BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta caracara

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

2.1. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja Tahun 2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

B A B V I PEMANTAUAN DAN EVALUASI

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

BUPATI ROKAN HILIR KEPUTUSAN BUPATI ROKAN HILIR NOMOR 353 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN ROKAN HILIR

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

Bab II Perencanaan Kinerja

PENGANTAR. Jakarta, 20 Oktober Michael Calvano, Ph.D. Chief of Party, DBE 2

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012 )

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

Rancangan RPJMD Kabupaten Belitung Timur Tahun

Penyusunan Rencana Kerja dan Pembagian Tugas Pokja Hasil rencana kerja terlampir,

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

Modul PENGENDALIAN DAN EVALUASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

Rencana Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuasin 2016

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

SKPD : DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA,

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS RAKORTEK PUG DI BATAM DARI TANGGAL 10 APRIL 14 APRIL 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

Komite Advokasi Nasional & Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI MALUKU TENGGARA

9.1 PROGRAM TRANSISI 9.2 KAIDAH PELAKSANAAN

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 24 April 2015 BUPATI BANYUWANGI, Ttd. H. ABDULLAH AZWAR ANAS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAH DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Tahun Anggaran 2015

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

KONSULTAN PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS untuk ditempatkan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG BADAN KOORDINASI PENGELOLAAN EKOSISTEM KAWASAN DANAU TOBA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT

Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data (Wawancara, FGD, dan Observasi Kajian Pengembangan Masyarakat).

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 jo No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Keuangan di Daerah

Transkripsi:

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian dan pengukuran perannya yang menyeluruh. LSM sebagai lembaga pendorong sekaligus sebagai lembaga penekan atas kebijakan pemerintah, seringkali menetapkan tujuan lembaga beserta program yang dijalankan bersifat jangka panjang yang sulit untuk dicapai dalam waktu yang singkat. Sementara kebutuhan terhadap ukuran keberhasilan pencapaian tujuan dan kinerja lembaga mempunyai peran yang sangat penting bagi keberlanjutan lembaga dan keberterimaan publik. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan program PHBM, LSM mempunyai keragaman metode, pendekatan, dan sebaran wilayah yang berbeda-beda. Berdasarkan pengalaman LSM, pendampingan yang mengangkat isu konservasi melalui pendekatan ekologis memiliki tingkat kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan isu pendampingan teknis dan advokasi. Hal ini disebabkan isu konservasi masih sulit dimengerti dan diterima oleh masyarakat karena manfaat dan dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih adanya kesenjangan (gap) kapasitas atas pengetahuan dan pemahaman tentang teknis kehutanan dan advokasi, termasuk juga tentang konservasi, baik di tingkat masyarakat maupun di tingkat LSM sendiri. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pemahaman serta pengalaman yang dimiliki baik oleh masyarakat dampingan maupun oleh tim pelaksana program. Sehingga hal ini akan menghambat proses pendampingan dalam program PHBM. Kebutuhan dan permasalahan yang terjadi yang berkaitan dengan pelaksanaan program PHBM di beberapa wilayah tidak adakan semua dapat terpenuhi dan terpecahkan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu di kalangan masyarakat perlu ditumbuhkembangkan institusi lokal yang murni

muncul dari inisiatif masyarakat sendiri untuk memenuhi dan memecahkan berbagai kebutuhan dan permaslahan yang mereka hadapi sendiri. LSM, dalam konteks ini, hadir dan berperan untuk mengisi kekosongan institusional yang dapat memenuhi dan memecahkan kebutuhan dan permasalahan masyarakat yang memang belum dapat dipenuhi dan dipecahkan oleh pemerintah dan pihak swasta. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa masyarakat cenderung tidak dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan publik. Peran aktif dari LSM untuk senantiasa mendampingi masyarakat agar kebijakan terkait dengan publik (public policy) selalu berorientasi pada masyarakat serta mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance). Berdasarkan permasalahan diatas, maka diperlukan suatu rancangan program strategis dengan tujuan utama untuk meningkatkan peran LSM dalam menjalankan program PHBM. Rancangan program strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM diantaranya adalah: 5. Pengembangan Kapasitas dan Kelembagaan LSM 6. Pengembangan Pemberdayaan Kapasitas dan Kelembagaan Masyarakat Dampingan 7. Pengembangan Advokasi pada Pemerintah Daerah 8. Pengembangan Usaha Masyarakat Dampingan bersama Pihak Swasta 8.2. Prioritas Program Strategis 8.2.1. Perencanaan dan Pelaksanaan Program Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap peran LSM dalam program PHBM, maka dapat dirumuskan beberapa prioritas program strategis berdasarkan analisis LFA yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya adalah masyarakat, LSM, pemerintah, dan swasta (Tabel 23). Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM di Indonesia. Indikator dari tujuan ini adalah meningkatnya kinerja dan dan peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM. Sementara alat verifikasi yang dapat dilakukan adalah meningkatnya kinerja LSM, meningkatnya kesejahteraan masyarakat, meningkatnya kelestarian sumberdaya hutan, serta meningkatnya hubungan yang sinergi antara masyarakat,

LSM, swasta dan pemerintah. Asumsi dalam melaksanakan program ini adalah adanya kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang adil dan lestari serta tidak terjadi gejolak sosial politik yang mempengaruhi kinerja program Beberapa keluaran (output) dari program ini adalah: 1. Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM 2. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam program PHBM 3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM 4. Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM Sementara indikator pencapaian dari output tersebut diantaranya adalah: 1. Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM, indikatornya adalah: a. Terselenggaranya pelatihan strategi advokasi yang diikuti oleh seluruh staf b. Terselenggaranya pelatihan mobilisasi sumberdaya yang diikuti oleh seluruh staf c. Terselenggaranya pelatihan strategi penggalangan dana yang diikuti oleh seluruh staf d. Terselenggaranya pelatihan teknis kehutanan yang diikuti oleh seluruh staf e. Terselenggaranya pelatihan pengembangan kawasan konservasi yang diikuti oleh seluruh staf f. Terselenggaranya pelatihan pengembangan PHBM yang diikuti oleh seluruh staf g. Terselenggaranya kajian kebijakan terkait dengan PHBM h. Terselengganaya lokalatih penyusunan peraturan daerah yang diikuti oleh seluruh staf i. Terbentuknya jaringan kerja antar LSM yang diikuti oleh seluruh staf 2. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam program PHBM, indikatornya adalah: a. Terlaksananya sosialisasi teratur terhadap visi, misi dan prinsip-prinsip LSM kepada mayarakat b. Terlaksananya lokakarya pengembangan unit usaha ekonomi masyarakat c. Terlaksananya Pelatihan pengembangan PHBM d. Terlaksananya pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat

3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM, indikatornya adalah: a. Terlaksananya pola kerjasama dan kemitraan dengan pemerintah daerah b. Terlaksananya public hearing dan seri dialog dengan pemerintah daerah terkait dengan program PHBM, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan c. Terselenggaranya lokakarya penyusunan model PHBM yang lestari berbasis pola kemitraan 4. Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM, indikatornya adalah: a. Terlaksananya pola kemitraan dan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha masyarakat; b. Terlaksananya kegiatan advokasi kepada pihak swasta untuk turut serta dalam mengembangkan kelestarian sumberdaya alam Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dari program ini adalah: 1. Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM, melalui kegiatan: a. Pelatihan strategi advokasi b. Pelatihan mobilisasi sumberdaya c. Pelatihan strategi penggalangan dana d. Pelatihan teknis kehutanan e. Pelatihan pengembangan kawasan konservasi f. Pelatihan pengembangan PHBM g. Kajian kebijakan terkait dengan PHBM h. Lokalatih penyusunan peraturan daerah i. Pembentukan jaringan kerja antar LSM 2. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam program PHBM, melalui kegiatan: a. Sosialisasi teratur terhadap visi, misi dan prinsip-prinsip LSM kepada mayarakat b. Lokakarya pengembangan unit usaha ekonomi masyarakat c. Pelatihan pengembangan PHBM d. Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat

3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM, melalui kegiatan: a. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas Kehutanan, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Bupati, Gubernur, dan DPRD) b. Melakukan public hearing dan seri dialog dengan pemerintah daerah terkait dengan program PHBM, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan c. Lokakarya penyusunan model PHBM yang lestari berbasis pola kemitraan 4. Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM, melalui kegiatan: a. Melakukan kemitraan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha masyarakat; b. Melakukan advokasi kepada pihak swasta untuk turut serta dalam mengembangkan kelestarian sumberdaya alam Untuk melakukan kegiatan tersebut, beberapa alat verifikasi yang dapat digunakan diantaranya adalah daftar hadir kegiatan, catatan hasil diskusi, dokumentasi kegiatan (foto), laporan kegiatan, laporan perkembangan program, catatan hasil pelatihan, modul/makalah/alat peraga pelatihan, booklet, dan CD interaktif. Prioritas program strategis ini dimaksudkan untuk memberikan rekomendasi atas penekanan program-program yang dapat dijalankan oleh berbagai pihak dalam mewujudkan PHBM yang lestari dan masyarakat sejahtera. Sementara rencana pelaksanaan prioritas program strategis tersaji dalam Tabel 24. Program ini akan dijalankan selama 20 bulan dan disesuaikan dengan kondisi masingmasing daerah. 8.2.2. Monitoring dan Evaluasi Program Monitoring dan evaluasi ini diposisikan sebagai upaya penting dalam pengelolaan program ini dengan mendasarkan pada prinsip kesepakatan, keterbukaan, kesetaraan, tanggung gugat, partisipasi, kejujuran dan keterpaduan. Monitoring dan evaluasi ini akan dilakukan secara bertingkat dan dilakukan pada interval waktu tertentu yang disepakati diantara para pihak.

Pemantauan (monitoring) dilakukan melalui refleksi bulanan di tingkat tim pelaksana program (TPP) dan pertemuan bulanan. Monitoring ini dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan adalah sesuai dengan yang direncanakan, dan berbagai perkembangan lapangan bisa ditindaklanjuti secara baik agar selaras dengan pencapaian tujuan program. Untuk mengefektifkan proses dan hasil monitoring maka instrumen, cara, dan waktu serta peserta monitoring akan disepakati antara TPP dan mitra. Sekaligus untuk memperbesar akses dan kontrol masyarakat pada proses ini maka perencanaan dan pelaksanaan monitoring ini sejauh mungkin didekatkan pada komunitas program. Monitoring dilakukan pada tiap semester di tingkat program. Evaluasi sebagai upaya penilaian melalui pembandingan antara hasil yang dicapai dengan hasil yang ditetapkan akan dilakukan secara bertingkat dan bertahap dalam waktu 6 bulan sekali pada tingkat program. Tingkat evaluasi dilakukan pada tingkat kelompok, program dan dengan mitra.

Tabel 23. Matrik Perencanaan Program Tujuan Meningkatkan peran LSM dalam Pelaksanaan program PHBM di Indonesia Indikator Alat Verifikasi Asumsi Meningkatnya kinerja dan dan peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM Meningkatnya kinerja LSM Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Meningkatnya kelestarian sumberdaya hutan Meningkatnya hubungan yang sinergi antara masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah Adanya kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang adil dan lestari Tidak terjadi gejolak sosial politik yang mempengaruhi kinerja proyek Keluaran/Output [1] Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM Terselenggaranya pelatihan strategi advokasi yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya pelatihan mobilisasi sumberdaya yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya pelatihan strategi penggalangan dana yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya pelatihan teknis kehutanan yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya pelatihan pengembangan kawasan konservasi yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya pelatihan pengembangan PHBM yang diikuti oleh seluruh staf Terselenggaranya kajian kebijakan terkait dengan PHBM Terselengganaya lokalatih penyusunan peraturan daerah yang diikuti oleh seluruh staf Terbentuknya jaringan kerja antar LSM yang diikuti oleh seluruh staf Daftar hadir kegiatan Catatan hasil diskusi Dokumentasi kegiatan (foto) Laporan Kegiatan Laporan Perkembangan Program Catatan hasil pelatihan Modul/makalah/alat peraga pelatihan Booklet CD Interaktif seluruh pengurus LSM Kesadaran seluruh pengurus LSM untuk menerima proses peningkatan kapasitas personel

Indikator Alat Verifikasi Asumsi [2] Peningkatan kapasitas masyarakat dalam program PHBM Terlaksananya sosialisasi teratur terhadap visi, misi dan prinsip-prinsip LSM kepada mayarakat Terlaksananya lokakarya pengembangan unit usaha ekonomi masyarakat Terlaksananya Pelatihan pengembangan PHBM Terlaksananya pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat Daftar hadir kegiatan Daftar hadir kegiatan diskusi kelompok Dokumentasi foto kegiatan Catatan hasil diskusi kelompok Catatan hasil pelatihan dan lokakarya Modul/makalah/alat peraga pelatihan Booklet CD Interaktif Laporan Kegiatan Laporan Perkembangan Program masyarakat Kesadaran masyarakat untuk menerima proses peningkatan kapasitas dalam program PHBM [3] Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM Terlaksananya pola kerjasama dan kemitraan dengan pemerintah daerah Terlaksananya public hearing dan seri dialog dengan pemerintah daerah terkait dengan program PHBM, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan Terselenggaranya lokakarya penyusunan model PHBM yang lestari berbasis pola kemitraan Daftar hadir kegiatan Dokumentasi foto kegiatan Catatan hasil diskusi Catatan hasil lokakarya Modul/makalah/alat peraga Booklet CD Interaktif Laporan Kegiatan Laporan Perkembangan Program Tersedia rumusan model PHBM yang lestari berbasis pola kemitraan pemerintah daerah Kesadaran pemerintah daerah untuk menerima proses peningkatan kapasitas dalam program PHBM [4] Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM Terlaksananya pola kemitraan dan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha masyarakat; Terlaksananya kegiatan advokasi kepada pihak swasta untuk turut serta dalam Daftar hadir kegiatan Dokumentasi foto kegiatan Catatan hasil diskusi Laporan Kegiatan Laporan Perkembangan pihak swasta Kesadaran pihak swasta untuk menerima proses peningkatan

Indikator Alat Verifikasi Asumsi mengembangkan kelestarian sumberdaya alam Program kapasitas dalam program PHBM Kegiatan Input [1] Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM a. Pelatihan strategi advokasi b. Pelatihan mobilisasi sumberdaya c. Pelatihan strategi penggalangan dana d. Pelatihan teknis kehutanan e. Pelatihan pengembangan kawasan konservasi f. Pelatihan pengembangan PHBM g. Kajian kebijakan terkait dengan PHBM h. Lokalatih penyusunan peraturan daerah i. Pembentukan jaringan kerja antar LSM Fasilitator Pengurus LSM Bahan bacaan pelatihan Perlengkapan fasilitasi (ATK) Alat peraga Transportasi Tempat pertemuan Konsumsi pertemuan seluruh pengurus LSM Kesadaran seluruh pengurus LSM untuk menerima proses peningkatan kapasitas personel [2] Peningkatan kapasitas masyarakat dalam program PHBM a. Sosialisasi teratur terhadap visi, misi dan prinsip-prinsip LSM kepada mayarakat b. Lokakarya pengembangan unit usaha ekonomi masyarakat c. Pelatihan pengembangan PHBM d. Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat Masyarakat lokal Percetakan untuk Booklet Fasilitator pelatihan Transportasi Akomodasi Konsumsi Bahan-bahan pelatihan (modul dan bahan bacaan) Alat peraga masyarakat Kesadaran masyarakat untuk menerima proses peningkatan kapasitas dalam program PHBM

Indikator Alat Verifikasi Asumsi [3] Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM a. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas Kehutanan, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Bupati, Gubernur, dan DPRD) b. Melakukan public hearing dan seri dialog dengan pemerintah daerah terkait dengan program PHBM, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan c. Lokakarya penyusunan model PHBM yang lestari berbasis pola kemitraan [4] Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM a. Melakukan kemitraan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha masyarakat; b. Melakukan advokasi kepada pihak swasta untuk turut serta dalam mengembangkan kelestarian sumberdaya alam Aparat pemerintah daerah Fasilitator Perlengkapan fasilitasi (ATK) Transportasi Tempat pertemuan Konsumsi pertemuan Para pengusaha Fasilitator Perlengkapan fasilitasi (ATK) Transportasi Tempat pertemuan Konsumsi pertemuan pemerintah daerah Kesadaran pemerintah daerah untuk menerima proses peningkatan kapasitas dalam program PHBM pihak swasta Adanya kesadaran pihak swasta untuk menerima proses peningkatan kapasitas dalam program PHBM

Tabel 24. Rencana Kegiatan Program No Kegiatan 1 Peningkatan kapasitas LSM dalam program PHBM a. Pelatihan strategi advokasi x b. Pelatihan mobilisasi sumberdaya x c. Pelatihan strategi penggalangan dana x d. Pelatihan teknis kehutanan x e. Pelatihan pengembangan kawasan konservasi x Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 f. Pelatihan pengembangan PHBM x g. Kajian kebijakan terkait dengan PHBM x h. Lokalatih penyusunan peraturan daerah x i. Pembentukan jaringan kerja antar LSM x 2 Peningkatan kapasitas masyarakat dampingan dalam program PHBM a. Sosialisasi teratur terhadap visi, misi dan prinsip-prinsip LSM x x x x x x x kepada mayarakat b. Lokakarya pengembangan unit usaha ekonomi masyarakat x c. Pelatihan pengembangan PHBM x x d. Pelatihan penguatan kelembagaan masyarakat x x x 3 Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program PHBM a. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah (Dinas Kehutanan, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Bupati, x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Gubernur, dan DPRD) b. Melakukan public hearing dan seri dialog dengan pemerintah daerah terkait dengan program PHBM, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya hutan x x x x x x x x x x c. Lokakarya penyusunan model PHBM yang lestari berbasis x

No Kegiatan pola kemitraan 4 Peningkatan kapasitas pihak swasta dalam program PHBM a. Melakukan kemitraan kerjasama yang saling menguntungkan dalam pengembangan usaha masyarakat; b. Melakukan advokasi kepada pihak swasta untuk turut serta dalam mengembangkan kelestarian sumberdaya alam 5 Monitoring dan Evaluasi Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 X x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Monev manajemen dan kunjungan lapangan x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x