BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala situasi hidup yang memengaruhi pertumbuhan seseorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan kita ditandai pencapaian academic standard dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan dapat dilaksanakan oleh manusia melalui kesadaran akan pendidikan. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan yang masih sangar terpuruk. Namun pendidikan tidak hanya sekedar memberi pegalaman belajar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup suatu bangsa tetapi juga harus menghasilkan generasi yang bermutu tinggi. Sesuai dengan peraturan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20. tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I ayat I berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif serta mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritualnya, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Depdiknas, 2003: 2) Terdapat beberapa hal yang penting dicermati. Pertama dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dengan maksud proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan tidak secara spontan dan asal-asalan tetapi proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk diarahkan guna

2 mencapai tujuan pendidikan. Kedua, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Maksudnya adalah pendidikan harus mengedepankan proses belajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pendidikan tidak boleh hanya mengedepankan hasil belajar tetapi harus seimbang antara proses dan hasil untuk dapat membentuk generasi yang berkembang secara utuh. Adapun suasan belajar dimaksud adalah untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik dengan melakukan pembelajaran yang aktif sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan kata lain proses pemdidikan adalah proses pembentukan karakter dan sikap seseorang serta mengembangkan kecerdasan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mngembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003). Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang telah dituliskan diatas maka peserta didik perlu mendapatkan kualitas pendidikan yang terarah dimulai dari lingkungan pendidikan. Selain lingkungan keluarga peserta didik usia 6 sampai dengan 12 tahun wajib mendapat pendidikan dasar. Sekolah Dasar merupakan pendidikan formal yang menyelenggarakan pembelajaran dengan caracara yang terencana sesuai dengan norma dan aturan yang telah ditentukan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.

3 Pendidikan di Sekolah dasar (SD) dengan peserta didik berusia antara 6 sampai 12 tahun yang masih berfikir secara konkrit dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran masih menyenangkan serta mengembangkan ranah psikomotorif, afektif dan kognitif. Pada prakteknya pembelajaran masih bersifat formal sehingga pembelajaran sangat membosankan hanya sebatas pengajaran dan latihan soal. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah bagi peserta didik. Hal tersebut dapat dibuktikan pada pembelajaran IPA peserta didik diarahkan untuk memiliki sikap rasa ingin tahu, peduli terhadap lingkungan, serta konsisten. Mata pelajatan IPA pada kelas I dan III di sekolah dasar diintegrasikan dengan mata pelajaran lain sehingga dapat pembelajaran bersifat tematik sedangkan di kelas IV sampai denga VI sekolah dasar mata pelajaran IPA diajarkan secara mandiri. Pembelajaran IPA di sekolah dasar memiliki tujuan agar peserta didik memahami konsep IPA, memiliki keterampilan proses serta memiliki sikap ilmiah untuk menerapkan konsep IPA untuk memecahkan masalah dalam kehidupa sehari-hari. Pada pembelajaran IPA di sekolah dasar biasanya lebih banyak menggunakan teori-teori tanpa adanya proses kegiatan yang menunjang peserta didik untuk meningkatkan keterampilan. Dimana guru lebih sering menjelaskan konsep teori tanpa melibatkan peserta didik dalam kegiatan praktikum, serta proses pembelajaran masih bersifat konfensional dengan menggunakan metode ceramah. Hal tersebut menyebabkan kurangnya partisipasi aktif peserta didik pada saat

4 proses pembelajaran secara langsung sehingga tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya serta mengemukakan pendapat. Sehingga pada saat pembelajaran IPA kurang memotivasi peserta didik yang mengakibatkan kurangnya interaksi baik antara peserta didik dengan guru, maupun peserta didik dengan rekannya yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan di SDN Margahayu Raya 3 kecamatan Buah Batu kota Bandung kelas IV pada pembelajaran IPA Semester I Tahun Pelajaran 2014-2015, terlihat dari daftar nilai untuk hasil belajar peserta didik masih rendah yaitu rata-rata kelas 60,5 dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah. Jumlah peserta didik yang telah berhasil mencapai KKM kurang dari 45%. Adapun KKM pada mata pelajaran IPA pada semester I yaitu 72 sedangkan masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM sekitar 55% dengan nilai terendah yaitu 40. Dari data di atas terdapat beberapa penyebab rendahnya nilai rata- rata kelas peserta didik pada pembelajaran IPA sehingga tidak tercapainya Keriteria Ketuntasan Mininal (KKM) adalah : (1) Pembelajaran IPA yang disajikan masih bersifat konvensional melalui metode ceramah, tanya jawab, dan textbook oriented sehingga kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik. (2) Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA yaitu kurang melibatkan peserta didik dalam diskusi atau kelompok kecil sehingga proses pembelajaran terkesan membosankan dan tidak menarik. (3) Guru kurang memanfaatkan strategi ataupun model-model pembelajaran

5 bervariatif sehingga kemampuan berfikir peserta didik masih rendah dan hasil belajar peserta didik belum mencapai KKM yang ditentukan serta slm proses pembelajaran peserta didik masih malu untuk bertanya jika ada materi yang tidak di mengerti dan hanya beberapa siswa yang aktif. (4) Kurangnya komunikasi dan saling menghargai antara peserta didik sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertengkaran dan permusuhan. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk dapat memotivasi peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan menimbulkan keaktifan peserta didik dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya. Alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran. 2015-2016 dengan materi Struktur Daun Tumbuhan dan Fungsinya Nurhadi dalam (Iru, 2012: 48) memandang pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar peserta didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik. Model pembelajaran kooperatif yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dirancang dengan melibatkan para

6 peserta didik untuk dapat mempengaruhi interaksi antar peserta didik dengan tujuan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Spancer Kagan (1993) mengatakan bahwa tehnik pelaksanaan pada model pembelajaran Number Heads Tohether (NHT) melibatkan para peserta didik untuk dapat mereview bahan yang paling baik dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki keunggulan yaitu menumbuhkan rasa percaya diri, tanggung jawab dan menempatkan peserta didik untuk lebih aktif, bersemangat serta melatih peserta didik untuk berfikir ilmiah dalam menyelesaikan masalah pada saat pembelajaran sehingga menumbuhkan suasana kelas yang aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang cukup relevan yang telah digunakan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik. Menurut hasil penelitian Tati (2013) pada judul Penggunan Model Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran NHT tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar setelah siklus I dan II setelah menggunakan model pembelajaran numbered heads together yaitu pada siklus I memperoleh skor dengan presentase 33,3% dan pada siklus II memperoleh skor dengan presentase 95%. Hal tersebut dikarenakan model dikarenakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dalam proses pembelajaran menuntut peserta didik untuk dapat bekerja sama secara aktif dalam penguasaan materi yang diberikan guru. Tidak hanya dalam penguasaan konsep materi tetapi peserta didik juga didorong untuk memiliki kemampuan bernteraksi

7 dan bersosialisasi sehingga mempengaruhi motivasi dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran Number Heads Tohether (NHT) diharapka mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik serta mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Serta dapat meningkatkan semangat kerja sama dan toleransi serta memudahkan peserta didik untuk menelaah mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan Latar Belakang diatas maka penulis bermaksud untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran IPA (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas IV Tahun Pelajaran. 2015-2016 Materi Struktur Daun Tumbuhan dan Fungsinya di SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung)". B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan diatas, maka masalah dalam peneitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran tidak menarik dan terkesan membosankan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dalam diskusi atau kelompok-kelompok diskusi kecil yang dapat memotivasi dan meningkatkan aktifitas peserta didik.

8 2. Rendahnya hasil belajar peserta didik sehingga sebagian besar belum mencapai KKM yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan peserta didik kurang percaya diri jika ada materi pelajaran yang kurang dimengerti dan guru pada kegiatan pengajaran masih mendominasi dengan pengajaran masih bersifat konvensional dan teksbook oriented serta kurang memanfaatkan strategi dan model-model pembelajaran. 3. Sering terjadi perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertengkaran dan permusuhan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik ataupun antara peserta didik dengan guru. C. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penulis menuliskan rumusan masalah yang dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka secara umum penulis dapat menuliskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung? 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana

9 yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana prestasi belajar peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together? b. Bagaimana motivasi peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together? c. Bagaimana aktivitas peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran IPA selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT)? d. Bagaimana dokumen pembelajaran yang disiapkan oleh guru, apakah sesuai atau tidak dengan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together? e. Bagaimana prestasi belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together? f. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together? D. Pembatasan Masalah Memperhatikan hasil identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaanpertanyaan penelitian yang telah diutarakan, diperoleh gambaran permasalahan

10 yang begitu kuat. Namun, menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka dalam penelitian iniu penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini hasil belajar serta motivasi belajar peserta didik yang diukur adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Pokok bahasan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam penelitian ini hanya akan mengkaji pokok bahasan dengan materi struktur tumbuhan dan fungsinya. 3. Objek penelitian ini hanya akan meneliti pada peserta didik SD kelas IV Tahun Pelajaran. 2015-2016 di SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung. E. Tujuan Penelitian Tujuan secara umum dari Penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA kelas IV SDN Margahayu Raya 3. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Melaksanakan perencanaan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sehingga dapat meningkatkan motivasi hasil belajar peserta didik kelas IV SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung.

11 2. Mengetahui perkembangan kemampuan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran IPA selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung. 3. Mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi sehingga meningkat pula hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu Kota Bandung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). F. Manfaat Penelitian Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat penielitian ini adalah menambah wawasan keilmuan tentang penerapan model kooperatif tipe numbered heads together untuk meningkatkan semangat belajar sehingga meningkat pula hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Margahayu Raya 3 Kec. Buah Batu. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: a) Bagi Guru 1) Memberikan kesempatan kepada guru untuk dapat mengembangkan profesinya.

12 2) Memperdalam wawasan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang bersifat aktif. b) Bagi Peserta Didik 1) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), peserta didik berlatih kerjasama dan toleransi dalam proses pembelajaran. 3) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), mampu melatih peserta didik untuk bersikap kritis dan aktif dalam pembelajaran IPA. c) Bagi Penulis 1) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), penulis dapat mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. 2) Dapat meninjau kekurangan kekurangan selama proses pembelajaran baik pada guru maupun peserta didik. 3) Dapat menambah pengetahuan tentang model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

13 G. Kerangka Pemikiran Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada pokok materi Struktur Daun dan Fungsinya di kelas IV Tahun Pelajaran. 2015-2016 SDN Margahayu Raya 3 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), maka diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Menurut (Lie, 2008: 4) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran sebaginya guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok pikiran sebagai berikut: 1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru mengarahkan siswa dengan kondisi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari setiap pelajaran melalui proses pembelajaran. 2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, bukan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa 3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Guru harus mengembangkan kompetensi siswa berdasarkan asumsi bahwa usaha dari pendidikan dapat meningkatkan kemampuan mereka. 4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara para siswa dan antara siswa dan guru. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Berdasarkan asumsi di atas untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik, khususnya pada pelajaran IPA dimana peserta didik memerlukan sikap aktif dan kecermatan dalam pembelajaran. Maka baik guru maupun siswa harus dapat mengembangkan kompetensi sehingga dalam pembelajaran dapat diterima peserta didik dengan maksimal. Jika digambar kan sebagai berikut:

14 Permasalahan Rendahnya hasil belajar peserta didik Kurang melibatkan peserta didik dalam diskusi kelompok kecil Terjadi perbedaan pendapat Solusi yang digunakan untuk permasalahan di atas adalah penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), karena model pembelajaran tersebut dapat mengarahkan peserta didik baik secara akademik maupun sosial Instrumen Silabus RPP Tes - Pre Test - Post Test Non Tes - Lembar Observasi - Angket Pengolahan Data Data Kuantitatif: 1. Hasil Pre Test dan Post Test Data Kualitatif 1. Aktivitas dan Motivasi Siswa 2. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Kesimpulannya: Diharapkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran 2015-2016 mencapai KKM 65%. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

15 Pada kondisi awal guru yang tidak menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) tetapi lebih banyak menggunakan metode konvensional sehingga aktivitas peserta didik rendah dan pada hasil belajar pun belum mencapai KKM. Maka dengan dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siklus I diharapkan akan meningkatkan motivasi serta hasil belajar peserta didik. Namun, jika pada siklus 1 masih terdapat peserta didik yang belum mencapai KKM 65% maka akan dilakukan perbaikan di siklus II maka di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. H. Asumsi Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian sebagaimana diutarakan diatas, maka diyakini bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan melibatkan banyak peserta didik dalam pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Seperti yang diasumsikan oleh pakar ahli salah satunya ialah: 1. Spancer Kagan (1993) mengatakan bahwa tehnik pelaksanaan pada model pembelajaran Number Heads Tohether (NHT) melibatkan para peserta didik untuk dapat mereview bahan yang paling baik dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

16 2. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada strukturstruktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. (Iru, 2012: 59) 3. Tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerjasama siswa, NHT juga diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. (Huda, 2013: 203) 4. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) termasuk pendekatan kolaboratif, dimana siswa di dorong untuk mampu menerima orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan, bekerja sama dengan tim. (Huda, 2013: 196-197) I. Hipotesis Berdasarkan kerangka atau paradigma penelitian dan asumsi sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IV pada pembelajaran IPA.

17 J. Definisi Operasional Untuk menghilangkan ketidak jelasan makna dan perbedaan pemahaman mengenai makna dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, maka disusunlah definisi operasional. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini sebagai berikut: 1. Model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola pola pembelajaran tertentu secara sistematis. 2. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dalam kelompokkelompok kecil, dengan anggota kelompok 3-5 orang yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling kerja sama dan saling membantu untuk memahami materi, sehingga setiap peserta didik selain mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga tanggung jawab kelompok. 3. Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik 4. Motivasi adalah dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri peserta didik manakala peserta didik merasa dibutuhkan. 5. Hasil belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

18 Dari definisi operasional diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together merupakan model pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola pembelajaran tertentu dalam kelompok kecil dengan anggota kelompok 3-5 orang. Tipe pembelajaran NHT menekankan untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dimana setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu dalam memahami materi sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk lebih giat dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.