TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN

Risna Rogamelia STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT Keywords: SPICC counseling models, Elementary School Assertive Behaviour

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. masalah penyesuaian diri lainnya Damon dkk (dalam Santrock, 2003). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kiki Rizqi Nadratushalihah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gian Sugiana Sugara, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan dan cita-cita suatu negara (Mukhlis R, 2013). Oleh karena

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guna mencapai tujuan tersebut, diperlukan kondisi belajar yang kondusif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian bencana yang datang silih berganti menimbulkan trauma pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku dan segala sifat yang membedakan antara individu satu dengan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah pada Tahun Ajaran 2013/2014. yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

KONSELING SEKOLAH: LANDASAN DAN ISU-ISU KONTEMPORER

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

MODEL SPICC UNTUK MENGURANGI KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

EFEKTIVITAS MODEL KONSELING SPICC UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. siswa atau murid di lingkungan sekolahnya. Masalah yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilannya (underemployed) dan tidak menggunakan keterampilannya

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan mental individu. Bullying bisa berupa berbagai bentuk dan

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS KONSELING RATIONAL-EMOTIF BEHAVIOR THERAPY (REBT) DENGAN PENDEKATAN NARATIF UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

UPAYA MENGURANGI PERILAKU AGRESIF NON-VERBAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PALU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KONSELING MODEL SEQUENTIALLY PLANNED INTEGRATIVE COUNSELING FOR CHILDREN (SPICC) UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF KORBAN BULLYING (Stusi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh RISNA ROGAMELIA 1101146 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menyajikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Bullying menjadi fenomena yang terus menjadi perhatian di dunia, semakin besar jumlah kasus yang melibatkan siswa sebagai pelaku dan korban menjadi perhatian utamanya. Terdapat lebih dari 2.000 penelitian yang dipublikasikan tentang bullying dan mengangkat masalah korban dari seluruh dunia (Chen dan Schwartz, 2012:1). 30-40% siswa SD, SMP, dan SMA siswa di Amerika Serikat mengalami bullying di sekolah setiap hari atau mingguan (Sawyer & O'Brennan; Nishina, et al, dalam Moon, et al, 2012: 1). Dewan Pendidikan Tokyo pada bulan Juli 2012, meminta 2.184 sekolah dasar, menengah dan tinggi di daerah ibukota untuk melaporkan kasus bullying di sekolah masing-masing. Pada tanggal 13 September 2012, Dewan Pendidikan Tokyo mengumumkan total 3.535 kasus bullying dan 7.972 kasus dugaan bullying. (http://beta.beritasatu.com/asia/80259-survei-kasus-bullying-di-sekolahtokyo-meningkat.html). Indonesia menempati peringkat kedua dari 40 negara pada kasus bullying (Latitude News, 28/10/2012). Hal ini dikuatkan Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia mencatat, pada tahun 2006 kasus kekerasan pada anak mencapai 25 juta, dengan berbagai macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Data BPS tahun 2009 menunjukkan, dari seluruh laporan kasus kekerasan 30% di antaranya dilakukan oleh anak-anak dan dari 30% kekerasan yang dilakukan anak-anak tersebut, 48% terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan kadar yang bervariasi, (Indra, www.kompas.com, Sabtu, 9 April 2011 15:51 WIB). Hasil survei dari Plan Indonesia tentang perilaku kekerasan di sekolah mengungkapkan 67,9% responden menganggap telah terjadi kekerasan di sekolah,

berupa kekerasan verbal, psikologis, dan fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah. Sementara itu, 27,9% siswa SMA mengaku ikut melakukan kekerasan, dan 25,4% siswa SMA mengambil sikap diam saat melihat terjadi kekerasan. (Indra, www.kompas.com, Sabtu, 9 April 2011 15:51 WIB). Kecenderungan yang terjadi yaitu anak-anak yang "berbeda" (status sosial ekonomi rendah, memakai kacamata, kelebihan berat badan, memakai pakaian yang berbeda), memiliki resiko menjadi korban bullying (Espelage dan Asiado, dalam McEachern, et al: 2005), Beane (2008: 74) menambahkan bahwa anakanak yang kurang dapat menunjukkan perilaku asertif juga memiliki resiko menjadi korban bullying, hal tersebut dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Novalia & Dayakisni, Tri (2013) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku asertif siswa maka semakin rendah kecenderungan menjadi korban bullying, demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi kecenderungan menjadi korban bullying. Anak yang menjadi korban bullying tersebut berpotensi memiliki berbagai masalah psikologis dan emosional seperti depresi, kecemasan, bunuh diri, putus sekolah, penarikan diri, dan kesulitan belajar (Greenbaum & Stephens; Olweus; Rigby & Slee; Salmon, et al, dalam Moon, et al, 2012: 828). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian (Dini: 2012) yang menyimpulkan bahwa korban bullying dapat mengalami perasaan rendah diri, dan dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan korban akan mengalami post-traumatic disorder (PTSD) yang ditandai dengan adanya kecemasan yang berlebihan pada individu dalam menghadapi suatu kejadian yang berkaitan dengan pengalaman traumatisnya. Masalah-masalah yang mungkin akan dialami pada anak korban bullying itu dapat menghambat anak dalam mencapai tugas perkembangan dan kompetensi dirinya, yang kemudian akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam mencapai tugas-tugas berikutnya, (Nurihsan & Agustin, 2011: 18). Berdasarkan hal itu, layanan bimbingan dan konseling diperlukan untuk memfasilitasi siswa agar dapat mencegah dan menanggulangi masalah-masalah tersebut dan

membantu siswa untuk mencapai perkembangan dirinya dengan optimal, sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik agar peserta didik dapat mencapai perkembangan optimalnya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 24-25). Bimbingan konseling memiliki beberapa bidang layanan, yaitu bidang layanan akademik, bidang layanan karir dan bidang layanan bimbingan pribadi sosial. Bidang layanan bimbingan konseling pribadi-sosial merupakan bagian dari bidang layanan bimbingan dan konseling yang difokuskan terhadap proses bantuan terhadap permasalahan pribadi-sosial individu, agar individu dapat mencapai keberhasilan dalam perkembangan pribadi-sosialnya. Menurut Syaodih (2007:74), individu yang berhasil adalah individu yang dapat menyesuaikan diri, mampu menghadapi tantangan dan ancaman, juga mampu mengatasi hal-hal baru. Syaodih (2007:72), mengemukakan beberapa alasan mengapa pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat mengoptimalkan perkembangan anakanak dan remaja, yaitu: 1) pemberian bantuan dalam bimbingan dan konseling didahului oleh upaya-upaya pemahaman kemampuan, karakteristik dan kesulitankesulitan yang dialami oleh perserta didik; 2) pemberian layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara individual, kelompok, klasikal dan massal; 3) layanan bimbingan dan konseling diberikan secara profesional oleh orangorang yang memiliki profesi di bidang bimbingan dan konseling. Salah satu jenis layanan dalam bidang layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah konseling dengan bidang layanan pribadi-sosial. Tujuan utama konseling pada anak adalah membantu anak untuk kembali atau mendapatkan fungsi adaptif yang sehat dan relevan dengan tahap perkembangannya (Vernberg dalam Widijanto, 2012: 78). Geldard dan Geldard dalam Widijanto (2010: 3) mengungkapkan bahwa konseling pada anak tidak dapat disamakan dengan konseling pada remaja ataupun orang dewasa, konseling pada anak memerlukan keterampilan konseling dengan menggunakan media dan cara yang berbeda. Proses konseling anak menggunakan beberapa konsep pokok pendekatan konseling, sehingga akhirnya Geldard dan Geldard mengembangkan suatu model konseling pada anak yang menggabungkan berbagai pendekatan

konseling, dan kemudian dinamakan sebagai Model SPICC (Sequentially Planned Integrative Counseling for Children). Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 28 Mei 2013 di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh mendapatkan hasil dari 60 siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh, terdapat 42 siswa yang memiliki perilaku asertif dalam kategori sedang dan 18 siswa yang memiliki perilaku asertif dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan, rata-rata siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh memiliki perilaku asertif dalam kategori sedang. Secara lebih lanjut, pencapaian skor pada setiap aspek perilaku asertif siswa kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh sesuai dengan kategori dan frekuensi jumlah siswa digambarkan dalam tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Profil Aspek Perilaku Asertif Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Berdasarkan Kategori dan Frekuensi Jumlah Siswa Aspek Frekuensi Kategori 1. Memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri 2. Mengenali kekuatan dan keterbatasan diri 3. Menilai apa yang dipikirkan dan dirasakan 4. Mengekspresikan secara jelas, langsung dan tepat pikiran juga perasaan 36 Sedang 33 Sedang 38 Tinggi 41 Sedang Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan pada studi pendahuluan, masih ditemukan siswa yang sering kali menjadi target ejekan, keisengan, bahkan terdapat siswa yang sering menjadi pelaku bullying terhadap teman yang lain dibawah ancaman pelaku sebenarnya. Sehingga bantuan kepada siswa yang memiliki perilaku asertif yang kurang dibandingkan dengan temannya yang lain masih dianggap perlu untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul Efektifitas Penggunaan Konseling Model Sequentially Planned Integrative Counseling For Children (SPICC) Untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Pada Korban Bullying (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013). B. Identifikasi Masalah Berdasasrkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi permasalahan bahwa anak-anak yang "berbeda" (status sosial ekonomi rendah, memakai kacamata, kelebihan berat badan, memakai pakaian yang berbeda), (Espelage dan Asiado, dalam McEachern, et al: 2005), serta anak-anak yang kurang dapat menunjukkan perilaku asertif cenderung memiliki resiko menjadi korban bullying (Beane, 2008: 74). Masalah psikologis dan emosional seperti depresi, kecemasan, bunuh diri, putus sekolah, penarikan diri, dan kesulitan belajar (Greenbaum & Stephens; Olweus; Rigby & Slee; Salmon, et al, dalam Moon, et al, 2012: 828), juga posttraumatic disorder (PTSD), (Dini, 2012), berpotensi dialami oleh anak korban bullying, sehingga diperlukan suatu proses bantuan yang diberikan kepada anak salah satunya dengan melakukan proses konseling kepada anak Konseling pada anak tidak dapat disamakan dengan konseling pada remaja ataupun orang dewasa, konseling pada anak memerlukan keterampilan konseling dengan menggunakan media dan cara yang berbeda, (Geldard dan Geldard dalam Widijanto, 2010: 3). Konseling Model SPICC (Sequentially Planned Integrative Counseling for Children) menggabungkan berbagai pendekatan konseling yang diatur secara berurutan untuk melakukan konseling pada anak, dimulai dengan konseling menggunakan pendekatan client centered therapy untuk membangun kedekatan konselor dan konseli hingga menggunakan pendekatan behavior therapy untuk membantu anak berlatih dan menentukan perilaku yang tepat untuk dirinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan anak untuk menunjukkan perilaku asertif agar anak dapat terhindar dari perilaku bullying.

C. Rumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini diperinci dalam pertanyaanpertanyaan berikut: 1. Seperti apa gambaran perilaku asertif siswa korban bullying di kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013? 2. Seperti apa bentuk program konseling model SPICC terhadap siswa kelas IV korban bullying di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013? 3. Bagaimana efektivitas penggunaan konseling model SPICC terhadap perilaku asertif pada siswa kelas IV korban bullying di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku asertif siswa di kelas IV Sekolah Dasar, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan korban mendapatkan bullying, mengetahui upaya guru dalam memberikan bimbingan terhadap siswa yang menjadi korban bullying, serta melakukan konseling untuk meningkatkan perilaku asertif siswa kelas IV Sekolah Dasar yang menjadi korban bullying. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh : 1. gambaran perilaku asertif siswa korban bullying di kelas IV SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013; 2. bentuk program konseling model SPICC terhadap siswa kelas IV korban bullying di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh tahun ajaran 2012/2013; 3. efektivitas penggunaan konseling model SPICC untuk meningkatkan perilaku asertif pada siswa kelas IV korban bullying di SD Negeri 1 Kelapa Tujuh Tahun Ajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dalam pengembangan ilmu bimbingan dan konseling khususnya dalam meningkatkan perilaku asertif siswa dan menangani korban bullying di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis Sedangkan manfaat secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak : a. Siswa Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri, mengenali kekuatan dan keterbatasan diri, menilai yang dipikirkan dan dirasakan dan mengekspresikannya secara jelas, langsung dan tepat agar terhindar dari perilaku bullying. b. Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan khususnya dalam menciptakan kultur sekolah yang bebas dari perilaku bullying. c. Guru Bimbingan dan Konseling Bagi guru bimbingan dan konseling hasil penelitian sebagai strategi alternatif dalam memberikan bantuan layanan bimbingan dan konseling untuk masalah anak, terutama untuk meningkatkan perilaku asertif anak korban bullying. d. Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut mengenai konseling pada anak dengan menggunakan konseling model SPICC untuk meningkatkan perilaku asertif siswa kelas 4 SD.