BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh

dokumen-dokumen yang mirip
SAYIDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

PENGGUNAAN METODE DELICAP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI TENTANG ASMAUL HUSNAH PADA SISWA KELAS II SDN MANGGISAN 01 JEMBER.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses terencana untuk menyiapkan anak didik

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Ombuli Pada Materi Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Inquiri

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAHASAN KEUTUHAN NKRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS V-A SDN TANGGUL WETAN 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN ALAT PERAGA BATANG NAPIER. Nur Waqi ah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasa 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdasakan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia. (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2006:121) Dalam pelaksanaan proses pendidikan di tingkat dasar, khususnya Pendidikan Agama Islam merupakan masalah yang paling mendasar. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 4 dikemukakan sebagai berikut : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang- Undang RI Nomor 20, 2003:9) Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. (Departemen Agama RI, 2004:48). Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Departemen Agama RI, 2004:48). Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran

dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar. Implementasi dari proses belajar mengajar yang efektif seperti tersebut di atas, seringkali sulit diwujudkan di dalam kelas hal ini karena proses belajar mengajar yang melibatkan antara guru dan siswa dalam pelaksanaanya masih belum maksimal. Salah satu penyebab dari kurang maksimalnya pelaksanaan tersebut diantaranya kurang profesionalisme guru dalam mengimplementasikan metode ataupun strategi pembelajaran dengan seringnya mengadakan praktek materi pembelajaran secara langsung kepada siswa dan kurangnya penguasaan guru dalam kelas. Seperti halnya dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung masih ditemukan gejala rendahnya penguasaan materi pembelajaran, hal tersebut dikarenakan kurang adanya antusias, perhatian, aktifitas siswa yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar siswa. Pada satu sisi karakter materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipahami siswa (dan guru) sebagai materi yang bersifat hafalan, pada sisi lain strategi penyampaian materi pembelajaran bertumpu pada metode-metode tertentu secara monoton. Dampaknya kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik, dan terkesan mengejar target penyelesaian pokok bahasan.

Keadaan di atas, perlu penanganan secara serius agar peningkatan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Pada gilirannya harapan terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran dapat terwujud. Oleh karena itu, perlu diujicobakan penerapan berbagai strategi ataupun metode pembelajaran agar diketahui dampaknya bagi proses dan hasil pembelajaran. Untuk memahami permasalahan ini perlu kiranya dikaji melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Shalat Fardhu Melalui Metode Demonstrasi Pada Sekolah Dasar Negeri I Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung Tahun 2010. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung? 2. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. 2. Untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,1999:67). Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar, atau mungkin salah. Hipotesis akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Hadi,1981: 63). Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas tersebut bahwa jika metode demonstrasi dilaksanakan dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi tentang shalat fardhu di SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, dengan indikator keberhasilan masing-masing mencapai 70 %.

E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembinaan dan pengembangan dunia pendidikan serta bermanfaat bagi : 1. Sekolah Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam serta menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif, efektif, dan menyenangkan agar kualitas pendidikan lebih baik. 2. Guru a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi guru untuk mengetahui kemampuan siswa secara individu atau satu persatu sehingga dapat diketahui kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan perhatian, aktifitas, dan prestasi siswa. b. Dengan mengetahui para guru saat menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pengajaran lebih lanjut. c. Dengan mengetahui hasil penelitian apabila terdapat hasil yang negatif atau adanya kekurangan dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode demonstrasi maka bagi para guru untuk dapat menghindari adanya kesalahan dan lebih meningkatkan serta memacu untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada anak didik.

3. Siswa Dapat meningkatkan perhatian, aktifitas, prestasi belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. F. Definisi Operasional Judul penelitian ini didukung oleh beberapa definisi yang perlu dibahas sebagai pegangan untuk kajian lebih lanjut, dari beberapa definisi tersebut antara lain : 1. Peningkatan Peningkatan/meningkatkan ialah menaikkan drajat (taraf) dan sebagainya (Poerwadarminta,1984:1078). Adapun yang peneliti maksudkan adalah meningkatkan meningkatkan mutu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya materi tentang shalat. 2. Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai (Zulfajri, tt:670). Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (www.pengaruh beasiswa terhadap prestasi belajar.id.@.com). Hilgrad mengatakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relatife permanen, yang terjadi karena pengalaman (Sukmadinata, 2003: 156). Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru (Poerwadarminta,1984:730). Prestasi belajar disebut juga dengan hasil

belajar atau achievement yaitu realisasi atau pemekaran dari kecakapankecakapan potensional atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Sukmadinata, 2003:102). 3. Pendidikan Agama Islam Dalam memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut : a. Mansyur Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan (Mansyur,1985:1). b. Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapat menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Daradjat,1989:87). c. Ahmad Tafsir Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir,1994: 8).

d. Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini, 1983: 27). Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses trasfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Kedua adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab (Undang-Undang RI Nomor 20, 2003:8). Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas

pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan. Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik 4. Metode Demonstrasi Istilah metode demonstrasi berasal dari kata metode dan demonstrasi. Metode berasal dari bahasa Latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara ke atau ke. Dalam bahasa Arab disebut tariqah artinya jalan, cara, sistem dan ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Uhbiyati,1997:136). Sedangkan pengertian demonstrasi menurut para ahli antara lain menurut Tayar Yusuf yang menyatakan bahwa demonstrasi diambil dari

kata Demonstration (to show) yang berarti memperagakan atau memperlihatkan proses kelangsungan sesuatu (Yusuf, 2002:49). Adapun beberapa ahli mendefinisikan, pengertian metode demonstrasi sebagai berikut: Metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang sesuatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (Zein,1995:177). Metode demonstarsi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah dkk,1996:102). Jadi kesimpulan pengertian dari metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain yang sebaya diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Misalnya proses cara mengerjakan shalat fardhu. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. (Abdul Mukhlis, 2000:3) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut : Putaran 1 Refleksi Rencana awal/rancangan Tindakan/ Observasi Putaran 2 Refleksi Rencana yang direvisi Tindakan/ Observasi Putaran 3 Refleksi Rencana yang direvisi Tindakan/ Observasi

Penjelasan dari gambar alur di atas adalah : 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model demonstrasi. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran siklus 1 dan siklus 2, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. 2. Subyek Penelitian a. Siswa Adapun yang menjadi subyek dari penelitian tersebut adalah siswa kelas III SDN I Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung yang berjumlah 28 siswa.

b. Guru Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas III sebagai teman sejawat. 3. Langkah-langkah Sesuai dengan perencanaan, penelitian ini terdiri dari 2 tahapan atau siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Siklus I (pertama) : Dalam pelaksanaan siklus I ini, peneliti menggunakan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Peneliti bertindak sebagai guru. 2) Proses belajar mengajar mengacu pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. 3) Mempersiapkan ruang kelas yang kondusif dan memungkinkan untuk melaksanakan demonstrasi shalat. 4) Setelah mempersiapkan posisi siswa pada tempat duduknya masing-masing. Guru memulai pelajaran terlebih dahulu mengajak siswa berdo a. Setelah selesai berdo a, guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam dari guru. 5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca kembali materi yang telah diberikan pada buku pedoman yang dimilikinya dan menanyakan hal-hal yang belum diketahui tentang materi yang telah diberikan oleh guru.

6) Menjelaskan materi yang belum diketahui atau dipahami oleh siswa. 7) Mengadakan tanya jawab lesan dan praktek shalat fardhu tentang materi shalat fardhu. 8) Memberikan evaluasi untuk tindakan siklus I. 9) Melakukan refleksi secara bersama-sama dengan siswa atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. 10) Guru memberikan tindak lanjut yang berupa pemberian tugas kepada siswa untuk menyebutkan macam-macam shalat fardhu dan sedikit mempraktekkan sesuai dengan yang siswa ketahui. b. Siklus II (Kedua) Dalam pelaksanaan siklus II ini, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Siswa kelas III SDN 1 Mergowati Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 28 anak yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Dalam siklus II ini guru merubah posisi tempat duduk siswa, di mana pada siklus I siswa duduk dengan formasi segi empat, maka pada siklus II ini peneliti merubah tempst duduk siswa menjadi formasi U. 2) Setelah mengatur formasi tempat duduk siswa, guru kemudian mengajak siswa untuk berdo a bersama-sama untuk mengawali proses pembelajaran, setelah selesai berdo a guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam dari guru.

3) Guru mengadakan apersepsi dengan menanyakan pada siswa mengenai materi yang telah diajarakan pada siklus I secara lisan. 4) Guru mendemonstrasikan materi pelajaran pendidikan agama Islam tentang shalat fardhu dengan menggunakan metode demonstrasi dengan dibantu alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya. 5) Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dipahami seputar materi tersebut yang kemudian mempraktekkan shalat fardhu. 6) Guru menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa dengan menggunakan alat peraga yang telah dipersiapkan sebelumnya. 7) Guru mengadakan tanya jawab secara lisan dan mendemonstrasikan shalat fardhu. 8) Guru memberikan tugas mempraktekkan bacaan dan gerakan shalat fardhu. 9) Setelah tugas selesai guru mengajak siswa untuk berdo a bersama untuk menutup proses pembelajaran kemudian guru mengucapkan salam dan siswa dan siswa menjawab salam dari guru. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pelaksanaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2002: 136).

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari: a. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. c. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar 1) Lembar observasi untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. 2) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. d. Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tes formatif diberikan setiap akhir putaran. Tes formatif diambil dua kategori yaitu : 1) Tes praktek adalah tes yang dilakukan siswa mempraktekkan shalat dihadapan guru secara individu.

2) Tes tertulis adalah tes yang diberikan guru kepada siswa untuk mengerjakan lembar soal yang tersedia. 5. Pengumpulan Data a. Metode observasi Observasi artinya pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi menjadi alat penyelidikan ilmiah jika : 1) Mengabdi pada tujuan-tujuan research yang telah dirumuskan 2) Direncanalkan secara sistematik. 3) Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata. 4) Dapat dicek dan dikontrol validitas, ketelitiannya sebagaimana data ilmiah lainnya (Hadi, 2001:136). Dengan kata lain pengamatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data dengan mengamati, mencatat gejala yang diteliti baik secara langsung dengan pendengaran, penglihatan dan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu tertentu. b. Metode test formatif Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka (Margono,1997:170). Metode tes tersebut diberikan kepada siswa sesuai dengan perencanaan

penelitian dan materi tes disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang telah disusun. Sesuai dengan materi yang ada dengan menggunakan isian singkat sebanyak 5 item, masing-masing jawaban diberikan skor nilai bergradasi (bertingkat) sesuai dengan tingkat kesulitan soal. Skor pengukuran pada item soal nomor 1 adalah 10, soal nomor 2 adalah 15, soal nomor 3 adalah 10, soal nomor 4 adalah 25, dan soal nomor 5 adalah 30.Dengan disesuaikan jika setelah soal dijawab dengan baik dan benar akan mendapatkan skor 100. 6. Analisis Data Hasil test awal (pre-test) dan sesudah tindakan analisis dan dibandingkan analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan : a. Tahap deskripsi yaitu tahap dimana peneliti mendiskripsikan atau memaparkan data-data yang diperoleh dilapangan yang meliputi perhatian siswa, aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Tahap klasifikasi yaitu tahap pengelompokkan data-data yang telah didiskripsikan sesuai permasalahan yang meliputi perhatian siswa, aktivitas siswa, dan prestasi belajar siswa. c. Tahap analisis yaitu tahap menganalisis data-data berdasarkan teoriteori yang ada. Dalam tahap ini membahas tentang tahap primer, kendala-kendala yang muncul selama tindakan maupun cara mengatasi kendala tersebut. Adapun data yang dianalisis yakni data tentang

perhatian siswa, aktivitas belajar siswa, dan hasil atau prestasi belajar siswa. d. Tahap evaluasi yaitu tahap menilai atau mengevaluasi terhadap hasil interprestasi. Evaluasi hasil belajar diberikan melalui post test dan alat penilaiannya dibuat sesuai dengan kisi-kisi instrumen soal pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun indikator penilaian observasi/pengamatan pada siswa adalah sebagai berikut : a. Indikator aktivitas siswa Aktivitas merupakan kegiatan, kesibukan, keaktifan; kerja atau sesuatu kegiatan kerja yang dilaksanakan di tiap bagian (Yuliawan, 2006:25). Adapun indikator aktivitas dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mempraktekkan bacaan shalat 2) Mempraktekkan gerakan shalat 3) Mengerjakan soal formatif Adapun dalam memperoleh nilai atau skor dari hasil pengamatan dengan menggunakan tabel data sebagai berikut : Tabel : 1.1 Skor pengukuran aktivitas belajar No 1. dst. Nama Siswa Indikator Mempraktek Memprakte Mengerja kan bacaan kkan kan soal shalat gerakan formatif shalat B C K B C K B C K Jumlah

Keterangan indikator nilai : B (Baik) = skor nilai 3 C (Cukup = skor nilai 2 K (Kurang) = skor nilai 1 b. Indikator prestasi belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal, peneliti mentargetkan seorang siswa telah tuntas belajar bila secara klasikal telah mencapai indikator 80 % dengan nilai rata-rata kelas 7,0 dan secara individu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 6,0. Adapun pengukuran untuk mencari skor prestasi belajar dengan menggunakan tabel data sebagai berikut : Tabel : 1.2 Skor pengukuran prestasi belajar No Skor Interval Frekuensi Prosentase 1. 70 80 Baik % 2. 50 69 Cukup % 3. 40-49 Kurang % Jumlah Sedangkan dalam pengolahan data yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : F P x 100 % N

Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah total skor (Maskur, 2004:24). H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab sebagai perincian atas bab perbab yang merupakan suatu gambaran yang mencerminkan isi kandungan judul skripsi. Isi masing-masing sub bab menerangkan bagianbagian yang termaktub dalam isi bab. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah pembahasan, telaah, analisis atas masalah-masalah yang lebih mendalam serta sistematis sehingga mudah dipahami. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, keguanaan penelitian, definisi istilah/operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORI Menjelaskan tentang prestasi belajar yang memuat pengertian prestasi belajar, prestasi belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Pendidikan Agama Islam yang memuat pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam. Materi

shalat yang memuat tentang pengertian shalat, syarat wajib shalat, syarat sah shalat, rukun shalat, macam-macam shalat, pembagian waktu shalat fardhu, serta bacaan dan gerakan shalat fardhu. metode demonstrasi yang memuat pengertian metode demonstrasi, landasan/dasar metode demonstrasi, urgensi metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang memuat; diskripsi pelaksanaan siklus 1, diskripsi pelaksanaan siklus 2 dan seterusnya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menguraikan deskripsi persiklus refleksi keberhasilan dan kegagalan, serta pembahasan tiap siklus. BAB V PENUTUP Merupakan bagian akhir penulisan yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran dari peneliti.

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil baik yang dicapai (Zulfajri, tt:670). Sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Ruslan, 1989:7). Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktivitas. Prestasi tidak akan pernah berhasil tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa ketrampilan (www.pengaruh beasiswa terhadap prestasi belajar.id@.com). Prestasi berarti pengusaan pengetahuan yang lazimnya ditunjukkan oleh nilai yang diberikan oleh guru (Poerwodarminto, 1984:730). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Jadi prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

2. Ukuran Prestasi Belajar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam KTSP mengatur tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL). Pengukuran dari hasil atau prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kriteria Kelulusan (SKL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimal belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di madrasah; dan (4) ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka peserta didik dinyatakan lulus sekolah apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada di sekolah. b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaram agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. c. Lulus ujian akhir sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Lulus ujian nasional atau UASBN. 3. Faktor-faktor yang Memperngaruhi Prestasi Belajar Keberhasilan atau prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau diluar dirinya atau lingkungannya. Di bawah ini akan peneliti jelaskan secara rinci dari masing-masing faktor sebagai berikut : a. Faktor-faktor dalam diri individu Banyak faktor yang ada pada diri individu atau siswa yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan atau prastasi belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut aspek jasmaniah, aspek rohaniah, kondisi intelektual, dan ketrampilan yang dari individu (siswa) (Sukmadinata, 2003:162).

1) Aspek jasmaniah Aspek ini mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memilki kondisi fisik yang berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enan jam terus-menerus, tetapi ada juga yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pencecapan. Indra yang paling penting dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran. Sesorang yang penglihatan atau pendengarannya kurang baik akan berpengaruh kurang baik pula terhadap usaha dan hasil belajarnya. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan atau prestasi belajar. 2) Aspek rohaniah (psikis) Aspek rohaniah tidak kalah pentingnya dalam beajar ataupun pencapaian prestasi belajar dengan aspek jasmaniah. Aspek psikis menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor, serta kondisi afektif individu termasuk juga motivasi dalam belajar. Untuk kelancaran belajar bukan hanya ditunutt kesehatan tetapi juga yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangu, frustasi, konflik-konflik psikis. Individu (siswa) yang sehat rohaniahnya akan merasakan ketenangan dalam mengikuti proses belajarnya

sehingga ia dapat mencapai keberhasilan atau prestasi belajar yang baik. 3) Kondisi intelektual Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap prestasi atau keberhasilan belajar. Kondisi ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajarannya yang lalu. 4) Ketrampilan yang dimilikinya Keberhasilan atau prestasi belajar juga dipengaruhi oleh ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya, seperti ketrampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugastugas, dan lain sebagainya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan hasil belajar sebelumnya. b. Faktor-faktor lingkungan Prestasi atau keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosialpsikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Sukmadinata, 2003:163). 1) Lingkungan keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial

psikologis yang ada pada keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sampai dengan prestasi belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan keluarga adalah keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau banyak kegaduhan, juga suasana lingkungan disekitar rumah. Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggotaanggota keluarganya gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber bacaan dan tidak senang membaca kurang atau tidak bisa mendorong anak-anaknya untuk senang membaca. 2) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan dan prestasi belajar para siswa. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan kampus, sarana prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dan sebagainya. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya, guru serta staf sekolah yang lain. Lingkungan juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kurikuler, dan lain sebagainya.

Sekolah yang kaya dengan aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong perhatian, aktivitas, dan prestasi belajar para siswanya. 3) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan masyarakat dimana warganya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terhadap lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di dalamnya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat, perkembangan dan prestasi belajar generasi mudanya. B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Untuk memahami Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sisi yuridis dan dari sisi makna atau pendapat para ahli. Secara makna atau pendapat para ahli Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai berikut : a. Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Kemudian dapt menghayati tujuan, yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Daradjat,1989: 87). b. Mansyur Pendidikan Agama adalah usaha sadar untuk menyiapkan generasi muda dalam meyakini, memahami, mengahayati ajaran agama melalui kegiatan bimbingan, didikan atau latihan (Mansyur, 1985:1). c. Hamdani Ihsan Pendidikan Agama adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama (Ihsan,1985:15). d. Zuhairini Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuhairini,1983: 27). e. Ahmad Tafsir Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 1994: 8). Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah adanya proses trasfer nilai, pengetahuan, dan ketrampilan dari generasi tua ke generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika menyebut pendidikan Islam, maka terdapat dua hal yaitu; pertama adalah mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. Kedua

adalah mendidik siswa untuk mempelajari materi ajaran Islam, yang berupa pengetahuan tentang ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, sehingga mengimani, ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan atar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Diknas, 2002: 3). Secara yuridis bisa dilihat dari rumusan dari Udang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah: Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab (Undang-undang RI Nomor 20, 2003:8). Pendidikan di Indonesia adalah bertujuan mempersiapkan manusia Indonesia menuju masyarakat madani yang diridhai Tuhan. Yaitu manusia yang memiliki sikap dan wawasan keimanan dan akhlak tinggi, kreatif, mandiri, toleransi, kerja keras, serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Inilah yang semestinya tujuan dari segala aktifitas pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan unsur filsafat dan budayanya suatu bangsa yang dominan.

Melihat dari rumusan di atas, nampak bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan bekerja keras, serta mandiri dan juga menjadi warga negara yang baik, dan diharapkan tidak ketinggalan dengan dunia perkembangan global. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah membnetuk manusia yang beriman, berilmu dan berteknologi serta mampu berkiprah di dunia global. Hal ini merupakan garapan dari tujuan pendidikan yang mempunyai basis agama, maka Pendidikan Agama Islam merupakan hal yang penting yang diajarkan disekolah-sekolah sebagai langkah awal untuk membentuk manusia yang bertaqwa dan bernegara yang baik. 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Adapun dasar atau landasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat ditinjau dari beberapa aspek, di antaranya adalah aspek normatif, aspek psikologis, aspek historis, dan aspek yuridis (Thoha,1998:32). a. Aspek Normatif Banyak ayat-ayat Al-Qur an yang secara langsung atau tidak langsung mewajibkan umat Islam melaksanakan pendidikan, khususnya pendidikan Agama. Itulah yang dimaksud dasar normatif pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Adapun kewajiban melaksanakan Pendidikan Agama Islam itu ditujukan kepada : 1) Kewajiban bagi orang tua mendidik anaknya. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. at-tahriim ayat 6 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Departemen Agama RI,1994: 951). 2) Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar agama. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. At-Taubah ayat 122 : Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Departemen Agama RI,1994: 301). 3) Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Sebagaimana Firman Allah SWT QS. Ali Imran ayat 104 : Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (Departemen Agama RI,1994: 93).

b. Aspek Psikologis Menurut ilmu jiwa agama, agama merupakan fenomena kehidupa manusia, karena agama mempunyai pengaruh yang sangat besar pada sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup manusia pada umumnya (Thoha,1998:39). Apek kejiwaan dari agama tidaklah lengkap kalau tidak merujuk pada ilmu jiwa dari sudut pandang Al-Qur an, Al-Qur an menyatakan bahwa dorongan beragama merupakan dorongan yang alamiah. Sebagaimana firman Allah QS. Ar-Rum ayat 30 : Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Departemen Agama RI,1994: 645). Dalam ayat ini Allah mengemukakan bahwa dalam fitrah manusia, yakni dalam penciptaan dan tabiat dirinya terdapat kesiapan alamiah untuk memahami keindahan ciptaan Allah dan menjadikannya sebagai bukti tentang adanya Allah dan keesaan-nya (Najati, 1985: 40). c. Aspek Historis Berdasarkan sejarah, agama Islam tumbuh dan berkembang bersamaan dengan datangnya Islam, hal ini terjadi sejak Nabi

Muhammad SAW mendakwahkan ajaran agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya yang dilaksanakan secara bertahap, mulai dari keluarganya, sahabatnya, kemudian masyarakat sekitarnya. Ajaran dakwah Nabi tidak terlepas dari pendidikan Islam, karena tugas utama Nabi ialah dakwah (menyeru) manusia agar mau masuk Islam, sebagaimana tersebut dalam firman Allah QS. Saba ayat 28 : Artinya : Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui (Departemen Agama RI, 1994: 688). Untuk tugas dakwah ajaran-ajaran Islam harus disampaikan, agar difahami, dihayati dan selanjutnya dapat diamalkan. Proses dari penyampaian ajaran sampai pemahaman, penghayatan dan pengamalan, itulah yang disebut pendidikan Islam. Dalam rentangan sejarah yang panjang, di mana dunia Islam semakin luas terjadilah proses Islamisasi dan sekaligus pendidikan Islam bagi bangsa-bangsa non Arab hingga sampai ke Indonesia. d. Aspek Yuridis Aspek yuridis merupakan kekuatan hukum dalam pelaksanaan pendidikan agama. Karena Indonesia adalah negara hukum, maka seluruh aspek kehidupan manusia termasuk kegiatan pendidikan agama

harus didasarkan pada hukum (undang-undang) yang berlaku. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang melandasi pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam hal ini ada dua landasan yaitu landasan idiil dan landasan operasional (Thoha,1998:59). 1) Landasan Idiil Terwujudnya kehidupan beragama bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi suatu cita-cita (Idiil) para pendiri Republik. Cita-cita itu dituangkan dalam UUD 1945, sehingga dapat disebut sebagai landasan idiil, yang mengandung nilai-nilai dasar. Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan idiil dan konstitusional bagi kehidupan beragama. Karena pancasila merupakan sumber segala sumber hukum dan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang baru merupakan aturan-aturan pokok, maka untuk operasionalnya diperlukan aturan-aturan penyelenggaraan dari aturan pokok tersebut, yang selanjutnya disebut landasan operasional. 2) Landasan Operasional Landasan operasional merupakan dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di Indonesia. Adapun undang-undang terbaru yang memuat tentang pendidikan agama yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tentang tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari para pendapat tokoh-tokoh pendidikan muslim. Misalnya saja dari tujuan pendidikan Islam Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani salah seorang ahli pendidikan Islam memberikan ciri dan prinsip-prinsip umum yang dijadikan landasan dasar untuk mencapai tujuan utama cita-cita pendidikan Islam, maka pendidikan harus mampu melahirkan kekuatan tiga dimensi yang saling terkait dengan yang lainnya, dimensi tersebut adalah : a. Dimensi Imanitas yang dapat mendudukan harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah yang tertinggi di dunia serta punya daya tahan terhadap ujian hidup dan berpijak pada kebenaran. b. Dimensi jiwa dan pandangan hidup Islam yang membawa cita rahmatal lil alamiin. c. Dimensi kemajuan yang akan memanjatkan manusia tangguh terhadap apa yang dititahkan oleh Allah dan terhadap segala kejadian suatu perubahan yang ada (Rosyadi, 2004: 161). Pandangan tentang tujuan Pendidikan Agama Islam lain juga dikemukakan oleh Athiyah Al-Abrasyi, beliau menyatakan bahwa tujuan pokok dari pada dasarnya adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa peserta didik, sedanghkan Naquib al-attas yang dikutip oleh Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam adalah tercapainya kesempurnaan manusia melalui pendekatan spiritual dengan melakukan berbagai aktifitas ibadah (Langgulung, 1988:307). Sedangkan dalam konsep Al-Qur an disebut ulul al-bab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman (Tim Depag: 2004: 35). Salah satu tujuan pengajaran Agama Islam di sekolah adalah

membentuk dan mengembangkan keimanan serta menjadikan khalifah di bumi sebagai manusia yang kreatif, inovatif yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kosep Al-Qur an disebut ulul al-baab, pengajaran Islam pada dasarnya adalah berorientasi untuk menjadikan manusia yang mempunyai ilmu dan peka terhadap perkembangan jaman (Tim Depag, 2004: 35). Secara formal tujuan pendidikan Islam tentu mengacu kepada citacita bangsa Indonesia yang dituangkan ke dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yang menyebutkan : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab (Undang- Undang Nomor 20, 2003: 9). Tujuan pendidikan sebagaimana disebutkan di atas mencakup beberapa aspek penting terhadap peserta didik dalam kehidupan masyarakat. Yaitu manusia yang berkepribadian yang utuh, berilmu yang profesional, kreatifitas yang tinggi dalam upaya membentuk kemandirian dalam menghadapai perkembangan jaman, serta menjadi manusia yang bertanggung jawab atas keberadaan dirinya dan masa depan bangsa dan negara (Sakir, 2008: 144). Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk manusia

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan potensinya dengan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai kodratnya sebagai kholifah di bumi. C. Kurikulum Pendidikan Agama Islam Kelas III Sekolah Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada kelas III sekolah dasar dimaksud adalah standar kompetensi yang pada silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun standar kompetendi dasar materi Pendidikan Agama Islam pada kelas III sekolah dasar sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut : 1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam kelas III semester I dengan standar kompetensi sebagai berikut : a. Mengenal kalimat dalam Al-Qur an, dengan kompetensi dasar membaca kalimat dalam Al-Qur an, dan menulis kalimat dalam Al- Qur an. b. Mengenal sifat wajib Allah, dengan kompetensi dasar menyebut lima sifat wajib Allah, mengartikan lima sifat wajib Allah, dan menghayati lima sifat wajib Allah.

c. Membiasakan perilaku terpuji, dengan kompetensi dasar menampilkan perilaku percaya diri, menampilkan perilaku tekun, dan menampilkan perilaku hemat. d. Melaksanakan salat dengan tertib, dengan kompetensi dasar menghafal bacaan salat dan menampilkan keserasian gerakan dan bacaan salat. 2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam kelas III semester II dengan standar kompetensi sebagai berikut : a. Mengenal ayat-ayat Al-Qur an, dengan kompetensi dasar membaca huruf Al-Qur an dan menulis huruf Al-Qur an. b. Mengenal sifat mustahil Allah, dengan kompetensi dasar menyebutkan sifat mustahil Allah dan mengartikan sifat mustahil Allah SWT. c. Membiasakan perilaku terpuji, dengan kompetensi dasar menampilkan perilaku setia kawan, menampilkan perilaku kerja keras, menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan, dan menampilkan perilaku penyayang terhadap lingkungan. d. Melakukan salat fardu, dengan kompetensi dasar menyebutkan salat fardu dan mempraktek kan salat fardu. D. Materi Shalat 1. Pengertian Shalat