BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya akan melalui beberapa tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya selalu dihadapkan dengan berbagai macam masalah dan persaingan yang tidak kunjung habis. Masalah tersebut umumnya tidak menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan, ada yang penting atau tidak penting, besar atau kecil. Masalah yang dihadapi manusia disetiap rentang usianya berbeda sesuai dengan tugas perkembangan yang diemban. Berdasarkan sudut perkembangannya, usia yang dianggap paling bermasalah adalah usia remaja. Hurlock (1997) menyatakan bahwa, masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk mengangkat diri sendiri sebagai individu. Perubahan-perubahan tersebut bagi remaja kadang-kadang merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan sering menimbulkan masalah. Daradjat (2000), mengemukakan bahwa masalah yang dihadapi oleh remaja adalah: (1) masalah yang menyangkut pertumbuhan jasmani, (2) masalah hubungan dengan orang tua yang disebabkan karena kurangnya pengertian orang tua terhadap pertumbuhan yang dihadapi anak, (3) masalah agama, (4) masalah masa depan, (5) 1

2 masalah sosial dimana pada masa ini perhatian remaja terhadap kedudukannya dalam masyarakat sangat besar, remaja ingin selalu diterima oleh kawan-kawannya. Masalah sosial dan psikologis merupakan masalah yang sering muncul dan menyita perhatian yang besar bagi remaja. Remaja harus mampu menguasai fungsi fisik dan psikisnya, menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Ketidakmampuan remaja untuk menguasai fungsi fisik, psikis dan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan menimbulkan masalah baru, sehingga seringkali ditemukan adanya masalah yang berkepanjangan dan tidak terselesaikan dengan baik yang akhirnya dapat menjadi ganjalan dalam mempertahankan suatu hubungan. Keadaan yang tidak menyenangkan tersebut memerlukan suatu pemecahan masalah. Menurut Chaplin (2001) pemecahan masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif-alternatif jawaban mengarah pada satu sasaran atau kearah pemecahan yang ideal. Usaha untuk memecahkan masalah adalah mutlak perlu bagi setiap manusia demi kesehatan jasmani dan rohani. Remaja yang sedang menghadapi masalah, idealnya membutuhkan suatu perencanaan dan pengelolaan tugas yang baik, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga dapat memecahkan masalah dengan mudah dan cepat. Namun kenyataannya, dalam menghadapi suatu masalah yang begitu kompleks tersebut ada sebagian remaja yang dapat mengatasinya, namun tidak jarang ada sebagian remaja yang mengalami kegagalan dalam mengatasinya. Remaja yang gagal

3 mengatasi masalah sering kali berontak dan melawan otorita. Apalagi bila tanpa arahan remaja bisa bertindak sesuka hati dan bisa melakukan hal-hal yang negatif. Dewasa ini banyak remaja yang tidak menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Perilaku yang menurut remaja akan menyelesaikan masalah justru membuat masalah menjadi rumit. Contoh nyata yang sering terjadi adalah maraknya perkelahian antar pelajar yang disebabkan karena adanya masalah yang sepele, remaja yang melakukan bunuh diri karena terjadi konflik dengan pacar, teman atau orang-orang di sekitarnya, remaja yang mengalami stres karena prestasinya yang berkurang, kemudian lari ke narkoba dan minuman keras, dan pergaulan seks bebas serta masih banyak kasus lain yang melibatkan masa remaja. Akhir-akhir ini sering terjadi kasus perilaku remaja yang sulit dikendalikan. Tidak hanya pertengkaran antara remaja saja yang mereka lakukan namun mereka juga menganggu masyarakat dengan melakukan penodongan, penyerbuan bahkan yang lebih ekstrim lagi sampai membunuh temannya sendiri. Di Jakarta 8 pelajar SMA membunuh sopir kondektur metromini karena pengaruh minuman keras. Di Semarang terjadi bentrok antar pelajar yang mengakibatkan 10 pelajar terluka dan harus dibawa ke rumah sakit. Kasus tawuran yang terjadi di Semarang, dipicu dari isu bahwa seorang siswa dari SMK Perdana Semarang dipukul oleh siswa SMAN 2 Semarang pada saat terjadi pertandingan bola basket yang diadakan di SMAN 2 Semarang. Pada pertandingan tersebut kelompok SMK Perdana Semarang dikalahkan oleh SMAN 2 Semarang dalam babak penyisihan. Pelajar dari SMK Perdana Semarang berusaha membalas kekalahannya dengan memukul sehingga terjadi

4 pertengkaran antar pelajar (Muslim, 2003.http://www.suaramerdeka.com harian/0110/10/kot11.htm). Wakapolres Semarang Timur Kompol Andik Setiyono menyatakan, angka tawuran pelajar di wilayah Semarang cukup mengkhawatirkan. Pada tahun 2004, terjadi 6 kasus tawuran pelajar di wilayah Polres Semarang Timur, 8 kasus di Polsek Semarang Tengah, 5 kasus di Polsek Pedurungan, dan 5 kasus di Polsek Sidodadi, 4 Polsek Genuk, 2 kasus di Polsek Semarang Selatan, 4 kasus di Polsek Semarang Utara (Yusuf, 2005. http//www.suaramerdeka.com/harian/0501/12/kot13.htm). Menurut data penelitian yang dilakukan oleh Centra Remaja Mitra Jakarta menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kasus kejahatan yang melibatkan remaja di Indonesia. Pada tahun 2001 terdapat 4012 kasus, tahun 2002 terdapat 5078 kasus dan sepanjang tahun 2003 telah mencapai 6923 kasus. Perbandingan tahun 2001 dan 2003 menunjukkan bahwa kasus kejahatan remaja meningkat sebesar 36,8%. Kenyataan di lapangan juga menujukkan dari 15.000 kasus narkoba selama 2 tahun terakhir 46% diantaranya dilakukan oleh remaja. Hasil data yang ada menunjukkan 96,2% kejahatan sering dilakukan oleh remaja laki-laki (Fakhruddin, 2004. http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2004/04/06/0199.html). Kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa remaja Indonesia memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah. Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi lemahnya kemampuan memecahkan masalah pada remaja adalah tidak adanya kemampuan mengendalikan emosi. Remaja yang memiliki kecerdasan otak yang tinggi tanpa adanya kecerdasan emosi terkadang dapat membuat suatu

5 keputusan yang salah atau bahkan bertindak dengan tidak terkontrol. Hasil penelitian Goleman (1997) menyebutkan kecerdasan bila tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses dalam hidupnya. Peranan kecerdasan adalah hanya 20% untuk menopang kesuksesan hidup seseorang sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain, salah satunya adalah kecerdasan emosi. Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional (emotional intelligence) menggambarkan kemampuan individu untuk mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya, kecerdasan emosi juga mempengaruhi prestasi, perilaku, dan penyesuaian sosial, konsep diri, kepribadian anak dan pemecahan masalah. Jadi, kecerdasan emosi lebih berguna karena menyangkut hampir mencakup seluruh kehidupan sedangkan kecerdasan intelektual hanya akan nampak pada bangku pendidikan saja. Fenomena yang terjadi di sekolah-sekolah, pada umumnya sekolah hanya bertugas untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan kepada anak, sehingga yang diutamakan adalah perkembangan intelektual. Pembentukan intelektual memang penting, tetapi karena intelektual selalu diutamakan maka segi-segi lain kurang mendapat perhatian. Salah satu yang kurang diperhatikan adalah kecerdasan emosi. Sebagai contoh; seorang pelajar dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan akademik sehari-hari tidak lepas dari kesulitan-kesulitan. Kesulitan tersebut dapat menimbulkan dan mengganggu emosi serta dapat mempengaruhi kehidupan mental remaja. Individu yang kondisi emosinya rendah akan selalu dikuasai oleh kecemasan atau

6 ketakutan akan kegagalan daripada harapan untuk berhasil. Individu yang terjebak dalam keadaan ini akan kesulitan untuk menyerap informasi dengan efisien, sehingga emosi dapat mengalahkan konsentrasi yang berimplikasi pada lumpuhnya kemampuan mental. Hal ini akan berdampak lanjut pada terhambatnya seseorang dalam berfikir dan berencana. Oleh karena itu, remaja yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah mungkin kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik. Sebaliknya remaja yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi dimungkinkan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan baik, karena remaja yang memiliki kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan (Goleman, 2000). Telah dikemukakan di atas kenyataan yang dihadapi oleh seorang remaja tidak seperti yang diharapkan. Sebagai seorang remaja yang belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya, remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang menimbulkan masalah. Berbagai masalah yang dialami oleh remaja terkadang tidak dapat diselesaikan dengan baik, karena sebagian besar remaja masih labil emosinya sehingga menyebabkan ketidakmampuan remaja dalam mengatasi masalah dan masalah yang dihadapi akan semakin rumit, keinginan untuk meraih sukses semakin surut yang akhirnya akan dapat mempengaruhi masa depannya. Hasil penelitian Sumantri (2002) menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat intelligensi dengan kemampuan memecahkan masalah pada

7 remaja. Remaja yang memiliki tingkat intelligensi yang tinggi cenderung dapat memecahkan masalah dengan mudah dan cepat, sebaliknya remaja yang memiliki tingkat intelligensi yang rendah cenderung kurang dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Hal ini terjadi karena dalam memecahkan masalah kemampuan kognitif sangat diperlukan untuk memahami dan menganalisa suatu masalah sehingga menghasilkan suatu pemecahan masalah yang ideal. Sedangkan penelitian Hastanti (2000) menyebutkan dalam melakukan suatu tindakan kemampuan kognitif mutlak diperlukan, tetapi remaja lebih sering melibatkan emosi dalam bertindak, bahkan dalam mengambil suatu keputusan yang rasional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan kemampuan memecahkan masalah pada remaja? Untuk menjawab rumusan masalah di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Remaja B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan antara lain adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kemampuan memecahkan masalah pada remaja. 2. Tingkat kecerdasan emosi pada remaja. 3. Tingkat kemampuan memecahkan masalah pada remaja.

8 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pendidik. a. Kepala sekolah, diharapkan dapat menambah wawasan bagi kepala sekolah untuk dapat mengambil langkah yang tepat untuk memberikan pendidikan yang lebih baik. b. Guru, diharapkan dapat menambah wawasan tentang pentingnya pemecahan masalah yang baik pada remaja sehingga remaja tidak mencari pemecahan yang salah sebagai jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. 2. Orang tua, diharapkan lebih memahami remaja dan permasalahannya sehingga mampu memberikan dorongan pada remaja dalam memecahkan masalahnya. 3. Remaja, diharapkan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengelola kecerdasan emosi sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik. 4. Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk memperluas wawasan dan menambah jumlah hasil penelitian sebagai pengembangan ilmu psikologi pendidikan pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.