ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU. Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH UDARA MASUK TERHADAP SUHU AIR CONDITIONER (AC) KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI. Lagiyono, Saufik Luthfianto, Dani Riyadi ABSTRACT

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II STUDI PUSTAKA

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI MASSA REFRIGERAN R-12 DAN PUTARAN BLOWER EVAPORATOR TERHADAP COP PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MOBIL. Abstrak

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

Bab IV Analisa dan Pembahasan

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH VARIASI BEBAN, WAKTU PENDINGINAN DAN TEMPERATUR RUANG TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 05, No. 3, Oktober

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2012

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

ANALISA PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP VARIASI KECEPATAN PUTARAN FAN KONDENSOR DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK MENGGUNAKAN R22

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

ROTASI Volume 7 Nomor 1 Januari

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGUJIAN PERFORMANCE DAN ANALISA PRESSURE DROP SISTEM WATER-COOLED CHILLER MENGGUNAKAN REFRIGERAN R-22 DAN HCR-22

Simposium Nasional RAPI XVI 2017 FT UMS ISSN

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pemanfaatan Energi Panas pada Mesin Pengkondisian Udara 2 PK Sebagai Media Pemanas Air Mandi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Maka persamaan energi,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dilihat dengan semakin banyak digunakannya perlengkapan ini secara

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang.

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Transkripsi:

ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1 PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU Mustaqim, Rusnoto, Slamet Subedjo ABSTRACT Faculty Of Technique, University Pancasakti Non irigated dry field. This Research aim to to know air cooler burden variation influence to prstasi work cooler machine ( AC) 1PK. This research its nucleus;core do with its it lamp burden test installation space will have an effect on to achievement coefficient This research use installation space test and appliance test that is column cooler machine ( AC) 1 PK which consist of compresor, ekspansi kondensor,katup, and evaporator by using R 22. To make burden variation, in test space attached lamp which its burden variation of 1 watt, 2 watt, 6 watt. From done/conducted by research is menunjukan that is ever greater of given burden, hence done/conducted by job/activity is ever greater kompresor. With the level of done/conducted by job/activity is kompresor, yielded achievement coefficient progressively mount. burden 1 watt, 4 watt, 6 watt alternately yielded COP 16,51438, 17,8331, and 21, 2554, while required time in course of refrigeration column until temperature 18 progressively increase. Keyword: Machine Cooler, Burden Lamp, R-22, Kompresor, COP A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis, mempunyai kondisi udara dengan temperatur dan kelembaban yang cukup tinggi. Keadaan kondisi udara ini dirasakan kurang nyaman, sehingga diperlukan suatu alat yang dapat mengubah kondisi udara dari temparatur dan kelembaban yang tinggi menjadi kondisi udara yang bertemperatur dan kelembaban yang rendah, yaitu dengan peralatan pengkondisian udara (Air Conditioning ). AC (Air Conditioning) sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari dan sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah pada ruang dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal, karena selain untuk mendapatkan kondisi udara yang nyaman, juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas para dosen dan karyawan. Dalam pemasangan sistem tata udara memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pemakaian tata udara yang tidak tepat dengan kebutuhannya akan mengakibatkan pemborosan, terutama dalam hal pemakaian energi listrik. Setiap bangunan atau ruangan selain mempunyai kondisi beban pendinginan puncak juga mempunyai beban total pendinginan ruangan, yang biasanya berubah- ubah setiap jamnya. Berdasarkan hal tersebut, suatu gedung atau ruangan yang akan dikondisikan dengan memasang sistem tata udara maka perlu diketahui terlebih dahulu beban maksimum dan beban parsial yang ada dan harus ditanggulangi dengan tepat agar dapat dipakai peralatan yang tepat untuk dipasang, sehingga tidak terjadi pemborosan energi dan

biaya, serta kemungkinan kurangnya kapasitas mesin yang menyebabkan tidak tercapainya kondisi yang diinginkan. Teknik refrigerasi saat ini berkembang semakin maju dan digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yaitu digunakan untuk kenyamanan manusia maupun sebagai proses di industri, misalnya untuk mengawetkan makanan dan pemprosesan makanan. Untuk kenyamanan manusia, pengkondisian udara digunakan pada kendaraan, rumah, toko, kantor dan sebagainya. Pengkondisian udara untuk kenyamanan merupakan proses terhadap udara dan mengatur temperatur, kelembaban, kebersihan sekaligus distribusinya secara serentak untuk mendapatkan kondisi nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni di dalamnya. Pada suatu bangunan atau ruangan, mesin pengkondisian udara diperlukan untuk menyerap panas yang berasal dari sumber-sumber panas baik dari dalam ruangan maupun dari luar ruangan. Dengan adanya mesin pengkondisian udara, keadaan temperatur di ruangan akan menjadi sejuk sehingga tubuh manusia dalam lingkungan kerja akan terasa lebih nyaman. Perkembangan dan penerapan sistem refrigerasi pada ruangan mengalami peningkatan yang sangat pesat. Banyaknya kantor, rumah bahkan pasar sualayan dengan AC (air conditioner) bertujuan untuk menyegarkan udara ruangan. Sistem pengkondisian udara merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu antar berbagai komponen seperti : konpresor, kondensor, receiver tank, expansion valve dan evaporator. (Dwi Basuki Wibowo, Muhammad Subri 26). Dengan dasar tersebut penulis mencoba melakukan uji eksperimental terhadap beban lampu pada ruang instalasi uji. Lampu di gunakan karena menghasilkan panas yang memproyeksikan beban yang kemungkinan ada pada ruangan yang di pasang mesin pendingin, seperti manusia, komputer, tv dan sebagainya Oleh karena itu kami melakukan penelitian dengan judul ANALISA VARIASI BEBAN PENDINGIN UDARA KAPASITAS 1PK PADA RUANG INSTALASI UJI DENGAN PEMBEBANAN LAMPU dengan mengambil datanya secara langsung pada alat dan ruang uji di Laboratorium FT Universitas Pancasakti Tegal. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut : Adakah pengaruh yang ditimbulkan dari energi panas lampu dengan daya 1 Watt, 4 Watt, dan 6 Watt terhadap prestasi kerja mesin pendingin (COP) 3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi pembebanan menggunakan lampu dengan daya 1 Watt, 4 Watt, 6 Watt, sedangkan untuk putaran kompresornya tetap. 4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh variasi beban daya lampu terhadap prestasi kerja mesin pendingin (COP)

B. LANDASAN TEORI 1. Mesin Pendingin Mesin pendingin modern digunakan diantaranya sebagai pengawet makanan, pengkondisi udara ruangan dan pembuat es. Sebelum ditemukan mesin pendingin moderen, orang telah menggunakan mesinpendingin sederhana, untuk menghasilkan temperatur rendah (dingin), dengan menggunakan es alami yang didapat dari danau, kolam sungai pada musim dingin atau awal musim semi. Dengan berkembangnya informasi dan teknologi sekarang ini, manusia telah merasakan dampak positif dari teknologi sistem pendingin. Sehingga diciptakanlah mesin pendingin modern, diantaranya sebagai penyejuk udara ruangan. 2. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Prinsip kerja mesin pendingin adalah refrigeran keluar dari katup ekspansi, masuk ke dalam pipa-pipa evaporator. Di dalam evaporator refrigeran mulai menguap, hal ini disebabkan karena terjadi penurunan tekanan yang mengakibatkan titik didih refrigeran menjadi lebih rendah sehingga refrigeran menguap. Dalam evaporator terjadi perubahan fase refrigeran dari cair menjadi gas. Kemudian refrigeran dalam bentuk gas tersebut di alirkan kedalam kompresor. Didalam kompresor refrigeran dikompesikan kemudian di alirkan ke dalam kondensor. Refrigeran yang mengalir ke kondensor mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Di kondensor refrigeran didinginkan oleh udara luar yang mengelilingi kondensor sehingga refrigeren menjadi cair kembali. Siklus ini berlangsung terus menerus sehingga di dapat temperatur yang diinginkan. 3. Persamaan Matematika Siklus Uap m h1 V gz1 q m h2 2 v2 2 2 1 2 2 h = Entalpi [J/kg] v = Kecepatan [m/s] z = Ketinggian [m] g = Percepatan gravitasi = [9,81m/s 2 ] Q = Laju aliran energi dalam bentuk kalor[w] W = Laju aliran energi dalam bentuk kerja [W] E = Energi dalam sistem [J] a. Proses kompresi Proses kompresi dianggap berlangsung secara adiabatik artinya tidak ada panas yang dipindahkan baik masuk ataupun keluar sistem. Wc = m ref (h 2 h 1 ) Wc m ref = ( h 2 h1) Dimana : Wc :Daya kompresor (KW) h 1 : Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 2 : Entalpi refrigeran pada titik 2 (kj/kg) m ref : Laju aliran massa refrigeran (kg/s) b. Proses Evaporasi dan Kondensasi Pada proses evaporasi dan kondensasi perubahan energi kinetik dan energi potensial diabaikan de gz W d

sehingga harga v 2 /2 dan g.z pada titik 1 dan titik 2 dianggap. Qe = m ref Dimana : Qe : Laju perpindahan kalor evaporasi (kapasitas pendinginan) [kw] h 1 : Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 4 : Entalpi refrigeran pada titik 4 (kj/kg) m ref : Laju aliran massa refrigeran (kg/s) Q k = m ref Dimana : Q k : Laju perpindahan kalor kondensasi (kapasitas pengembunan) [kw] h 1 : Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 3 : Entalpi refrigeran pada titik 3 (kj/kg) m ref : Laju aliran massa refrigeran (kg/s) c. Efek Refrigenerasi Efek refrigerasi adalah besarnya kalor yang diserap oleh refrigeran dalam evaporator pad aproses evaporasi menurut (Wibowo, Subri 26:4) RE = h 1 -h 4 Dimana : RE : Efek refrigerasi (kj/kg) h 1 : Entalpi refrigeran pada titik 1 (kj/kg) h 4 : Entalpi refrigeran pada titik 4 (kj/kg) d. Koefisien Prestasi (COP) Koefisien prestasi dari sistem refrigerasi adalah perbandingan besarnya panas dari ruang pendingin (efek refrigerasi) dengan besarnya kerja yang dilakukan kompresor. h1 h4 COP = h2 h1 Dimana : h 1 : Entalpi keluar evaporator h 2 : Entalpi keluar kompresor h 4 : Entalpi masuk evaporator C. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu metode untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti, dengan mengurangi atau menyisihkan faktorfaktor lain yang mengganggu. 2. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah mesin pendingin ruangan (AC) dengan kapasitas 1PK. Sedangkan obyek penelitiannya adalah lampu bohlam dengan daya maksimal 6 watt. 3. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas Variabel bebes adalah kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu gejala. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pemvariasian beban daya lampu. b. Variabel Terikat Adalah segala peristiwa atau gejala yang muncul pada saat pelaksanaan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perbedaan efek refrigerasi dan COP pada masingmasing beban yang diberikan pada ruang uji dengan mesin pendingin ruangan (AC) kapasitas 1PK. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Presure Kpa Temperatur (C) Data dari tabel diambil pada saat suhu dalam ruang kabin 18 C, Karena keterbatasan alat maka preasure pada masing-masing titik (P1,P2,P3,P4) didapat dari tabel karakteristik refrigeran. 1. Hasil Penelitian Daya T1 T2 T3 T4 P1 P2 P3 P4 Watt C C C C Kpa Kpa Kpa Kpa 1 3 64 33 5 548.6 2643.5 1287.8 583.78 4 5 68 35 7 583.78 2874.7 1354.8 621.22 6 6 7 36 8 62.28 2995.9 1389.2 64.59 Pengambilan Data R 22 8 6 4 2 y =,121x + 62,895 R² =,9944 y =,61x + 32,447 R² =,9944 y =,61x + 2,4474 y =,61x + 4,4474 R² =,9944 R² =,9944 1 2 3 4 5 6 7 Daya Beban (Watt) T1 T2 T3 T4 Grafik 4.1. Hubungan daya beban (watt) terhadap temperatur. 4 3 2 1 y =,71x + 2577,7 R² =,996 y =,244x + 1269 y =,1145x + 573,21 y =,193x R² =,9953 + 537,97 R² =,9956 R² =,9956 1 2 3 4 5 6 7 Daya Beban (Watt) P1 P2 P3 P4 Grafik 4.2. Hubungan daya lampu (watt) terhadap tekanan Untuk mencari nilai entalpi pada masing-masing titik menggunakan tabel karakteristik refrigeran dengan berpatokan pada suhu, preasure dan bentuk refrigeran yang terdapat pada sistem. Harga enthalpi yang

Daya (kw) Entalpi (Kj/kg) Daya (watt) h1 (KJ/kg) h2 (KJ/kg) h3 (KJ/kg) h4 (KJ/kg) 1 46.44 417.82 24.52 25.897 4 47.143 417.226 243.114 28.281 6 47.493 416.89 244.418 29.477 didapatkan kemudian digunakan dalam perhitungan untuk mencari kapasitas evaporator, kerja kompresor koefisien prestasi mesin (COP y = 5 -,2x + 418,1 R² =,9995 4 y =,21x + 46,25 R² =,9942 3 2 1 y =,79x + 239,8 R² =,9946 y =,72x + 25,24 R² =,9945 Daya Beban (Watt) h1 h2 h3 h4 2. Pembahasan Dari Hasil Penelitian dengan menggunakan perhitungan Laju Aliran Masa Refrigeneran, Kapasitas Evaporator, Kapasitas Kondensor, Efek Refrigensi, Prestasi Kerja Mesin, maka didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.3. data hasil perhitungan R-22 Daya Wc mref Qe Qk RE COP Watt KW kg/s kw kw KJ/kg COP 1.792.6972 13.9712 12.3512 2.453 17.653 4.824.6395 15.1922 13.312 198.862 19.7225 6.838.8952 17.7639 15.4323 198.16 21.2251 a. Perbandingan beban (watt) terhadap Daya Kompresor,86,84,82,8,78 y = 9E-5x +,7838 R² =,9885 Grafik 4.4. Hubungan terhadap daya kompresor

Daya (kw) Laju Aliran Massa Refrigeran (Kg/s) b. Perbandingan terhadap Laju Aliran Massa Refrigeran,1,8 y = 3E-5x +,616 R² =,433,6,4,2 Grafik 4.5.Hubungan beban (watt) terhadap laju aliran massa refrigeran Pada grafik diatas menunjukan pada beban 1 watt laju aliran massa refrigeran yang terjadi dalam sistem adalah,6972 Kg/s, pada beban 4 watt laju aliran massa refrigeran yang terjadi dalam sistem melonjak menjadi,6395 Kg/s dan pada beban 6 watt meski naik tidak terlalu besar tetapi tetap mengalami kenaikan yaitu,8952 Kg/s. c. Perbandingan terhadap Kapasitas Evaporator 2 15 1 5 y =,73x + 12,963 R² =,924 Grafik 4.6. Hubungan terhadap kapasitas evaporator Dari grafik hubungan beban (watt) terhadap kapasitas eveporator diatas menunjukan bahwa semakin besar beban yang diberikan maka nilai kapasitas eveporator akan semakin besar. d. Perbandingan terhadap Kapasitas Kondensor

Efek refrigensi (Kj/kg) Kapasitas Kondensor (kw) 2 15 1 5 y =,59x + 11,522 R² =,8933 Grafik 4.7. Hubungan beban (watt) terhadap kapasitas kondensor Dari grafik di atas menunjukan bahwa semakin besar beban yang diberikan maka nilai kapasitas kondensornya akan semakin besar. Hal ini berpengaruh kepada kerja kondensor yang semakin ringan sehingga kapasitas kondensornya semakin tinggi. e. Perbandingan terhadap Efek Refrigensi 21 2,5 2 199,5 199 198,5 198 197,5 y = -,49x + 2,91 R² =,9964 Grafik 4.8.Hubungan beban (watt) terhadap efek refrigensi Dari grafik di atas menunjukan beban yang rendahefek refrigensi cenderung tinggi karena kabin pada instalasi yang kecil memungkinkan proses penyerapan panas pada ruangan optimal itu di sebabkan karena refrigeran pada sistem dapat menguap sempurna. Sedangkan pada beban 6 watt efek refrigensi semaki turun, ini disebabkan dalam ruang uji suhunya semakin panas.

COP f. Perbandingan beban (watt) terhadap COP 25 2 15 y =,71x + 16,918 R² =,9995 1 5 Grafik 4.9. Hubungan beban (watt) terhadap COP Dari grafik di atas menunjukan bahwa pada beban 1 watt memiliki COP yang terendah yaitu sebesar 17,653 hal ini di sebabkan oleh efek refrigerasi yang rendah dan kapasitas evaporator yang cenderung kecil. COP terbesar didapat pada beban 6 watt yaitu sebesar 21,2251. Dari grafik hubungan beban lampu terhadap COP di atas menunjukan bahwa nilai COP besar dikarenakan dalam ruang instalasi uji terdapat suhu yang panas karena diberi beban 6 watt. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa dari grafik hubungan daya beban (watt) terhadap prestasi kerja mesin pendingin (COP) menunjukan bahwa semakin besar beban diberikan pada ruang instalasi uji, maka kerja yang dilakukan oleh kompresor semakin berat. Hal ini dapat dilihat dari beban 1 watt, 4 watt, dan 6 watt secara berurutan COP yang dihasilkan sebesar 16.5138, 17.8331, dan 21.2554. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam proses pendinginan ruangan sampai temperatur 18 derajat semakin bertambah. 2. Saran a. Penelitian selanjutnya dapat dicoba dengan memvariasikan udara luar yang masuk ke dalam ruang uji. b. Dengan mesin pendingin yang sama dapat dicoba mengganti eveporator yang lebih besar dan mengganti kabin dengan kedap udara seperti pada freezer. Diharapkan dengan penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran. Penggunaan mesin refrigensi untuk keperluan lain selain pengkondisian udara ruangan. c. Dengan mesin pendingin yang sama dapat divariasikan dengan massa refrigeran jenis lain. d. Alat ukur harus benar-benar dicek secara teliti dan terkalibrasi

dengan benar agar tidak terjadi kesalahan pada saat pengambilan data. e. Pada saat pengisian refrigeran, pastikan instalasi alat pengisian refrigerant terpasang dengan kencang untuk menghindari kebocoran yang berakibat tidak tepatnya massa refrigerant yang diisikan. f. Tes kebocoran pada sistem setiap kali akan melakukan pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Sulistyo Nugrofao. Penerbit Erlangga. Jakarta. Reynolds, Wilbert F. dan W. Jones, Jerold. 1991. Thermodinamika Teknik. Edisi kedua. Terjemahan Filipno Harahap. Penerbit Erlangga. Jakarta. Stoecker, W.F. dan Jerold, W. J., 1996, Refrigerasi dan Penyegaran Udara. Terjemahan Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta. Wood D., Bernard. 1987. Penerapan Termodinamika Jilid 1. Edisi kedua. Terjemahan Zulkifli Harahap. Penerbit Erlangga. Jakarta Dwi Basuki Wibowo dan Mohammad Subri, 26, Pengaruh Variasi Massa Refrigeran R-22 dan Putaran Blower Evaporator terhadap COP Pada Sistem Pengkondisian Udara Mobil. Http://mesinimimus.files.wordperss.co m Dossan J., roy. 199. Principles Of Refrigeration S1 Version. Edisi pertama. Penerbit Universitas Of Houston. Texas. Efendy, Marwan 25, Pengaruh Kecepatan Putar Poros Komnresor Terhadap Prestasi Kerja Mesin Pendingin. Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Michael J., Maron dan Howard N., Shapiro. 24. Thermodinamika Teknik Jilid I. Edisi keempat. Terjemahan Yulianto