BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2011: 38). Dalam penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK AUTISTIK MELALUI TERAPI MUSIK MOZART

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nurul Zahrah Annisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, orang lain, dan lingkungan anak dalam dunia bermain.

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dirasakan dan dikembangkan manusia sejak zaman purbakala.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN DAN BERBICARA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang baik fisik maupun mental. Musik memberi rangsangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi suatu dasar dan kebutuhan dari hidup seseorang, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki usia lanjut. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

Peningkatan Keterampilan Berbahasa Siswa Tunarungu Kelas Dasar 1 SLB-B YPPLB Ngawi Melalui Program Khusus Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

2016 PROSES BELAJAR MANDIRI PEMAIN KEYBOARD PADA BAND MTM COMMUNITY BANDUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Mozart, Bach, Bethoven, dan Vivaldi dapat meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang

PENERAPAN PENDEKATAN MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KATA PADA ANAK AUTISTIK ABSTRAK

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar

BAB I PENDAHULUAN. buruk pula perilakunya. Belajar berbahasa dengan baik dan benar sama halnya

BAB I PENDAHULUAN. luas. Susunan bunyi atau nada yang tercipta dalam suatu karya musik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa manusia. Dalam pekembangannya ternyata musik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, oleh karena itu pendidikan perlu dikaji secara baik. Menurut

DAFTAR ISI. 1. Pengertian Bahasa... 21

BAB I PENDAHULUAN. akan terasa sepi dan hampa. Sebab, musik mampu mencairkan suasana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi seluruh perubahan fisik, motorik dan kemampuan bahasa. Masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelak di kehidupan yang akan datang. Harapan dan cita-cita para orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu mengadakan interaksi dan komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Melalui komunikasi individu dapat menyampaikan perasaan, harapan serta keinginan dirinya sehingga memungkinkan orang lain untuk merespon dan memberi tanggapan yang sesuai. Keterampilan dalam berkomunikasi penting dimiliki setiap individu sebagai bekal kehidupannya dalam memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan. Ada dua hal penting agar gagasan/pesan/pikiran dan perasaan dapat disampaikan kepada orang lain, yaitu: (1) mengetahui bahasa atau simbolnya, dan (2) memiliki cara komunikasi dalam bahasa tersebut (Rusyani, 2004: 8). Berkaitan dengan hal ini Jordan and Powell (2002: 51) mengungkapkan Alat utama dalam komunikasi adalah bahasa. Melalui bahasa seseorang akan mudah dalam memahami dan menyampaikan pesan kepada orang lain. Bahasa memiliki beberapa aspek, dilihat dari segi keterampilan berbahasa, aspek-aspek tersebut meliputi mendengar (menyimak), berbicara, menulis dan membaca (Rusyani, 2004: 8). Ke empat ketrampilan tersebut merupakan suatu kesatuan yang disebut catur tunggal, dimana dalam prosesnya dilalui sebagai suatu hubungan urutan yang teratur. Pada masa sebelum No. Daftar: sekolah, 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 anak-anak akan terlebih

2 dahulu belajar menyimak bahasa yang sifatnya langsung, apresiatif, reseptif dan fungsional. Lalu diikuti dengan kemampuan berbicara yang sifatnya langsung, produktif dan ekspresif. Barulah pada masa sekolah anak belajar membaca dan menulis. Selanjutnya setiap ketrampilan itu erat berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Semakin terampil seseorang berbahasa, maka semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Melihat pentingnya kemampuan komunikasi dan bahasa, maka setiap anak seyogyanya memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi dengan baik. Idealnya, perkembangan bahasa setiap anak terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya. Namun yang terjadi pada anak autistik tidak demikian, mereka mengalami keterlambatan dalam komunikasi dan bahasa. Anak autistik didiagnostik memiliki gangguan perkembangan pervasif pada tiga aspek yaitu interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Perkembangan komunikasi dan bahasa mereka sangat berbeda dengan anak pada umumnya. Sebagaimana yang diungkapkan Maulana (2008: 43) bahwa Anak autis mengalami kelainan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VI dan VII, dimana otak kecil ini yang bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Sebagai akibat dari kelainan di pusat bahasanya, maka sebagian besar anak autistik mengalami hambatan dalam berbahasa atau berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Safaria, T (2005: 5-6) mengemukakan hambatan komunikasi pada anak autistik sebagai berikut:

3 Anak kadang tidak mampu berbahasa sama sekali atau tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Apabila kemampuan berbahasa ini berkembang pada anak, biasanya ditandai oleh struktur tata bahasa yang immatur, ekolalia langsung atau yang tertunda, seperti mengucapkan kata-kata yang tidak ada artinya, pemutarbalikan kata ganti orang, misalnya anak menggunakan kata ganti orang kamu padahal yang dimaksudnya adalah saya. Kondisi semacam itu pula yang terjadi pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi. Peneliti menemukan seorang anak autistik kelas VIII C1 SMPLB yang menunjukkan gangguan dalam berbahasa baik secara reseptif maupun ekspresif. Meskipun telah mampu berbicara anak tidak menggunakan kemampuannya tersebut untuk berkomunikasi, ia lebih sering mengucapkan katakata tidak jelas (mengigau), tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana misalnya: siapa namamu?, sulit mengungkapkan keinginannya secara lisan, sulit menggunakan kata ganti dan sering melakukan ekolalia yaitu menirukan secara persis ucapan orang lain, baik langsung atau tertunda. Ketika diberikan pertanyaan berkaitan dengan materi ajar, anak tidak mampu menjawabnya dan malah mengulangi pertanyaan tersebut (ekolalia langsung). Anak juga sering melakukan ekolalia tertunda dengan mengulang-ulang kata yang telah ia dengar sebelumnya dengan frekuensi cukup banyak. Dalam 1x pertemuan pembelajaran (2x30 menit), anak bisa melakukan ekolalia sebanyak 19 kali terhitung dari kegiatan awal hingga kegiatan penutup. Tentu hal ini menjadi penghambat dalam kegiatan pembelajaran. Bahasa dan belajar berkaitan erat satu sama lainnya, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak tidak mungkin aktif dalam proses pembelajaran tanpa menguasai bahasa. Siswa harus mampu menerima dan menyampaikan informasi, oleh karena itu latihan bahasa harus

4 mendahului tipe-tipe pengajaran yang lainnya. Melatih anak autistik untuk dapat berbahasa dan berkomunikasi dua arah tentu bukanlah suatu perkara mudah. Dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang efektif, menarik dan menyenangkan sehingga anak merasa nyaman dan kemampuan bahasanya dapat tergali secara optimal. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap anak autistik, saat ini telah dikembangkan beberapa upaya pembelajaran oleh para ahli yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan anak autistik terutama dalam aspek bahasa dan komunikasi. Salah satu yang kini menjadi alternatif adalah dengan menggunakan terapi musik. Musik dipergunakan sebagai alat penyembuhan dan rehabilitasi dengan tujuan yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan mengandung unsur-unsur pendidikan. (Delphie, B., 2009: 17). Pandangan tersebut kian berkembang sehingga terapi musik bukan sematamata untuk penyembuhan, tetapi mencakup upaya pengembangan atau peningkatan kondisi individu. Sejalan dengan hal tersebut Astati (2001: 11) mengemukakan bahwa: Terapi musik berarti suatu upaya untuk membantu individu dalam mengatasi kelainannya dengan menggunakan musik sebagai medianya. Usaha yang dimaksud adalah mendorong individu dalam mengatasi kelainan baik dalam segi fisik maupun kondisi psikososialnya serta mengaktualisasikan potensi yang dimiliki individu secara optimal sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Senada dengan hal tersebut, Campbell (2001 : 4) mengungkapkan bahwa, musik dapat meredakan ketegangan, mendorong interaksi sosial, merangsang perkembangan bahasa, dan memperbaiki keterampilan motorik di kalangan anak-

5 anak. Lwin, et all. (2008: 34) mengungkapkan pengaruh musik terhadap perkembangan anak sebagai berikut : Sebuah studi baru oleh psikolog China menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan beberapa tahun belajar memainkan alat musik menghasilkan keterampilan verbal (lisan) yang lebih baik, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mempelajari musik. Penemuan tersebut sesuai dengan pengujian otak yang menunjukkan bahwa satu bagian dari otak, yaitu planum temporale kiri pada musisi lebih besar dibandingkan dengan orang pada umumnya, dimana bagian tersebut berpengaruh pada ingatan verbal. Maka dari itu memperdengarkan musik kepada anak-anak adalah gagasan yang baik, karena hal itu akan membantu anak-anak meningkatkan kemampuan mereka berkomunikasi secara verbal. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada penerapan terapi musik, melalui musik Mozart. Mozart merupakan salah satu jenis dari aliran musik klasik yang berkembang di antara zaman barok dan zaman romantic yang diciptakan oleh komponis terkenal bernama Wolfgang Amadeus Mozart. Keunggulan musik Mozart terletak pada kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Campbell (2001: 17) mengemukakan: Mozart tidak membuat jalinan musik serba rumit, ia tidak membangkitkan gelombang-gelombang emosi yang naik turun dengan tajam, namun juga tidak terlalu lembut membuai dan tetap mudah dinikmati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kesadaran ruang dan kecerdasan, kekuatannya untuk meningkatkan konsentrasi dan kemampuan bicara pada pendengarnya, kecenderungannya untuk memungkinkan lompatan cukup jauh dalam keterampilan membaca dan berbahasa bagi anak-anak. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa Mozart dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk No. perbendaharaan Daftar: 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi. Musik Mozart dapat dimanfaatkan

6 untuk meningkatkan proses belajar karena komposisinya adalah dekat dengan panjang gelombang pada otak dalam keadaan waspada yang relaks (kondisi yang cocok untuk belajar). Disamping itu juga irama, melodi dan frekuensi musik karya Mozart dapat merangsang wilayah kreatif dan motivasi di otak (Campbell, 2001: 23). Melihat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh melalui terapi musik Mozart khususnya dalam meningkatkan kemampuan berbahasa, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian untuk melihat seberapa besar pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Terapi musik Mozart disini ditekankan pada pelaksanaan proses pembelajaran yang diiringi musik Mozart sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Adapun menu musik yang digunakan adalah kumpulan musik instrumental Mozart yang dikemas dalam bentuk Digital Versaitle Disc (DVD) dengan judul album Mozart and Friends; Beautiful Music and Colorful Images Delight Your Child s Imagination, Produksi PT. Emperor Edutainment. Peneliti berharap melalui musik Mozart, anak autistik dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif sehingga ia dapat menggunakan kemampuan komunikasinya secara lebih bermakna. Maka dari itu judul penelitian dirumuskan sebagai berikut : Pengaruh Terapi Musik Mozart Dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Reseptif dan Ekspresif Pada Anak Autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.

7 B. Identifikasi Masalah Anak autistik diidentikkan sebagai anak yang memiliki gangguan perkembangan pervasif pada tiga aspek perkembangan yaitu interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Dalam berkomunikasi, mereka mengalami banyak hambatan di antaranya; tidak mampu berbahasa sama sekali atau tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, jika mampu berbahasa biasanya ditandai oleh struktur tata bahasa yang immatur, sering melakukan ekolalia langsung atau tertunda, pemutarbalikan kata ganti orang, misalnya anak menggunakan kata ganti orang kamu padahal yang dimaksudnya adalah saya, dan sering mengucapkan katakata tidak jelas (mengigau). Berbagai permasalahan di atas tentu harus dicarikan berbagai upaya penanganannya. Dalam hal ini penggunaan terapi musik Mozart ditujukan untuk mengatasi permasalahan komunikasi anak khususnya dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa musik Mozart dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak termasuk perbendaharaan kata, kemampuan berekspresi dan kelancaran berkomunikasi. C. Batasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan anak autistik, adanya keterbatasan baik dari segi waktu, tenaga, materi, teori dan supaya penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah pada penerapan terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan No. Daftar: bahasa 019/Skripsi/PLB/Oktober/2012 reseptif dan ekspresif anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi.

8 D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai seberapa besar pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik di SLB BC Pambudi Dharma 1 Cimahi. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik sebelum diberikan terapi musik Mozart. 2) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik setelah diberikan terapi musik Mozart.

9 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoretis Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi mengenai pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. Sehingga dapat dijadikan acuan sebagai salah satu kegiatan alternatif dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif pada anak autistik. b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Guru Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan pada guru tentang pengaruh terapi musik Mozart dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik, sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Bagi Orang Tua Pedekatan melalui terapi musik Mozart ini selain dapat diterapkan di sekolah, juga dapat diterapkan oleh orang tua dalam kegiatan sehari-hari di rumah untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik. 3) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang salah satu upaya atau kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak autistik melalui terapi musik Mozart.