). Diakses 4 September 2015. 4 http://www.kompasiana.com/mozesadiguna/masa-integrasi-adalah-masa-terindah-bagi-timortimur_551fdbef813311f0379df43c masa kolonial portugis (Jakarta: 07 Maret 2013). Diakses 3 September 2015.

Pada tanggal 28 November 1975, FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan memroklamirkan kemerdekaan Timor Timur. APODETI, UDT, TRABALISTA, dan KOTA segera mengadakan proklamasi tandingan di Balibo pada tanggal 30 November yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari NKRI. 5 Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araujo (ketua APODETI) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (ketua UDT). Kemudian, TNI mulai memasuki dan membebaskan Timor Timur dari kebiadaban FRETILIN, invasi Indonesia atas Timor Timur dimulai pada tanggal 7 Desember 1975 ketika militer Indonesia menginvasi Timor Timur dengan dalih antikolonialisme. 6 Penggulingan pemerintahan Fretilin yang tengah populer dan singkat memicu pendudukan selama seperempat abad dengan kekerasan dimana sekitar 100-180,000 tentara dan warga sipil diperkirakan tewas atau menderita kelaparan. Upaya pembebasan itu dikenal dengan nama Operasi Seroja. 7 Salah satu kebijakan penting yang diambil oleh Kabinet Reformasi Pembangunan adalah mengajukan penyelesaian masalah Timor Timur secara komprehensif dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat internasional. Harus diakui bahwa integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia 24 tahun yang lalu, yang tercantum dalam TAP MPR No. VI/MPR/ 1978, tidak pernah mendapat 5 A. Kardiyat Wiharyanto. Op.Cit., hlm.204. 6 East Timor truth commission finds U.S. "political and military support were fundamental to the Indonesian invasion and occupation The National Security Archive, 24 January 2006. 7 Ibid.,

pengakuan internasional. 8 Meskipun sebenarnya Indonesia tidak pernah memiliki klaim terhadap Timor Timur dan tidak pernah berambisi untuk menguasai wilayah bekas jajahan Portugis tersebut. 9 Secara sistematis telah dilancarkan operasi pembentukan pendapat umum yang memutar balikkan fakta, dengan mengeksploitasi secara maksimum segala kesalahan atau kekeliruan yang terjadi di lapangan. Sebagai anggota masyarakat internasional, Indonesia sejak semula ingin menyelesaikan masalah Timor Timur dengan cara-cara yang secara internasional dapat diterima dan diakui. Sejak tahun 1975 sampai 1982 masalah Timor Timur dibicarakan dalam forum-forum PBB tanpa membuahkan hasil. Sejak tahun 1983 pembicaraan tentang Timor Timur diarahkan untuk dibahas dalam forum Tripartit antara Pemerintah Indonesia, Portugal dan Sekretaris Jenderal PBB. 10 Pada pertemuan perundingan Tripartit pun akhirnya juga menemui jalan buntu karena sikap keras Portugal yang menggagalkan rencana kunjungan misi ke Timor Timur pada tahun 1986 dan 1991 sebagai dasar pembahasan penyelesaian masalah Timor Timur. Menimbang adanya permintaan mengenai tuntutan pemberian otonomi luas, akhirnya presiden B.J Habibie memutuskan mengiyakan permintaan tersebut dan memberikan otonomi luas tersebut. Pemberian otonomi luas menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu bentuk penyelesaian akhir yang adil, menyeluruh, 8 Soenarto HM. 2003. Pergulatan Ideologi dalam Kehidupan Berbangsa. Jakarta: Lembaga Putra Fajar, hlm.94. 9 http://www.tokohindonesia.com/berita/article/307-topik-pilihan/2751-presiden-habibielepaskan-timor-timur diakses 4 September 2015. 10 Zacky Anwar Makarim, dkk.2003. Hari-Hari Terakhir Timor Timur, Sebuah Kesaksian. Jakarta: PT. Sportif Media Infomasindo, hlm.22.

dan dapat diterima secara internasional. Cara ini menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu cara penyelesaian yang paling realistis, paling mungkin terlaksana, dan dianggap paling berprospek damai, sekaligus merupakan suatu kompromi yang adil antara integrasi penuh dan aspirasi kemerdekaan. 11 Dengan adanya tawaran dari pemerintah Indonesia berupa Otonomi luas tersebut dapat memberi kesempatan bagi rakyat Timor Timur untuk dapat memilih Kepala Daerahnya sendiri, menentukan kebijakan daerah sendiri, dan dapat mengurus daerahnya sendiri. Keputusan untuk mengeluarkan Opsi mengenai otonomi luas di Timur Timur diambil oleh Presiden B.J. Habibie karena integrasi wilayah itu ke Indonesia selama hampir 23 tahun tidak mendapat pengakuan dari PBB. 12 Pemerintah Portugal maupun PBB menyambut positif tawaran status khusus dengan otonomi luas bagi Timor Timur yang diajukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini terlihat pada saat Presiden mengutus Menteri Luar Negeri Ali Alatas untuk menyampaikan usulan Indonesia tentang pemberian status khusus ini kepada Sekjen PBB di New York pada tanggal 18 Juli 1998. Selain itu juga diperkuat dengan berlangsungnya kembali Perundingan Senior 11 Syamsuddin Haris dan M.Riefki Muna, Indonesia di Ambang Perpecahan?, Jakarta, 20000, hal.267. 12 Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu PERANAN B.J HABIBIE DALAM PELEPASAN TIMOR-TIMOR. Diakses pada tanggal 4 Januari 2016.

Official Meeting (SOM) atau Pejabat Senior dibawah tingkat menteri di New York pada tanggal 4 5 Agustus 1998. 13 Dari hasil dialog tersebut ketiga pihak yaitu Portugal, Indonesia dan PBB sepakat untuk membahas dan menjabarkan lebih lanjut usulan baru dari Pemerintah Republik Indonesia mengenai otonomi luas sebagai usaha penyelesaian persoalan Timor Timur tanpa merugikan posisi masing-masing pihak. Pada saat yang sama Sekretaris jendral PBB juga sedang berusaha untuk meningkatkan konsultasi dengan berbagai tokoh masyarakat Timor Timur yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan perkembangan perundingan yang telah dilakukan kepada mereka dan sekaligus untuk mendapatkan masukan-masukan dari mereka sebagai bahan pertimbangan dalam mempersiapkan rancangan naskah persetujuan tentang rancangan otonomi luas pada pertemuan dialog segitiga (tripartite talks) tersebut. 14 Tanggapan positif mengenai rancangan otonomi luas juga diberikan oleh banyak tokoh dan kalangan moderat Timor Timur. Hal ini antara lain terlihat dalam diskusi yang diprakarsai oleh East Timor Study Group (ETSG). 15 Kemudian tindakan ini diambil oleh pemerintah mengingat Timor Timur memiliki kekhususan sejarah dan sosial budaya sehingga diperlukan pengaturan yang lebih 13 PBB, Penentuan Nasib Sendiri Melalui Jajak Pendapat, ( New York: Deppen Publik PBB, 2000), hal.9. 14 Ibid., 15 ETSG merupakan suatu lembaga yang beranggotakan para intelektual yang berasal dari Timor Timur, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri, dalam ( Syamsuddin Haris dan M.Riefki Muna, Op.Cit., hal.268).

bersifat khusus. Akan tetapi semua perkembangan mengenai otonomi tersebut mengalami perubahan karena pada saat Pemerintah Republik Indonesia dan Portugal sedang melanjutkan pembicaraan berkaitan dengan tawaran otonomi luas bagi Timor Timur. Kondisi Timor Timur yang tidak memperoleh jalan keluar, kemudian mendapat tanggapan dari dunia internasional secara luas. Salah satunya adalah Perdana Menteri Australia (John Howard). Terjadi pergeseran kebijakan politik Republik Indonesia terhadap Timor Timur. Pada akhirnya Indonesia mulai menyetujui usulan dari perdana menteri Australia dan melakukan jajak pendapat untuk referendum. Jajak Pendapat merupakan suatu cara bagi penyelesaian persoalan Timor Timur. Maka dari itu penulis menarik kesimpulan dan tertarik untuk membahas dari adanya berbagai unsur permasalahan dan melihat pergeseran politik yang terjadi dari berbagai faktor internal maupun eksternal dalam proses kemerdekaan Timor Timur. B. Rumusan Masalah Berangkat dari permasalahan diatas penulis kemudian merumuskan: Mengapa Indonesia memberikan peluang referendum kepada Timor Timur pada tahun 1999? C. Kerangka Teori

1. Proses Pembuatan Keputusan (decision making process) Kebijakan luar negeri suatu negara pada umumnya merupakan hasil dari serangkain keputusan yang berkaitan dengan fenomena antar bangsa. Biasanya kebijakan tersebut dikeluarkan oleh negara tertentu untuk menyikapi isu-isu yang berkembang dengan negara lain. Dalam tulisan ini, untuk menjelaskan tentang Suatu negara pasti akan memutuskan kebijakan luar negerinya berdasarkan dengan apa yang menjadi kepentingan nasionalnya. Ada beberapa aspek yang perlu kita pahami terlebih dahulu sebelum memahami cara pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suatu negara terhadap sebuah isu. William D. Coplin menggunakan analisis pendekatan rasionalitas dalam bukunya, Introduction to Internasional Politics Pendekatan rasionalitas menekankan bahwa Negara merupakan aktor untuk mencapai tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan nasional itu mereka lakukan dengan mengkalkulasikan secara rasional aspek dalam kancah politik global. Pada pendekatan ini, politik luar negeri yang dilakukan oleh sebuah negara merupakan respon terhadap apa yang dilakukan oleh negara lain. Pendekatan ini mencoba menganalisis tiap respon apa saja yang akan dilakukan sebagai bentuk dari perhitungan yang rasional. Pendekatan ini disebut rasional karena akan menghitung atau menganalisis dari alternatif-alternatif yang ada, mana alternatif yang paling baik dan paling tidak baik untuk dijadikan tindakan respon dalam politik luar negeri.

Menurut Coplin, untuk dapat memahami mengapa suatu negara berperilaku sejalan dengan wilayah kepentingan mereka, kita harus memahami juga mengapa atau apa yang melatarbelakangi para pemimpin mereka membuat keputusan. Namun, ini akan menjadi kesalahan jika kita menganggap bahwa para pembuat kebijakan luar negeri bertindak dalam suatu keadaan yang vacuum. 16 Sebaliknya, setiap kebijakan luar negeri yang diberikan dapat dilihat sebagai hasil dari tiga kategori pertimbangan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara pengambil keputusan. Yang pertama adalah politik dalam negeri dalam kebijakan negara-negara pengambil keputusan. Yang kedua adalah kemampuan ekonomi dan militer negara. Yang ketiga adalah konteks internasional, posisi tertentu di mana negara itu menemukan jati dirinya, khususnya mengenai hubungannya dengan negara lain dalam suatu sistem. Tiga kategori pertimbangan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara : 17 Gambar 1.1 Teori Pembuatan Keputusan William D. Coplin 16 http://www.academia.edu/3700867/decission_making_proses_coplin_-_model_resume Introduction to Internasional Politics William D. Coplin. 17 W.D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Sinar Baru, Bandung, 1992, hal 165, sebagaimana dikutip dalam G. Wuryandari (ed.), Politik Luar Negeri Indonesia: Di Tengah Pusaran Politik Domestik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal. 17-18.

Source : William D.Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu telaah Teoritis, edisi ke-2 Bandung, Sinar Baru, 1992.hal.30. A. Politik Dalam Negeri Determinan ini melihat sistem pemerintahan atau birokrasi yang dibangun dalam suatu pemerintahan serta bagaimana pengaruhnya terhadap perpolitikan nasional. Situasi politik dalam negeri berpengaruh terhadap perumusan serta pelaksanaan politik luar negeri. Sehubungan dengan ini, Bantarto Bandoro mengelompokkan determinan politik dalam negeri sebanyak 3 macam berdasar pada kecepatan dari perubahan yang terjadi (pace of change). Ketiga determinan politik dalam negeri adalah sebagai berikut: 18 1) Determinan Yang Kestabilannya Tinggi (highly stable determinants) 18 Wiliam D. Coplin, ibid., hal.19.

Perubahan dalam determinan ini biasanya berjalan sangat lambat dan ada kemungkinan berubah secara mendadak. Contoh: lokasi dan ukuran geografi, sumber daya, dan populasi. 2) Determinan Yang Kestabilanya Moderat (Moderately Stable Determinants) Perubahan dalam determinan ini lebih lamban daripada determinan yang kestabilannya tinggi. Beberapa contoh determinan ini misalnya: budaya politik, gaya politik, kepemimpinan politik, dan proses politik. 3) Determinan Yang Sifatnya Tidak Stabil (Unstable Determinants) Determinan ini paling cepat mengalami perubahan. Beberapa contohnya ialah persepsi, sikap, dan faktor- faktor yang muncul secara kebetulan saja. Sikap publik bisa berubah dengan cepat dan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam alat yang digunakan dalam menjalankan politik luar negeri. B. Perilaku Para Pengambil Keputusan Para pengambil keputusan yang dimaksud mencakup pihak eksekutif, kementerian dan lembaga negara di suatu pemerintahan. C. Kondisi Ekonomi dan Militer Kemampuan ekonomi dan militer suatu negara dapat mempengaruhi suatu negara dalam interaksinya dengan negara lain. D. Konteks Internasional Arti determinan ini ialah situasi politik internasional pada waktu tertentu yang mempengaruhi bagaimana suatu negara berperilaku. Menurut Coplin,

terdapat 3 elemen penting di dalam membahas dampak konteks internasional terhadap politik luar negeri, yaitu: geografis, ekonomis, dan politis. Berdasarkan dengan teori dari William D. Coplin penulis menganalisa yakni dalam situasi politik dalam negeri bermunculanya dualisme kepentingan dari gerakan separatisme antara gerakan pro-integrasi (yang menginginkan bergabung dan bersatu kedalam NKRI) dan gerakan pro-kemerdekaan (yang menginginkan kemerdekaan agar Timor Timur lepas dari NKRI dan merdeka) yang memicu konflik pertikaian besar di dalam negeri, tuntutan yang dilakukan oleh kelompok pro-kemerdekaan kepada B.J Habibie agar diberikanya kemerdekaan kepada Timor Timur menjadi pertimbangan B.J Habibie sehingga menawarkan otonomi khusus bagi Timor Timur guna bentuk penyelesaian yang dapat dinilai adil bagi kesejahteraan masyarakat Timor Timur. Dari segi ekonomi, melemahnya ekonomi yang disebabkan oleh krisis yang sedang terjadi di Indonesia mengakibatkan Habibie menggunakan pilihan rasionalnya untuk mempertimbangkan pelepasan kasus Timor Timur, karena Timor Timur dinilai menjadi penyebab beban keuangan Indonesia dalam tahap proses pembangunan di Timor Timur. Dari segi militer, terjadi kesalahan yang dilakukan pada saat proses penganeksasian terhadap Timor Timur yg dilakukan oleh pemimpin sebelum Habibie yakni Soeharto dan invasi militer ke Timor Timur yang dianggap sebagai pelanggaran konstitusi internasional. Adapun dari konteks internasional yakni desakan dari pihak internasional yang ingin melakukan intervensi terhadap penyelesaian kasus antara Indonesia dengan Timor Timur yakni PBB dan Negara Australia. Australia menilai bahwa dari segi ekonomi dan segi politik Indonesia

dinilai tidak mampu menangani masalah Timor Timur. Dan juga dengan adanya desakan dari perdana menteri Australia John Howard yang menuntut kepada Indonesia agar Timor Timur dapat menentukan nasibnya sendiri (right to selfdetermination). D. Hipotesa Pertimbangan Indonesia dalam memberikan keputusan untuk diadakanya referendum kepada Timor Timur di tahun 1999, yaitu: Faktor internal: 1. Penolakan diberikanya opsi I (otonomi khusus) dan tuntutan masyarakat pro kemerdekaan untuk referendum agar Timor Timur merdeka dari Indonesia. 2. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu pertimbangan Indonesia untuk memberikan referendum, karena Timor Timur dinilai membebankan perekonomian Indonesia. Faktor eksternal: 1. Perubahan kebijakan Australia terhadap Indonesia dan desakan dari Perdana Menteri John Howard yang selalu melakukan provokasi kepada Pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan masalah Timor Timur dan menuntut agar Timor Timur menentukan nasibnya sendiri. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang : 1. Untuk mengetahui proses dinamika pelepasan Timor Timur dari Indonesia.

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan serta alasan mengapa Indonesia melepas Timor Timur. 3. Untuk sebagai syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. F. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami objek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Dari hasil tersebut akan memperoleh generalisasi yang rasional. 19 Sedangkan metode eksploratis dilakukan untuk mengetahui suatu kejadian ketika peneliti kurang mengetahui dan memahami tentang suatu fenomena. Sehingga penulis akan mengetahui sebab-sebab terjadinya kejadian tersebut. G. Jangkauan Penelitian Dalam rangka mempermudah penulisan karya skripsi ini, penulis memberikan batasan penelitian mulai dari tahun 1990-1999. Dipilihnya tahun 1990, karena berdasarkan pada tahun ini terjadi berbagai rangkaian pertemuan antara Indonesia, Portugal dan PBB guna mencari penyelesaian kasus Timor Timur. Sedangkan di tahun 1999 adalah proses referendum dan diadakanya jajak pendapat. Adapun sedikit disinggung jangkauan diluar tahun penelitian tersebut selama masih ada keterkaitan dan kerelevansian pada tema yang dibahas. 19 Lexy J. Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung hal.5-6.

H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan konsep melalui berbagai macam media kepustakanan (library research) baik melalui buku-buku majalah dan sumber informasi penunjang seperti dokumen, dokumentasi, koran, agenda dan hasil penelitian yang terdapat dimana saja yang bersumber dari media informasi situs di internet untuk membantu relevansi data-data yang diperoleh agar dapat diterapkan kedalam konsep sehingga menjelaskan kejadian faktual. I. Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis membagi dalam beberapa bab dimana diantara bab-bab tersebut saling berkaitan satu sama lain. Sehingga karya tulis ini saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan utuh. BAB I : Pendahuluan yang berisi proposal skripsi: terdiri dari latar belakang masalah, pokok permasalahan, kerangka teori, hipotesa, tujuan penelitian, jenis penelitian, jangkauan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan sistematika penulisan. BAB II : Penulis akan memaparkan tentang Timor Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia.

BAB III : Penulis akan memaparkan isu Timor Timur di dalam rangkaian pertemuan-pertemuan majelis umum PBB, Serta pertimbangan pemberian referendum berdasarkan faktor internal. BAB IV : Penulis akan menjabarkan mengenai berbagai pertimbangan mengapa Indonesia memberikan peluang referendum berdasarkan faktor eksternal. Bab V: Merupakan penutup dari tulisan skripsi ini yang berisi kesimpulan. Kesimpulan ini adalah inti dari isi bab-bab sebelumnya yang telah diteliti hingga rumusan masalah yang telah dipaparkan dapat terjawab dengan jelas.