BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB V PENUTUP. pembahasannya dalam Islam, khususnya dalam al-qura>n, sebab cadar

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS BUTIK BUSANA MUSLIMAH

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS D ISTRO BUSANA MUSLIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan, pendidikan, pembinaan, pengembangann, dan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM HAL TREND JILBAB PERSPEKTIF TEORI KONSUMSI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. komunitas-komunitas hijabers di Indonesia. 1. Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB IV ANALISI DATA. A. Temuan Penelitian. Dari sajian data yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. ( Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

penyumbang terbesar untuk pertumbuhan ekonomi (Hadi, 2015).Di samping itu, ternyata gaya busana muslim Indonesia kini menjadi trend setter di Asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB III METODE PENELITIAN

lhamdulillahi rabbil alamin, mari kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. publik, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan swasta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB V PENUTUP. bahwa film ini banyak merepresentasikan nilai-nilai Islami yang diperankan oleh

PEMAKAI BUSANA MUSLIMAH DAN AKHLAK PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 GUNUNG TERANG TULANG BAWANG BARAT TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Data Hasil Wawancara. (Jum at, 5 Mei 2017 Pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 05 SERI C NOMOR 03

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

POPULARITAS HIJAB STYLE

FENOMENA KOMUNITAS BERJILBAB; ANTARA KETAATAN DAN FASHION Oleh: Hatim Badu Pakuna. Abstrak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang ditampakkan (Mulhandy dkk, 2003:5). Jilbab merupakan suatu simbol dan bukti keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Jilbab dikenal sebagai busana yang memegang nilai-nilai kesopanan, kesederhanaan, dan tidak mencolok. Tampilannya terdiri dari beberapa kain besar dan lebar mulai dari kepala sampai kaki. Pakaiannya berlengan panjang dan terkadang masih memakai celana panjang. Tujuannya agar aurat tetap terjaga. Jilbab lahir jauh sebelum datangnya Islam. Pakaian jilbab bukanlah monopoli masyarakat Arab, dan bukan pula berasal dari budaya mereka, menurut ulama filsof besar Iran kontemporer, Murthadha Muthahari jilbab atau pakaian tertutup telah dikenal dikalangan bangsa-bangsa kuno dan lebih melekat pada orang-orang Sassan Iran (Shihab, 2004:40). Pakar lain menambahkan bahwa orang-orang Arab meniru orang Persia yang mengikuti agama Zardasyt dan menilai wanita sebagai makhluk tidak suci, dan karena itu mereka diharuskan menutup seluruh tubuh mereka. 1 Busana muslim atau yang lebih dikenal dengan jilbab telah lama dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman penjajahan silam, dimana agama Islam mulai masuk di Indonesia pada abad ke-17. Pada jaman itu busana muslim di Indonesia masih terdapat ciri khas timur tengah. Pada tahun 1990an, jilbab identik dengan perempuan baik-baik yang santun, ramah, berbudaya. Para penggunanya terbatas pada perempuan kalangan yang tinggi tingkat religiusitasnya. Menginjak awal abad ke-21, jilbab telah menjadi sebuah tren dalam dunia mode, dengan modifikasi di sana-sini (bahkan mungkin telah melenceng dari konsep dasarnya), para perempuan eksekutif muda dan para ABG pun nyaman untuk memakainya. Setelah ratusan tahun agama Islam masuk di Indonesia dan telah menjadi agama 1 Pada masa Jahiliah dan awal masa Islam, wanita-wanita di jazirah Arabia memakai pakaian yang pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab. 2004.hlm 46

yang paling banyak dianut oleh masyarakat Indonesia, dan kini busana muslim semakin populer di Indonesia. Di Indonesia masyarakat yang menggunakan jilbab sudah menjadi tren mode busana. Kita semua tahu bahwa Indonesia sebagian besar masyarakatnya adalah muslim dan sudah banyak yang menggunakan jilbab dalam kesehariannya. Tidak hanya wanita dewasa, para anak muda pun sudah banyak yang memakai jilbab. Bahkan banyak sekolah dan kampus negeri maupun swasta yang peserta didiknya menggunakan jilbab salah satunya seperti disalah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Salatiga yaitu UKSW ada banyak mahasiswa yang menggunakan jilbab saat perkuliahan padahal kita tahu bawa UKSW merupakan universitas yang lingkungannya orang-orang nonmuslim namun terdapat salah satu fakultas yang mahasiswinya banyak mengenakan jilbab yaitu fakultas FKIP- PGSD. Beraneka jenis model jilbab digunakan oleh mahasiswi fakultas FKIP- PGSD, sebagian besar mahasisiwi fakultas tersebut menggunakan jilbab dengan model funky seperti dipadukan dengan celana jeans, kemeja, ataupun kaos dengan berbagai model serta ditambah dengan aksesoris sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini dikarenakan jaman semakin maju dan berkembang sehingga pakaian atau fashionpun semakin modies dan bervariasi. Bahkan studi tentang jilbab cenderung menyoroti perubahan jilbab sekarang atau yang lebih dikenal dengan jilbab funky sebagaimana yang diteliti oleh Sapto (2009) 2, yang dimaksud jilbab funky disini adalah perempuan yang memakai jilbab dapat berkreasi dengan menutup bagian kepala kemudian memasukkan sisa kain kedalam baju dan dipadu pakaian press body sehingga terlihat lebih praktis. Di sebut jilbab funky karena konsep jilbab ini sangat memperhatikan mix and macth dengan gaya atau model busana lain, sehingga terlihat maching. Selain Sapto ternyata penelitian tentang jilbabpun juga sudah di teliti oleh Fantako Koes Riyadi dengan judul Penyesuaian Diri Mahasiswa Muslim yang Memakai Jilbab di Fakultas Psikologi UKSW salah satu mahasiswa dari fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, dalam proses penyesuaian 2 Hari Sapto mahasiswa UNDIP melakukan penelitian tentang identitas apa yang ingin dikomunikasikan jilbabers melalui gaya dan model jilbab yang dikenakan http://www.scribd.com/doc/85668200/85571730-skripsi-jadi-hari-sapto (di akses tanggal 20 Oktober 2012).

diri mahasiswi muslim yang memakai jilbab di fakultas Psikologi, niat dan dukungan menjadi hal penting untuk bertahan di lingkungan UKSW. Makna jilbab yang sesungguhnya pun menjadi bergeser akibat perkembangnya jaman. Pakar tafsir al-biqai menyebut beberapa pendapat tentang makna jilbab antara lain, baju yang longgar atau kerudung penutup kepala wanita atau pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang dipakainya atau semua pakaian yang menutupi badan wanita. Semua pendapat ini menurut ulama itu dapat merupakan makna jilbab. Kalau yang dimaksud dengan jilbab adalah baju maka ia adalah pakaian yang menutupi tangan dan kakinya, kalau kerudung maka perintah mengulurkannya adalah menutup wajah dan lehermya. Kalau maknanya pakaian yang menutupi baju maka perintah mengulurkannya adalah membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan pakaian (Shihab, 2004:88). Pada kenyataanya jilbab sudah menuai perubahan makna, yang tadinya jilbab adalah pakaian longgar yang menutup seluruh aurat dari ujung rambut sampai ujung kaki kecuali muka dan telapak tangan, menjadi hanya sebuah krudung ketat yang menempel erat di leher serta pakaian yang digunakanpun tetap panjang namun juga memperlihatkan lekukan tubuh mereka. Orang yang berjilbab ingin menyampaikan identitasnya lewat jilbabnya itu sendiri, kalau dia adalah seorang muslimah. Menjadi seorang muslim, tentu memiliki ciri-ciri yang melekatinya. Ciri-ciri tersebut menjadi identitas yang membedakan seorang muslim dengan golongan atau umat lainnya diantaranya aqidah yang bersih, beribadah yang benar, berakhlak yang baik pula, berusaha mengendalikan hawa nafsu. 3 Kebanyakan wanita berjilbab tidaklah semua atas dasar niat melaksanakan perintah agama. Ada banyak motif di balik wanita mengenakan jilbab. Ada yang karena status sosial agar lebih di hargai dan di segani di lingkungan masyarakat, ada pula yang karena alasan alasan tertentu misal untuk kecantikan, biar tambah putih dan lain-lain. (Wawancara dengan Nia, 7 Januari 2013) Seseorang perempuan yang memutuskan memakai jilbab harus mampu mencerminkan karakter Islam baik melalui sikap, perilaku, maupun ucapan. Seorang muslim yang baik hendaknya memiliki sikap dan perilaku yang baik pula. 3 Pernyataan tersebut diambil dari sumber internet muslim sejati. http://www.pumitabusan.com/2010/11/10- karakter-muslim-sejati_09.html. diakses tanggal 3 Oktober 2012

Akan tetapi kenyataanya, perempuan yang berjilbab belum tentu berperilaku baik seperti apa yang telah diajarkan dalam agama islam. Jilbab bukan jaminan orang tersebut berperilaku baik. Kalau orang awam menilai orang berjilbab pasti di identikan dengan perempuan yang alim,yang taat beribadah dan lain-lain, dengan celah yang seperti itu ternyata banyak kaum hawa terutama mereka yang sebenarnya jauh dari kata taat, jauh dari perilaku-perilaku islami yang memanfaatkan hal itu. Berdasarkan uraian diatas maka penulis meneliti makna jilbab dalam mengkomunikasikan identitas muslimah. Jadi bagaimana mahasiswi FKIP-PGSD memaknai jilbab yang mereka pakai. Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah bahwa secara umum kita mengenal jilbab sebagai busana yang menjaga kesopanan. Kita juga menganggap orang yang berjilbab itu orang yang alim, taat agama, dapat menjaga perilakunya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana mahasiswi berjilbab di FKIP-PGSD memaknai jilbab yang mereka pakai? Apakah sudah mengkomunikasikan identitas muslimah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang makna jilbab oleh mahasiswi FKIP-PGSD di UKSW Salatiga dalam mengkomunikasikan identitas muslimah. 1.4 Manfaat Penelitian Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain: a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan tentang makna jilbab dalam mengkomunikasikan identitas muslimah. a. Manfaat Praktis menambah wawasan bagi pembaca tentang makna jilbab sesungguhnya. Jilbab itu pada dasarnya orang memaknai sebagai busana muslimah tapi tiap orang relative memaknai jilbab tersebut. Selain itu ingin menyampaikan kepada pembaca atau menyadarkan kepada pembaca bahwa tidak semuanya orang yang berjilbab berkelakuan baik seperti apa yang telah diajarkan di agama Islam. 1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini konsep-konsep yang akan digunakan antara lain: a. Makna jilbab Makna jilbab yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah makna memakai jilbab bagi mahasiswi berjilbab FKIP-PGSD. b. Identitas muslimah Orang yang berjilbab sudah pasti identitas yang melekat di dirinya adalah dia seorang muslim. Identitas merupakan bentuk ciri-ciri atau tanda pengenalan diri. Dengan ciri-ciri tertentu, seseorang ingin dikenali oleh orang lain dan orang lain pun dapat mengenali seseorang tersebut. Selain itu, identitas juga sebagai bentuk pengakuan diri, individu yang ingin diakui keberadaannya oleh individu lain, sebuah pengukuhan eksistensi diri. Sedangkan identitas muslimah disini adalah aqidah yang bersih, beribadah yang benar, berakhlak yang baik, serta berusaha mengendalikan hawa nafsu. c. Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Menurut Effendy (2003), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Komunikasi yang

dimaksud dalam penelitian ini apakah mahasiswi FKIP-PGSD sudah mengkomunikasikan seorang identitas muslimah d. Mahasiswi Mahasisiwi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang dapat mengenyam pendidikan formal tingkat tinggi. Mahasiswi yang berkuliah di UKSW berasal dari berbagai kalangan hampir sebagian besar mahasiswanya berasal dari daerah luar Jawa dan beragama non muslim. Disini peneliti hanya memfokuskan pada mahasiswi FKIP-PGSD yang berjilbab. e. UKSW fakultas FKIP-PGSD FKIP-PGSD adalah Fakultas Ilmu Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.