BAB I PENDAHULUAN. pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI DENGAN JUDUL PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MELESTARIKAN SENI REYOG

KEARIFAN LOKAL KESENIAN REYOG DAN UPAYA MEMPERTAHANKANNYA DI DESA SUMOROTO KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai slogan resmi Kabupaten Ponorogo, yang berarti Resik, Endah, Omber,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian Geografi dalam buku menurut para ahli: 1) SEMLOK pada tahun 1988, (Suharyono dan Moch. Amien, 1994:15).

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bermacam-macam kebudayaan, diantaranya bahasa daerah,

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menenukan suatu tindakkan seperti prilaku masyarakat seharihari. Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain dalam bentuk pepatah dan peribahasa, folklore), dan manuskrip (Suyono Suyatno, 2013). Kearifan lokal yang diajarkan secara turun-temurun tersebut merupakan kebudayaan yang patut dijaga, masingmasing wilayah memiliki kebudayaan sebagai ciri khasnya dan terdapat kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Pembentukan dan perkembangan budaya sangat mempengaruhi jati diri bangsa, kesatuan masyarakat berperan serta dalam pembentukkannya. Menurut Edi Sedyawati (2010: 328), menjelaskan di dalam masing-masing kesatuan kemasyarakatan yang membentuk bangsa, baik yang berskala kecil ataupun besar, terjadi proses-proses pembentukan dan perkembangan budaya yang berfungsi sebagai jati diri bangsa tersebut. Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan dikenal sebagai negara yang multikultur. Keadaan 1

2 Indonesia sebagai negara yang multikultur menyebabkan Indonesia rentan akan konflik antar daerah. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas budaya masing-masing yang patut untuk dikembangkan dan dijaga keberadaannya sebagai identitas bangsa agar tetap dikenal oleh generasi muda. Koentjaraningrat (M. Munandar Soelaeman, 2007: 62) mengatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia berfungsi sebagai pemberi identitas kepada sebagian warga dari suatu nasion, merupakan kontinyuitas sejarah dari jaman kejayaan bangsa Indonesia di masa yang lampau sampai kebudayaan nasional masa kini. Masyarakat memiliki peranan penting dalam pembentukan budaya agar terus bertahan diperkembangan jaman, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan kemampuannya, sehingga manusia mampu menguasai alam. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam buku Soerjono Soekanto (2007: 151), merumuskan kebudayaan sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Masyarakat Ponorogo memiliki peran yang terlihat membentuk dan mengembangkan suatu kebudayaan, sehingga kebudayaan yang ada menjadikan kekuatan bagi wilayah tersebut. Kebudayaan yang dibentuk dan dikembangkan di Kabupaten Ponorogo sebagai salah satu ciri khas wilayah ini

3 adalah kesenian Reyog. Kesenian Reyog merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang memiliki nilai leluhur, namun nilai yang terkandung dalan kesenian ini hanya diketahui oleh segelintir orang. Beberapa pendapat yang melatarbelakangi sejarah kemunculan kesenian Reyog, mulai dari sejarah kerajaan, perkembangan agama, hingga letak wilayah Ponorogo. Menurut Hartono (1980: 32), keadaan geografis masa lampau wilayah Kabupaten Ponorogo yang masih belum berkembang, karena di kelilingi oleh pegunungan melatarbelakangi kesenian ini dapat muncul. Masyarakat memanfaatkkan keadaan alam yang ada untuk membentuk budaya yang memiliki nilai dimasyarakat berupa kesenian Reyog. Ponorogo dikenal sebagai daerah angker dengan dikelilingi hutan roban sangat lebat dan mengerikan, hutan yang banyak terdapat harimau dan merak hidup berdampingan pada masa lampau. Hal inilah yang mengetuk hati seni budayawan daerah untuk melahirkan Reyog Ponorogo sebagai jelmaan cita-cita leluhur, yaitu bersatunya dua sifat serta watak yang berbeda menjadi satu pancaran indah dan harmonis. Reyog Ponorogo adalah lambang persatuan yang penuh damai. Menurut Isni Herawati (2010: 930), kesenian Reyog Ponorogo merupakan warisan budaya masyarakat Ponorogo yang sangat tinggi nilainya. Banyak nilai yang terkadung pada kesenian Reyog syarat akan penuntun kehidupan bukan hanya sebagai tontonan saja. Nilai yang terkandung terdapat pada gerakan, alur cerita, dan simbol pada peralatan kesenian. Reyog ini sudah ada

4 sejak jaman Majapahit, dan dapat ditelusuri dari Babad Ponorogo yang menghasilkan beberapa versi, versi yang diketahui oleh masyarakat luas dan diterapkan adalah versi Bantaragin yaitu Prabu Klonosewandhono melamar Dewi Songgolangit. Kearifan lokal akan tetap bertahan apabila masyarakat tetap mempertahankan serta melaksanakan pandangan, aturan, nilai, norma yang ada. Perkembangan budaya ditengah perkembangan jaman kadang membuat kearifan lokal semakin dilupakan oleh masyarakat, kearifan lokal ada dengan proses yang sangat panjang dan memiliki nilai-nilai leluhur yang ada didalamnya dengan adanya kebudayaan sebagai bukti konkrit, namun semakin lama budaya hanya digunakan sebagai suatu benda ataupun simbol tanpa memiliki artian penting lagi. Fakta tersebut membuat nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kebudayaan semakin terlupakan oleh generasi berikutnya yang hanya mementingkan suatu perkembangan tanpa melihat kebudayaan maupun kearifan lokal. Masyarakat Ponorogo yang berperan serta dalam proses pelestarian kesenian Reyog untuk terus mengangkat kesenian Reyog ini makin dikenal di Indonesia dan di luar Negeri. Banyak wisatawan dari dalam maupaun luar negeri yang datang untuk melihat pertunjukkan Reyog. Pengenalan kesenian ini sampai keluar negeri membuat kesenian ini rentan akan peniruan budaya. Kesenian ini mendapat klaim merupakan bagian dari negara tetangga yaitu Malaysia. Klaim atas kesenian Reyog mampu merusak nilai kearifan lokal

5 yang ada dalam kesenian Reyog, dan membuat Reyog hanya dianggap sebagai benda atau simbol saja. Beberapa bukti menunjukkan bahwa negara tetangga telah mengakui kesenian Reyog salah satunya dapat dilihat di website Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia dengan alamat situs http://www.heritage.gov.my memasang gambar Reyog Ponorogo. Hal ini membuat reaksi penolakan oleh masyarakat di berbagai penjuru Indonesia. Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Pemkab Ponorogo, Jawa Timur menyatakan gambar Reyog yang ditampilkan di website Kementerian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Malaysia adalah asli buatan perajin Reyog asli Ponorogo (Andi Saputra, 2012). Permasalahan mengenai klaim atas kesenian Reyog seharusnya membuat masyarakat lebih mampu menjaga kebudayaan. Proses perlindungan hukum secara ketat untuk menjaga aset bangsa telah dilakukkan dengan adanya peraturan. Hak cipta kesenian Reyog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004. Masyarakat Ponorogo melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kesenian Reyog untuk generasi masa depan. Menurut Herry Lisbijanto (2013: 23), cara nyata yang telah diupayakan berupa pertunjukkan Reyog saat ini dapat dilihat dan ditonton dalam berbagai kesempatan, kesenian Reyog modern sering dipentaskan dalam acara khitanan, seremonial, acara-acara resmi pemerintahan, karnaval, dan acara-acara lain yang bersifat lokal maupun nasional.

6 Kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan (Soerjono Soekanto, 2007:155). Kesenian Reyog sangat penting bagi urat nadi kehidupan masyarakat terutama di Ponorogo. Kebutuhankebutuhan masyarakat untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kegiatan kesenian mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, dan pariwisata Kabupaten Ponorogo sehingga terus mengangkat nama dan kesejahteraan wilayah ini. Kesempatan yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkreasikan kesenian Reyog. Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo mempunyai luas 3.661.000 hektar, serta memiliki jumlah penduduk 40.018 jiwa yang terdiri dari 16 desa yang dikelilingi hamparan lahan sawah. Desa Sumoroto adalah salah satu desa yang menonjol karena memiliki jumlah penduduk terbanyak sebesar 5.507 jiwa diantara desa lain di Kecamatan Kauman. Desa Sumoroto merupakan tempat cikal bakal kesenian Reyog, yang dahulu dianggap sebagai kerajaan Bantarangin. Masyarakat yang berada di desa tersebut ikut berpartisipasi dalam proses pengembangan kelompok kesenian Reyog baik paguyuban maupun pengrajin. Paguyuban dan pengrajin memiliki peranan yang penting sebagai objek penyalur kesenian Reyog. Paguyuban kesenian Reyog yang tidak sedikit jumlahnya di Ponorogo saling bersaing untuk mendapat pengakuan

7 dari masyarakat. Kelompok paguyupan Reyog yang ada di desa kurang berkembang jika dibandingkan dengan paguyupan yang ada di kota, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mempertahankannya agar tidak tergerus oleh jaman. Setiap desa di Ponorogo memiliki paguyuban Kesenian Reyog yang ditarikan oleh beberapa penari. Kreasi tarian pada tiap paguyuban memiliki karakteristik tersendiri. Usaha-usaha dilakukan dilingkup yang lebih kecil, seperti di Desa Sumoroto khususnya bertujuan untuk tetap mempertahankan kesenian Reyog dan kearifan lokal yang ada. Usaha ini patut untuk terus dilakukan agar kesenian tetap bertahan ditengah perkembangan jaman dan tidak hanya dikenal sebagai objek kesenian saja. Berbagai permasalahan yang ada, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul Kearifan Lokal Kesenian Reyog dan Upaya Mempertahankannya di Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. B. Fokus Permasalahan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 memberikan pengertian tentang kearifan lokal, yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Dalam penelitian ini lebih mengkaji kearifan lokal pada nilai dan norma yang terkandung didalam kesenian Reyog. Penelitian ini difokuskan kepada apa saja nilai dan norma kearifan lokal kesenian Reyog yang terkandung didalamnya, bagaimana sejarah Reyog

8 secara umum dan keadaan nyata kesenian Reyog di Desa Sumoroto, apa yang dilakukan untuk mempertahankan kesenian Reyog dimasa sekarang. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pada fokus penelitian diatas, maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah Reyog secara umum dan keadaan nyata kesenian Reyog di Desa Sumoroto? 2. Apa sajakah nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog? 3. Upaya apa yang dilakukan untuk mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Sejarah Reyog secara umum dan keadaan nyata kesenian Reyog. 2. Nilai kearifan lokal kesenian Reyog yang terkandung didalamnya. 3. Upaya mempertahankan kesenian Reyog untuk masa sekarang. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah pengetahuan dan kajian ilmu geografi khususnya geografi budaya dan geografi sosial.

9 b. Dapat dijadikan sebagai pengetahuan umum yang berguna pada penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian ini diharapkan menjadi referensi sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai kajian Geografi budaya dan geografi manusia khususnya tentang kearifan lokal kesenian Reyog dan upaya pelestariannya di Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan wawasan tentang kondisi sosial ekonomi pengrajin Reyog di Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. c. Bagi Pemerintah Hasil dari peneitian ini, dapat memberikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah setempat dalam bidang pariwisata dan kesenian yang berdampak pada keadaan sosial ekonomi. d. Bagi Paguyuban dan Pengrajin Kesenian Reyog Hasil penelitian mampu memberikan motivasi bagi paguyuban dan pengrajin untuk terus meningkatkan pelestarian kesenian Reyog.

10 e. Bagi pendidikan Dapat menjadi referensi dan wawasan umum bagi siswa Sekolah Menengah Atas kelas XI dalam mata pelajaran geografi dengan standar kompetensi menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer, pada kompetensi dasar mengenai menjelaskan fenomena geografi manusia atau antroposfer dan aspek kependudukan.