Pencegahan Karies Dan Penyakit Jaringan Periodonsium

dokumen-dokumen yang mirip
BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

STAINLESS STEEL CROWN (S. S. C)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

RESTORASI GIGI ANAK I. PENDAHULUAN. Gigi karies harus direstorasi untuk mencegah terkenanya pulpa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. permukaan gigi yang tidak bersifat self cleansing (membersihkan gigi), self cleansing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

Definisi Yaitu keausan gigi yang disebabkan oleh kontaknya gigi.makin sering kontak terjadi, makin besar keausannya.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei s/d juni Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

Fase pembentukan gigi ETIOLOGI Streptococcus mutans,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

Dental Health Education / DHE Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan Gigi / PKG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

Transkripsi:

Pencegahan Karies Dan Penyakit Jaringan Periodonsium Pendahuluan Pencegahan adalah suatu tindakan yang didasari dan lebih ditekankan pada pemeliharaan kesehatan daripada pengobatan penyakit. Tahapan pencegahan penyakit : Periode Pre Patogenesis : pada keadaan ini perubahan patologis belum dijumpai. Periode Patogenesis : pada tahap ini reaksi yang menim-bulkan penyakit sudah terjadi. Upaya pencegahan dapat dibagi dalam tiga tahap : Pertama : Pencegahan primer/utama berusaha untuk mencegah agar penyakit sama sekali tidak terjadi dengan cara pemeliharaan oral higiene / kebersihan mulut / plak kontrol. Kedua : pencegahan sekunder tindakan yang dilakukan untuk mencegah melanjutnya penyakit. Tindakan yang dilakukan adalah menegakkan diagnosa yang dini serta melakukan perawatan yang tepat terhadap penyakit yang telah terjadi. Misalnya : pembatasan cacat / penyakit yang terjadi dengan melakukan restorasi pada gigi karies. Pedodonsia Terapan 1

Ketiga : Pencegahan tertier tindakan yang dilakukan jika penyakit sudah berlanjut dan sudah menimbulkan cacat. Misalnya : pada keadaan terjadinya abses periodontal, sehingga terpaksa dilakukan pencabutan dini pada gigi penyebab maka harus dibuatkan space maintainer untuk mencegah terjadinya maloklusi. Contoh lainnya : pencegahan terhadap timbulnya karies rekuren disekeliling restorasi, agar restorasi tidak cepat rusak. Waktu yang tersedia dokter gigi dahulu sangat terbatas bagi upaya pencegahan karies, terutama disebabkan banyaknya penyakit yang harus dirawat. Pencegahan dan pengendalian karies merupakan faktor penting utama bagi kelangsungan hidup gigi dan restorasinya. Sebelum restorasi dilakukan, penyakitnya harus dikendalikan lebih dahulu. Jika tidak, restorasi tidak dapat bertahan lama. Upaya pencegahan dapat dilakukan terhadap masing-masing komponen penyebab karies yaitu substart, plak dan gigi. Pelaksanaan bisa dilaksanakan secara umum atau khusus bagi masing-masing komponen. Upaya pencegahan umum dilaksanakan diluar klinik dan tidak secara aktif melibatkan dokter gigi, sedangkan upaya pencegahan khusus melibatkan dokter gigi atau asistennya. Pedodonsia Terapan 2

Ringkasan Upaya Pencegahan karies : SUBSTRAT PLAK GIGI Upaya Nasihat diet Higiene Oral Fluor sistemik : - Air minum - Tablet - Tetes fluor Fluor lokal : - Pasta Gigi Fluor - Obat Kumur Fluor Pencegahan Pengganti Gula Obat kumur Umum Vaksinasi SUBSTRAT PLAK GIGI Upaya Konsultasi diet Program Aplikasi Fluor : Topikal Aplikasi Pencegahan Pengendalian Fisur Silen Plak Preventif Resin Khusus Restorasi Pedodonsia Terapan 3

1. Upaya Pencegahan Umum 1.1 Pencegahan Umum terhadap substrat 1.1.1 Nasihat diet 1.1.2 Pengganti gula 1.1.1 Nasihat Diet Bahaya konsumsi gula terutama sukrose (penelitian Vipeholm-Swedia akhir tahun empat puluhan) jika konsumsi diantara waktu makan, frekwensi karies akan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi gula yang hanya terbatas pada saat makan saja. Ternyata juga bahwa jenis gula yang dimakan pada waktu makan tersebut tidak begitu membuat perbedaan dalam insidens karies. Jika pesan ini dapat disampaikan kepada pasien terutama ibunya banyak karies yang dapat dicegah hanya dengan pengendalian diet saja. Jika anak-anak tumbuh dewasa tanpa makanan & minuman manis baik diantara waktu makan atau ngemil sebelum tidur maka dapat diharapkan suatu pola yang memungkinkan gigi bertahan lama akan terbentuk. Secara alamiah anak-anak begitu berkenalan dengan makanan-minuman manis maka enggan meninggalkannya.. Pedodonsia Terapan 4

1.1.2 Pengganti gula. Pengganti gula dan biskuit serta keripik sebagai cemilan diantara waktu makan dengan buah-buahan segar merupakan langkah awal positif untuk menghilangkan kebiasaan ngemil diantara waktu makan. Buah-buahan yang dikeringkan, kadar gulanya tinggi tidak baik sebagai pengganti cemilan. Makanan kecil yang banyak mengandung banyak pati ternyata sangat kariogenik. Minuman buah-buahan yang tidak ditambahi gula tetap mengandung gula alamiah. Seringnya mengkonsumsi minuman buah-buahan ini dapat menyebabkan karies, maka satu-satunya cara paling efektif untuk mencegah karies adalah menghindari cemilan dan minuman buah-buahan diantara waktu makan. Alternatif lain bagi pasien yang terus melanjutkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang salah dan pada waktu yang salah adalah menggantikan sukrose dengan bahan pemanis lain kurang kariogenik (tidak seenak gula). Sakharin : Merupakan bahan pemanis tidak kariogenik rasanya tidak seenak gula Pasien menggunakan bahan ini bukan untuk menghindari karies melainkan menghindari kegemukan. Pedodonsia Terapan 5

Ternyata sakharin tidak benar-benar bebas gula sehingga pasien yang mempunyai kecepatan karies tinggi bukan merupakan suatu tindakan penyelesaian / pencegahan yang tepat. Aspartame : suatu pemanis yang lebih baru terdapat pada minuman berkalori rendah rasa tidak sepahit sakharin ternyata juga tidak benar-benar bebas gula dan digunakan untuk anti kegemukan Xylitol : untuk penderita DM (diteliti di Finlandia) dapat dikunyah dan tidak kariogenik Kendala utama harga terlalu mahal & sukar diperoleh 1.2 Pencegahan Umum Terhadap Plak. 1.2.1 Oral higiene 1.2.2 Obat Kumur 1.2.3 Vaksinasi 1.2.1 Oral Higiene Kebersihan mulut yang kurang merupakan faktor resiko yang dominan dalam menyebabkan terjadinya karies dan penyakit jaringan periodonsium. Penghilangan plak membantu mencegah timbulnya karies dimana kebanyakan pasien justru mengabaikannya. Plak akan mudah terlihat dengan pewarnaan larutan penjelas (disclosing solution). Pedodonsia Terapan 6

Makin luas permukaan plaknya makin besar potensi timbulnya karies dan terjadinya gingivitis. Pemeliharaan kebersihan mulut pada anak-anak dapat dilakukan oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan gigi dengan melakukan oral profilaksis di klinik dan diri sendiri yaitu melakukan penyikatan gigi di rumah, pemakaian dental floss atau benang pembersih untuk daerah-daerah interproksimal. Penggunaan benang pembersih, sikat gigi hanya bisa dilakukan pada daerah permukaan yang dapat dijangkau. Permukaan bukal dan lingual merupakan permukaan yang paling mudah dibersihkan sehingga upaya oral hiegiene yang efektif saja sudah dapat mencegah timbulnya karies di daerah ini. Sedangkan pada permukaan yang lain efek oral higiene disangsikan oleh karena pasien jarang sekali dapat melakukannya dengan efisien. Penggunaan benang pembersih yang salah akan menyebabkan rusaknya epitel sehingga merusak gingiva. Penyikatan gigi arah horizontal memakai pasta gigi abrasif akan menyebabkan ausnya permukaan leher gigi sehingga menimbulkan kavitas abrasi. Penyikatan gigi dengan menggunakan air saja memang tidak nyaman, maka digunakan pasta gigi rasanya enak, penyikatan terasa lebih menyenangkan sehingga pembersihan dapat dilakukan lebih lama dan lebih efektif. Plak : terbentuk dari bahan-bahan campuran air ludah seperti mucin, sisasisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya kerusakan gigi. Disclosing bentuk tablet dapat diperoleh ditoko-toko kimia. Pengukuran plak indeks Vermillion & Green : Pedodonsia Terapan 7

Tidak ada = 0 Plak menutupi < 1/3 permukaan gigi = 1 Plak menutupi < 2/3 permukaan gigi = 2 Plak menutupi > 2/3 permukaan gigi = 3 Makin luas permukaan plaknya, makin besar potensi timbulnya karies dan terjadinya gingivitis. Sebagian besar pasta gigi yang diproduksi saat ini umumnya mempunyai daya abrasi rendah. Penayangan iklan besar-besaran di TV menyebabkan masyarakat lebih sadar akan giginya dan lebih rajin melaksanakan oral higiene. Barangkali keuntungan paling besar dari prosedur oral higiene adalah pencegahan penyakit periodonsium, dimana manfaat yang bisa diperoleh terletak pada ketepatan cara prosedur oral higiene bukan pada kekrapannya. 1.2.2 Obat Kumur Plak juga dapat dikendalikan dengan cara kimia misalnya dengan antiseptik seperti khlorheksidin. Pada beberapa penelitian terungkap bahwa berkumur khlorheksidin dua kali sehari sangat efektif dalam mengurangi plak gigi. Bahan ini mempunyai aktivitas anti bakteri berspektrum luas terutama terhadap streptococcus mutans. Khlorheksidin berikatan dengan protein saliva sehingga sekitar 30% obat kumur ini akan tetap terikat dalam mulut sehingga memperpanjang keefektifannya. Pedodonsia Terapan 8

Selama metode berkumur dilakukan plak akan terkendali dan jika metode ini dihentikan maka plak akan terbentuk kembali. Penggunaan obat kumur yang mengandung khlorheksidin sebagai cara pencegahan karies tampaknya belum akan digunakan secara luas oleh karena obat kumur ini terasa agak pahit. 1.2.3 Vaksinasi Imunisasi terhadap mikroorganisme dalam pencegahan karies pernah dilakukan pada binatang percobaan dan ada beberapa yang berhasil. Berhubung karies gigi jarang menyebabkan suatu penyakit yang serius, maka kemungkinan orang tua dengan alasan tersebut diatas akan menolak walaupun terbukti bahwa vaksinasi tersebut dapat berhasil. 1.3 Pencegahan Umum Terhadap Gigi 1.3.1 Fluor sistemik : - Fluoridasi air minum - Tablet fuor / tetes fluor 1.3.2 Fluor lokal : - Pasta gigi fluor - Obat kumur fluor Pedodonsia Terapan 9

2. Upaya Pencegahan Khusus 2.1 Pencegahan khusus terhadap substrat. 2.1.1 Konsultasi Diet Pasien datang dimana gigi baru saja terkena karies, maka sebelum dilakukan restorasi, selidiki lebih dahulu apakah dietnya mengandung kariogenik atau tidak. Lakukan pencatatan pada suatu lembaran diet yang telah disediakan, lalu ditulis segala apa yang dimakan dan apa yang diminumnya terutama yang dilakukan diantara waktu makan selama beberapa hari. Pada kunjungan berikutnya, lembaran diet yang telah diisi dibahas bersama pasien, lalu pasien diberi nasihat dengan menerangkan bagaimana cara memperbaiki diet tersebut. Lembaran diet sebaiknya dievaluasi setiap bebrapa minggu untuk melihat apakah nasihat diet yang diberikan dipatuhi. Jika belum dipatuhi berarti lingkungan oral belum baik bagi suatu restorasi gigi. Biasanya dilaksanakan bersama sama dengan petunjuk pelaksanaan oral higiene. 2.2 Pencegahan khusus terhadap plak 2.2.1 Program Pengendalian Plak Plak harus diperlihatkan pada pasien dengan menggunakan larutan penjelas dan pasien diberi penjelasan bagaimana cara menghilangkannya yaitu dengan memakai sikat gigi atau benang gigi / benang pembersih. Pada kunjungan berikutnya plak dinilai lagi dan apabila masih terdapat daerah yang masih belum bersih, perlihatkan pada pasien dan nasihat mungkin perlu harus diberikan lagi. Pedodonsia Terapan 10

Catatan : Bercak putih email dipermukaan bukal & lingual dapat dikendalikan dengan pembuangan plak secara teratur. Cara ini lebih disukai dari pada dilakukan perawatan operatif. 2.3 Pencegahan khusus terhadap gigi 2.3.1 Aplikasi fluor (Fluor lokal) 2.3.2 Fisur Silen 2.3.3 Preventif Resin 2.3.4 Restorasi 2.3.1 Aplikasi Fluor : tindakan pengolesan langsung fluor yang pekat larutan sodium fluoride 2% pada email. 2.3.2 Fisur Silen (Penutup Fisur) Pengaruh fluor topikal atau sistemik didalam mencegah karies gigi, pengaruhnya pada pit dan fisur adalah sangat sedikit. Ini mungkin karena daerah cekung yang terlindungi pit dan fisur memberikan kondisi yang baik untuk terjadinya karies. Oleh karena itu tindakan fisur sealant sebagai preventif ditujukan khusus untuk mencegah karies pada daerah pit dan fisur. Pedodonsia Terapan 11

Teknik Fissur Sealing 1. Bersihkan permukaan gigi, gunakan pumice dan air dengan sikat berkecepatan rendah untuk membersihkan pit dan fisur dan permu-kaan gigi sekitarnya. Cuci permukaan dengan semprotan udara / air. Alasan : Untuk menghilangkan plak dan pelikel yang menghambat etsa Pumice lebih disukai dari pada pasta prophylaksis karena pasta mengandung F / bahan berminyak dapat mengurangi aktivitas etsa. Catatan : - debris yang halus dihilangkan dari pit & fisur dengan sonde. - stain juga harus dihilangkan 2. Isolasi gigi dengan gulungan kapas / kasa penyerap. Idealnya dengan rubber dam. Gunakan saliva ejektor sewaktu merawat gigi bawah. Keringkan permukaan gigi dengan tiupan udara. Pekerjaan dilakukan tidak boleh satu kwadran sekaligus. (Gigi diisolasi dan dikeringkan supaya terjadi pengikatan resin terhadap email dengan baik, gigi-gigi harus tetap terisolasi dari saliva. Air atau saliva pada permukaan gigi akan mengencerkan etsa asam.) 3. Etsa email dengan asam fosfat 30 50% dengan gulungan kapas kecil / spon / kuas kecil. Perluas daerah etsa melewati fisur sampai ke ujung cusp selama 1 menit. Pedodonsia Terapan 12

Alasan : Asam fosfat 30 50 % menghasilkan etsa yang optimal untuk menjamin ikatan resin yang baik. Oleh karena asam ini adalah asam kuat, penggunaan harus hati-hati agar tidak mengenai mata pasien. Perluasan yang cukup dari daerah etsa perlu untuk menjamin tepi sealant yang terletak pada email yang sudah dietsa dan aplikasi selama 1 menit menghasilkan pola esta yang menjamin ikatan resin yang kuat. Aplikasi selama 1 menit menghilangkan ± 10 millimikron permukaan email dan etsa permukaan dibawahnya sampai kedalaman 20 millimikron. Etsa menghasilkan lapangan email yang porous sehingga resin dapat mengalir. Porositas ini memberikan permukaan untuk adhesi resin dan juga merupakan retensi mekanis yang sangat baik. Gigi susu memerlukan etsa selama 2 menit oleh karena : email hampir tidak mempunyai prisma email. 4. Permukaan email dicuci dan dikeringkan selama 15 detik. Pasien tidak boleh berkumur. Pipi ditarik menjauhi gigi, jika kapas basah ganti dengan yang kering. Alasan : Pencucian yang tidak memadai atau kontaminasi permukaan etsa oleh saliva akan mengganggu ikatan resin dengan email. Jika permukaan etsa terkontaminasi sebaiknya dilakukan pengetsaan kembali selama 1 menit. Permukaan yang telah dietsa bila kering akan tampak buram. 5. Pemberian Resin (dicampur sesuai petunjuk pabrik) dengan alat yang sesuai misalnya ekskavator kecil atau dengan aplikator yang sudah disediakan pabrik. Pedodonsia Terapan 13

Alasan : Petunjuk harus ditaati untuk menjamin waktu pengerasannya. Tipe aplikator yang digunakan tidak penting asal resin dapat ditempatkan dengan tepat. Outline silen harus sesuai dengan restorasi klas I. Tempatkan resin pada satu ujung fisur atau pit dan biarkan mengalir keseluruh fisur. Bila perlu ditambah sampai fisur tertutup dan tepi resin kira-kira berada 2 mm diatas bidang incical cusp. Kekuatan resin terutama pada email yang dietsa pada bidang incical cusp. Tetapi harus benar-benar berada pada email yang telah dietsa untuk mencegah kebocoran tepi. Email yang dietsa tetapi tidak tertutup resin akan segera tereminalisasi karena saliva sangat jenuh dengan kalsium. 6. Isolasi dipertahankan sampai waktu polimerisasi sesuai anjuran pabrik atau jika menggunakan light acrylic resin diberi penyinaran sesuai waktu yang dianjurkan. Waktu yang diperlukan untuk polimerisasi light cured resin bervariasi sesuai sumber sinar yang digunakan. Umumnya sumber sinar yang terdapat dewasa ini akan mempolimerisasi resin dalam waktu 60 detik (Stephen & Strang 1985). 7. Pemeriksaan terakhir, yaitu lewatkan sonde tumpul diatas permukaan resin untuk memeriksa apakah seluruh fisur sudah tertutup. Jika ada bagian fisur yang belum tertutup silen, tambahkan resin segera dan biarkan berpolimerisasi. Penambahan hanya dapat dilakukan bila isolasi tetap terjaga dan permukaan belum terkontaminasi. Pedodonsia Terapan 14

Keberhasilan teknik sealing belakangan ini didasarkan pada penemuan bahwa adhesi akrilik dan resin komposit terhadap email bertambah besar jika email dietsa terlebih dahulu dengan asam (Buonocore, 1955) Fisur sealing adalah perawatan preventif yang ideal untuk gigi molar tetap pertama dan kedua oleh karena gigi-gigi ini sangat mudah terkena karies. Permukaan lain yang dapat dilakukan fisur sealing adalah fisur-fisur oklusal premolar dan molar susu. Dapat juga dilakukan pada Groove bukal molar RB, groove palatal molar RA dan pit palatal insisivus RA. Sealing khususnya ditujukan bagi gigi-gigi yang mempunyai pit atau fisur yang dalam dan untuk pasien beresiko tinggi. Gigi-gigi harus di fisur silen sesegera mungkin setelah erupsi. Idealnya silen dilakukan diatas pit dan fisur yang telah didiagnosa sebagai bebas karies. Catatan : Perioritas tertinggi dapat diberikan pada M1 diantara usia 6 8 tahun M2 diantara usia 11 12 tahun Premolar Molar susu pada anak beresiko tinggi. (National Institutes of Health, 1984) 2.3.3. Preventif Resin PENDAHULUAN Tingginya prevalensi karies pada gigi posterior disebabkan pit dan fisur yang dalam pada permukaan oklusal gigi, sehingga memudahkan tertimbunnya Pedodonsia Terapan 15

sisa-sisa makanan, mikroorganisme dan sukar dibersihkan dengan bulu sikat gigi. Sisa-sisa makanan akan difermentasi oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan demineraklisasi jaringan gigi dan dalam waktu lama akan timbul karies. Penelitian (1981) di AS anak usia 5-17 tahun dijumpai 16 % karies terjadi di interproksimal dan 84 % terjadi di pit dan fisur. PENGERTIAN dan KLASIFIKASI PIT DAN FISUR Pengertian Pit dan Fisur PIT : merupakan titik yang dalam email gigi, sebesar ujung jarum yang terdapat pad permukaan oklusal gigi dimana developmental groove bertemu. FISUR : suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi, biasanya terdapat pada permukaan oklusal dan merupakan dasar dari developmental groove. Klasifikasi PIT & FISUR dalam 2 tipe : Fisur dangkal & lebar, gambaran berbentuk V. Fisur dalam & sempit, berbentuk I, yang sedikit menyempit dan menyerupai leher botol dimana fisur tersebut dapat menyebabkan celah sempit dengan dasar yang lebih besar yang meluas ke arah batas email dentin Fisur bentuk I yang mempunyai dinding curam dan dasar sempit lebih mudah mengalami Pedodonsia Terapan 16

karies, karena bentuk anatomi yang menguntungkan bagi retensi makanan dan bakteri. RESTORASI PREVENTIF RESIN Restorasi preventif resin diperkenalkan oleh Simonsen ( 1978 ), sebagai pengganti restorasi klas I amalgam, yang secara tradisional mengharuskan adanya extention for prevention dan menyebabkan hilangnya sejumlah besar struktur gigi yang sehat. PENGERTIAN DAN TIPE-TIPE RESTORASI PREVENTIF RESIN PENGERTIAN RESTORASI PREVENTIF RESIN Restorasi preventif resin adalah suatu teknik untuk merestorasi gigi yang karies dan pencegahan karies secara simultan tanpa perluasan preparasi dan menggunakan teknik etsa asam. TIPE-TIPE RESTORASI PREVENTIF RESIN Ada 3 tipe yang diperkenalkan oleh Simon (1980) dan Hicks (1984) : TIPE A : Memerlukan preparasi minimal pada pit dan fisur dengan menggunakan round bur no 1/4 dan 1/2 TIPE B : Pembuangan karies dengan menggunakan round bur no. 1 atau 2. Pembuangan karies pada tipe ini biasanya lebih dari satu setengah total kedalaman enamel yang terlibat, tetapi kavitasi masih berada di enamel. Pedodonsia Terapan 17

TIPE C : Pembuangan karies dengan round bur no. 2 atau lebih, kavitas biasanya sudah mencapai dentin dan memerlukan kalsium hidroksida sebagai basis restorasi. INDIKASI 1. Eksplorer tertahan pada pit dan fisur dari permukaan yang utuh, menandakan adanya karies. 2. Gambaran klinis yang opak sepanjang pit dan fisur, yang mengindikasikan karies dini pada dasar pit dan fisur. KONTRAINDIKASI 1. Diperlukannya restorasi karies interproksimal. 2. Melibatkan karies yang luas sehingga memerlukan restorasi seluruh permukaan dengan amalgam atau restorasi komposit posterior. TEKNIK APLIKASI RESTORASI PREVENTIF RESIN Pada dasarnya sama dengan prinsip teknik etsa asam seperti pada fisur silen, kecuali ada pembuangan karies pada pit dan fisur. 1. Isolasi gigi dengan rubber dam atau gulugan kapas disertai saliva ejektor.dengan gulungan kapas menghasilkan isolasi jangka pendek walaupun kapas harus sering diganti oleh karena gulungan kapas akan dipenuhi oleh saliva. 2. Pembuangan karies pit dan fisur yang terdeteksi menggunakan round bur dengan handpiece kecepatan tinggi. Hanya pit dan fisur yang terdeteksi adanya karies yang dipreparasi. Pedodonsia Terapan 18

3. Profilaksis permukaan gigi dengan rubber cup atau brush dengan bahan pumis yang tidak mengandung fluor. Cuci permukaan gigi untuk menghilangkan pasta profilaksis dan debris, kemudian gigi dikeringkan dengan semprotan udara. 4. Jika dasar kavitas mencapai dentin, basis Ca(OH)2 harus diletakkan pada dasar kavitas (dentin) sebelum dilakukan pengetsaan. 5. Aplikasi asam fosfat 37 % pada permukaan enamel gigi dengan fine brush atau cotton pellet atau dapat juga dengan sponge kecil selama 60. 6. Permukaan gigi dicuci dengan semprotan air dan udara selama 10, kemuduian keringkan selam 5. Enamel yang telah dietsa akan terlihat putih buram. 7. Untuk restorasi preventif tipe A hanya bahan silen yang diaplikasikan pada permukaan oklusal termasuk enamel yang dipreparasi. Untuk restorasi tipe B, letakkan selapis tipis bonding ke dalam preparasi kavitas kemudian aplikasi resin ke dalam kavitas dan lakukan penyinaran selama 60 detik, setelah itu aplikasi bahan silen di atas daerah restorasi dan pit dan fisur sekitarnya yang telah dietsa, kemudian disinar selama 40 detik. Untuk restorasi tipe C, dimana karies meluas ke dentin diikuti dengan peletakan kalsium hidroksid selanjutnya sama seperti prosedur tipe B. 8. Dengan menggunakan eksplorer daerah pit dan fisur ditelusuri, jika belum terisi bahan silen dapat ditambahkan kembali. 9. Lakukan evaluasi oklusi, lakukan perbaikan jika diperlukan dengan bur polis. Pedodonsia Terapan 19

PERBANDINGAN RESTORASI PREVENTIF RESIN DENGAN AMALGAM DAN FISUR SILEN AMALGAM PREVENTIF RESIN FISUR SILEN Extention for prevention (sejumlah struktur gigi yang sehat hilang). Pembuangan jaringan gigi yang terkena karies saja. Penelitian : Fisur Silen dapat menghentikan karies Amalgam sebagai restorasi permanen. Penelitian : Amalgam Wallls $ Welbury (1990) Restorasi preventif resin menghilangkan permukaan oklusal gigi Secara klinik : ditemukan kerusakan yang luas di bawah sering membutuhkan M1 5 % Conry dkk silen yang utuh penggantiasn restorasi. (1992) : preparasi kavi- tas ± 19 % permukaan oklusal gigi M bawah. pada gigi dewasa muda di atas usia 20 tahun Jika terjadi kerusakan harus diganti seluruh nya. Terjadi hubungan yang rapat antara enamel yang dietsa dengan bahan resin Berarti silen tidak dapat menghentikan karies Pedodonsia Terapan 20

Houp dkk (1982) : 92 % restorasi preventif resin retensi sempurna dalam waktu 18 bulan. 6 % retensi sebagian Retensi diperoleh dari kontak yang rapat antara bahan reesin dengan enamel yang etsa mengurangi kebocoran mikro sepanjang dengan resin menurunkan insiden karies sekunder Terjadi kerusakan pada restorasi tumpa- tan lama dihilangkan sebanyak mungkin, ulangi pengetsaan dan aplikasi kembali bahan penutup fisur Pedodonsia Terapan 21

Pedodonsia Terapan 22