THE USE OF CASSAVA FERMENTED FLOUR AS A SUBSTITUTE FOR CORN TO FEED CONVERTION RATIO (FCR) AND CALCIUM CONTENT OF SHELL EGG QUAIL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

PENGGUNAAN CAMPURAN CASSAVA DAN TEPUNG INDIGOFERA SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PUYUH PETELUR PADA UMUR 1 5 MINGGU

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

Efisiensi penggunaan protein pada puyuh periode produksi yang diberi ransum mengandung tepung daun Kayambang (Salvinia molesta)

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

PENAMBAHAN Lactobacillus sp. DAN INULIN UMBI DAHLIA PADA RANSUM BERBEDA KUALITAS TERHADAP KETERSEDIAAN ENERGI METABOLIS DAN PRODUKSI TELUR AYAM KEDU

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

III. MATERI DAN METODE

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP BOBOT AKHIR, POTONGAN KARKAS DAN MASSA PROTEIN DAGING AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

PEMANFAATAN TEPUNG OLAHAN BIJI ALPUKAT SEBAGAI SUBTITUSI JAGUNG TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR, SERAT KASAR DAN LAJU DIGESTA PADA AYAM BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Performans produksi burung puyuh (Coturnixcoturnix japonica) dengan perlakuan tepung limbah penetasan telur puyuh

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

RESPON PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus L. Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KOLESTEROL ITIK LOKAL SKRIPSI ALFIAN PUTRA DHIMAR NUGRAHA

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

MATERI DAN METODE. Materi

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

MATERI DAN METODE. Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

PENGARUH PENAMBAHAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN VITAMIN E DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN, RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA AYAM KEDU

L.D. Mahfudz Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK. Kata kunci : ampas tahu fermentasi, penggunaan protein, itik Tegal jantan

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

PENGGUNAAN AMPAS KECAP YANG DIFERMENTASI DENGAN Trichoderma viride DALAM RANSUM TERHADAP KADAR LEMAK DAN PROTEIN DAGING AYAM BROILER SKRIPSI.

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang Peralatan dan Perlengkapan Pakan dan Air Minum

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG DAUN MENGKUDU FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP LAJU DIGESTA, KECERNAAN PROTEIN, DAN ENERGI METABOLIS AYAM KAMPUNG SUPER

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA TERHADAP LAJU PAKAN, KECERNAAN PROTEIN DAN RETENSI NITROGEN AYAM LOKAL PERSILANGAN SKRIPSI.

BAB III METODE PENELITIAN

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENGARUH TEPUNG DAUN KAYAMBANG (Salvinia molesta) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) SKRIPSI

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

Transkripsi:

PENGGUNAAN TEPUNG KETELA POHON TERFERMENTASI SEBAGAI PENGGANTI JAGUNG TERHADAP FEED CONVERTION RATIO (FCR) DAN KANDUNGAN KALSIUM CANGKANG TELUR BURUNG PUYUH THE USE OF CASSAVA FERMENTED FLOUR AS A SUBSTITUTE FOR CORN TO FEED CONVERTION RATIO (FCR) AND CALCIUM CONTENT OF SHELL EGG QUAIL L. Nuriyah*, N. Suthama**, dan V. D. Yunianto** Coresponding e-mail: desember271@gmail.com *) Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro, **) Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengkaji penggunaan tepung ketela pohon difermentasi dengan Neuospora sp. sebagai pengganti jagung terhadap kandungan cangkang telur dan FCR pada burung puyuh. Ternak percobaan adalah puyuh betina umur 6 minggu dengan lama pemeliharaan 4 minggu sebanyak 140 ekor. Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dengan 4 ulangan (7 ekor tiap unit percobaan). Perlakuan yang diterapkan meliputi ransum tanpa penggunaan tepung ketela pohon terfermentasi (T0), ransum dengan 25% tepung ketela pohon terfermentasi (T12), ransum dengan 50% tepung ketela pohon terfermentasi (T24), ransum dengan 75% tepung ketela pohon terfermentasi (T36), ransum dengan 100% tepung ketela pohon terfermentasi (T48). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan dianalisis statistik menggunakan ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan. Parameter yang diukur meliputi FCR dan kandungan cangkang telur. Rata-rata FCR dan kandungan kalsium cangkang telur tidak berbeda antar perlakuan (P>0,05). Kesimpulan penelitian adalah level terbaik pemberian tepung ketela pohon terfermentasi menggunakan Neurospora sp. adalah 25%. Kata kunci : Burung puyuh, ketela pohon, Neurospora sp., cangkang telur, FCR ABSTRACT The aim of the present study was to evaluate the utilization of fermented cassava meal using Neurospora sp. as the subtitution of maize on FCR and egghell calcium content in quail (Cortunixcortunix japonica). One hundred and forty birds of female quail (6 weeks old) were reared during 4 weeks. The experiment was assigned in completely random design with five dietary treatments and four replications (7 birds each). Dietary treatments applied were diet without fermented cassava meal (T0), diet with 25% fermented cassava meal (T12), diet with 50% fermented cassava meal (T24), diet with 75% fermented cassava meal (T36) and diet with 100% fermented cassava meal (T48). Variable measured were FCR and eggshell calcium content in quail. Data were statistically analyzed based on analysis of variance and it was continued to Duncan for significance test at the probability of 5%. The average of FCR and egg content of calcium were not significantly different (P>0,05). In conclusion, best level fermented cassava meal using Neurospora sp. is 25%. Key Words : Quail, cassava, Neurospora sp., eggshell, FCR PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 di Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 1990 sebanyak 194.754.808 jiwa dan tahun 2000 sebanyak 206.264.595 jiwa (BPS, 2011). Peningkatan jumlah penduduk berakibat pada peningkatan industri ternak unggas sebagai penyedia bahan makanan sumber hewani sehingga berdampak pula peningkatan produksi ransum nasional. Produksi ransum nasional sekitar 7,70 juta ton pada tahun 2007 dan diperkirakan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,23 83

juta (Ditjennak, 2009). Bahan baku ransum seperti bungkil kedelai, tepung ikan dan jangung juga terus mengalami peningkatan kebutuhan. Namun, peningkatan kebutuhan bahan baku ransum tidak diikuti oleh peningkatan produksi dalam negeri. Contoh bahan baku ransum yang terus mengalami peningkatan kebutuhan dan harga adalah jagung. Namun, produksi jagung dalam negeri mengalami penurunan yaitu dari jumlah tahun 2010, 18,33 juta ton menurun sebanyak 1,10 juta ton (5,99 %) menjadi 17,23 juta ton pipilan kering pada tahun 2011. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 261,82 ribu hektar (6,34 persen). Pada tahun 2009 luas lahan yang digunakan untuk menanam jagung di Indonesia seluas 4.160.659 hektar dengan jumlah produksi 17.629.748 ton, tahun 2010 luas lahan yang ditanami 4.131.676 hektar dengan jumlah produksi 18.327.636 ton dan pada tahun 2011 luas lahan yang ditanami seluas 3.869.855 hektar dengan jumlah produksi 17.230.177 ton (BPS, 2011). Jagung merupakan bahan pakan sumber energi utama dalam ransum unggas dengan komposisi mencapai 51,4% (Tangendjaja et al, 2002). Sehingga peningkatan populasi ternak unggas meningkatkan pula kebutuhan jagung. Contoh jenis unggas di Indonesia yang mengalami peningkatan adalah burung puyuh. Populasi burung puyuh meningkat dari tahun 2010 sebanyak 7.053.576 ekor meningkat menjadi 7.055.538 ekor (Dirgen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012). Peningkatan populasi ternak burung puyuh disebabkan oleh modal yang lebih sedikit dalam mengembangkan usaha peternakan puyuh di bandingkan dengan usaha peternakan ayam layer maupun unggas yang lainnya serta perputaran modal yang lebih cepat mengingat burung puyuh mempunyai siklus produksi telur pada umur muda yaitu 42 hari. Selain itu, produk telur burung puyuh juga banyak 84 diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari hampir semua warung makan menyediakan menu sate telur burung puyuh. Dari uraian di atas maka subtitusi jagung pada ransum unggas perlu dilakukan. Bahan baku ransum sumber energi yang lain contohnya adalah tepung ketela pohon. Kandungan nutrien tepung ketela pohon adalah protein kasar 2,5%, serat kasar 2,5%, lemak kasar 1,0%, energi metabolis 3.450 kkal/kg, Ckalsium0,10% dan fosfor 0,15% (Ravindran dan Balir, 1991). Kelemahan penggunaan tepung ketela pohon sebagi sumber energi dalam ransum unggas adalah tidak mengandung beta karoten sebagai prekusor vitamin A. Oleh sebab itu, maka perlu dilakukan fermentasi dengan mikroorganisme penghasil beta karoten. Contohnya adalah kapang Neurospora sp. Atau yang biasa dikenal dengan nama ragi oncom. Subtitusi jagung oleh tepung ketela pohon terfermentasi juga perlu pengkajian terhadap produktivitas telur yang dalam hal ini parameter yang di uji adalah feed convertion ratio (FCR) serta kandungan kalsium cangkang telur. Kandungan kalsium cangkang telur merupakan salah satu penentu kualitas telur (Genchev, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan tepung ketela pohon terfermentasi menggunakan Neurospora sp. untuk pengganti jagung terhadap FCR dan kandungan kalsium cangkang telur pada burung puyuh. MATERI DAN METODE Ternak dan Ransum Percobaan Burung puyuh umur 6 minggu sebanyak 140 ekor dikelompokkan dalam 20 unit percobaan (5 perlakuan dan 4 ulangan). Kandang ternak berbentuk battery dengan ukuran 60 x 35 x 35 cm. Puyuh diamati sampai 4 minggu bertelur. Komposisi dan kandungan nutrien ransum percobaan ditunjukkan pada Table 1. Pembuatan tepung ketela pohon,vol. 33, No. 1 Maret 2015

ditinjukkan pada Ilustrasi 1. Komposisi kimia tepung ketela pohon terfermentasi yang diperkaya cairan ampas tahu adalah energi metabolis: 3234,03 kkal/kg, protein kasar 18, 70%, lemak kasar 1,23 %, serat kasar 1,23%, Kalsium 0,57%, fosfor 0,15%. Prosedur Penelitian Te r n a k d i b e r i k a n r a n s u m penelitian selama 4 minggu mulai umur 6 minggu sampai awal bertelur umur 10 minggu. Air minum dan ransum percobaan diberikan ad libitum. Parameter yang diuji dalam penelitian meliputi FCR dan kandungan kalsium cangkang telur. Analisis FCR dihitung dengan menggunakan rumus: Sedangkan kandungan kalsium cangkang telur di uji dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik P e n e l i t i a n m e n g g u n a k a n rancangan acak lengkap (RAL). Data Tabel 1. Komposisi Bahan dan Nutrisi Ransum Periode Grower Bahan Penyusun Ransum dianalisis dengan menggunakan uji A N O VA d a n a p a b i l a p e r l a k u a n m e n u n j u k k a n p e r b e d a a n n y a t a dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa FCR dan kandungan kalsium cangkang telur tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05), sebagaimana terlihat dalam Tabel 2. Penggunaan tepung ketela pohon terfermentasi sampai 100% pengganti jagung menghasilkan FCR dan kandungan kalsium cangkang telur sama dengan ransum kontrol. Nilai FCR yang tidak berbeda pada tiap perlakuan menunjukkan bahwa jumlah ransum yang diperlukan dalam memproduksi telur pada saat tertentu sama antar perlakuan. Meskipun secara statistik tidak berbeda, namun nilai FCR terbaik pemberian tepung ketela pohon terfermentasi pada level 25%. Hal ini diseabkan karena konsumsi ransum dan produksi telur mulai menurun pada level pemberian tepung ketela pohon terfermentasi 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai FCR adalah konsumsi ransum, berat telur dan produksi telur. Namun, pada penelitian ini nilai FCR yang tidak berbeda disebabkan Perlakuan T0 T12 T24 T36 T48 ------------------------------ % --------------------------- Jagung 48 36 24 12 0 Bekatul 9 12 15 18,5 20 Meat Bone Meal (MBM) 8 8 7,5 7 7 Bungkil kedelai 32 29 26,5 23,5 22 Tepung ketela pohon fermentasi - 12 24 36 48 Tepung cangkang kerang 2 2 2 2 2 CaCO 3 1 1 1 1 1 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100 Kandungan Nutrien Energi Metabolis (kkal/kg) 3019,55 3000,77 2983,90 2963,44 2955,45 Protein Kasar (%) 24,42 24,34 24,30 24,28 24,23 Lemak Kasar (%) 4,30 3,92 3,52 3,11 2,73 Serat Kasar (%) 6,10 6,10 6,03 6,04 5,88 Kadar kalsium (%) 2,05 2,10 2,11 2,11 2,17 Kadar Pospor (%) 0,54 0,54 0,53 0,51 0,51 Sumber: Data Primer yang Diolah 2013 85

Tabel 2. Pengaruh Tepung Ketela Pohon Terfermentasi Variabel Perlakuan T0 T12 T24 T36 T48 FCR 6,92 6,17 6,79 6,85 7,12 Kandungan Kalsium Cangkang Telur (%) 70,80 75,13 76,79 77,28 75,61 Keterangan: Superskrip yang berbeda pada garis yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5% (P<0,05) oleh bobot telur yang sama antar perlakuan. Nilai FCR burung puyuh pada awal periode peneluran berkisar antara 5,22 6,40 (Amin, 2011). Berat telur yang sama pada penelitian ini berkisar antara 7,92 9,21 g. Hal ini disebabkan kandungan protein dalam ransum iso protein dan energi sehingga menghasilkan berat telur yang sama. Telur mengandung protein 12,7% dari berat kering (Siriwong et al., 2013) sehingga kandungan protein ransum sangat menentukan kandungan protein telur. Selain itu kandungan telur yang tidak berbeda juga disebabkan oleh bagian bagian telur yang sama. Rata-rata berat putih telur adalah 48,5-59, 5, berat kuning telur adalah 31 37% dan berat cangkang telur adalah 34,17 36,62% (Gencheve, 2012). Bagian-bagian telur yang tidak berbeda menunjukkan bahwa pemberian tepung ketela pohon terefermentasi mampu memberikan kontribusi nutrien ransum sama dengan ransum kontrol. Sehingga menyebabkan nilai FCR yang tidak berbeda. Fenomena yang sama dengan nilai FCR juga terjadi pada kandungan kalsium cangkang telur yang tidak berbeda antar perlakuan. Kandungan kalsium cangkang telur yang tidak berbeda disebabkan oleh jumlah konsumsi kalsium yang tidak berbeda dengan nilai rata rata 0,53 0,54 g/hari. Kandungan kalsium cangkang telur sekitar 80% dari total berat cangkang (Wahju, 1992). Konsumsi kalsium yang tidak berbeda disebabkan oleh kandungan kalsium tidak berbeda antar perlakuan. P a d a p e n e l i t i a n t e r j a d i penambahan CaCl pada proses 2 86 fermentasi dengan kapang Neurospora sp. yang diharapkan mampu mendukung pertumbuhan serta dapat mengubah CaCl 2 anorganik menjadi organik sehingga kalsium tersedia lebih bamyak dan mudah di manfaatkan oleh tubuh ternak. Namun, hasil penelitian ini belum menunjukkan respon. Presentase penambahan CaCl 2 pada proses fermentasi untuk memberikan hasil yang terbaik memang belum diteliti lebih lanjut. Sehingga perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap presentase penambahan CaCl2 untuk memberikan hasil optimal. Ion kalsium berperan dalam proses kalsifikasi cangkang telur. Proses p e m b e n t u k a n c a n g k a n g t e l u r memerlukan waktu sekitar 20 jam. Cangkang tersusun dari timbunan kalsium karbonat (CaCO ) dalam suatu 3 matriks protein dan mukopolisakarida. Lapisan terakhir dari cangkang adalah lapisan kutikula, yaitu material organik y a n g m e l i n d u n g i t e l u r d a r i m i k r o o r g a n i s m e p a t o g e n d a n meminimalkan penguapan air (Blakely dan Bade, 1998). KESIMPULAN Fermentasi tepung ketela pohon dengan starter Neurospora sp. untuk substitusi jagung dalam ransum memberikan hasil terbaik pada level 25%. DAFTAR PUSTAKA Amin, L. 2011. Pengaruh pemberian jinten (Cuminum cyminum) dalam pakan terhadap produksi telur puyuh. J. Agrisains. 2: 29 39. Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada,Vol. 33, No. 1 Maret 2015

University Press, Yogyakarta ( D i t e r j e m a h k a n O l e h B. Srigandono). BPS. 2011. Statistik Indonesia 2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Dirgen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2012. http://ditjennak.deptan.go.id Diakses tanggal 28 Mei 2014. Pukul 20.23. D i t j e n n a k. 2 0 0 9. R o a d m a p pengembangan pakan unggas m e n u j u k e t a h a n a n p a k a n nasional. Direktorat Budidaya Te r n a n n o n R u m i n a n s i a. Direktorat Jendral Peternakan hal. 7. Gencheve, A. 2012. Quality and composition of Japanese quail eggs (Cortunix japonica). Trak. J. Sci. 10 : 91 101. Ravindran dan Blair. 1991. Energy source for feed in Asia and Pasific region. World. Poult. Sci. J. 47: 213-218. Siriwong, W., T. Tunsaringkarn, dan W. Tungjaroenchai. 2013. Nutrient benefits of quail (Cortunix cortunix japonica) eggs. Int. J. Sci and Research Pub. 3: 1 8. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Cetakan ke- 4. Media Pustaka Utama, Jakarta (Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri). Tangendjaja, B., Y. Yusdja dan N. Ilham. 2 0 0 2. A n a l i s i s E k o n o m i Permintaan Jagung untuk Pakan. Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Jagung tanggal 4 Juni 2002 di Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Wahju, J.. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. 87