BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

UJI AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL BEBAS FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU MANGGA (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq.) DENGAN METODE DPPH SKRIPSI

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejadian kanker setiap tahunnya meningkat dalam skala global. Data dari

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI SEMIPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN BENALU MANGGA (Dendrophthoe petandra (L.) Miq.) TERHADAP Staphylococcus aureus SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji determinasi di laboratorium Sistematika tumbuhan Fakultas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Ekstrak n-heksan Klika Anak Dara (Croton oblongus Burm F.)

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI POLAR, SEMIPOLAR, DAN NON POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL C. UJI FITOKIMIA KULIT BUAH Bruguiera gymnorrhiza

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

Transkripsi:

22 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi merupakan suatu langkah untuk mengidentifikasi suatu spesies tanaman berdasarkan kemiripan bentuk morfologi tanaman dengan buku acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van den Brink (1965). Determinasi tanaman pada penelitian ini, telah dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan hasil sebagai berikut: Kunci identifikasi: 1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-28b- 29b-30b-31a-32a-33a-34a-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-44b-45b-46e-50b-51b- 53b-54b-56b-57b-58b-59d-72b-73b-74a-75b-76b-333b-334b-335b-36b-345a- Loranthaceae-1b-7b-9b-11b-12b-Dendrophthoe-1a-2b-3a-Dendrophthoe petandra (L.) Miq. Hasil determinasi dapat dipastikan bahwa daun yang dipergunakan dalam penelitian merupakan spesies dari tanaman Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. B. Ekstraksi dan Fraksinasi Daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., yang diambil dari inang pohon mangga, dipilih daun segar dan utuh. Serbuk simplisia daun benalu mangga dimaserasi menggunakan etanol 70%. Penggunaan etanol sebagai penyari karena sifat etanol yang universal sehingga semua senyawa dapat tersari, cenderung tidak 22

23 toksik dan tidak mudah terbakar apabila dibandingkan dengan penyari yang lain. Selain itu, dalam buku Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi karangan Robinson (1995) menyebutkan bahwa senyawa flavonoid biasanya terlarut dalam air panas dan alkohol. Hasil maserasi didapatkan ekstrak kental sebanyak 299,89 gram dan diperoleh rendemen sebesar 6% dari 5000 gram simplisia daun benalu mangga. Ekstrak etanol daun benalu mangga yang diperoleh selanjutnya sebanyak 25 gram difraksinasi dengan menggunakan metode kromatografi cair vakum (KCV) untuk menggolongkan senyawa-senyawa pada ekstrak berdasar tingkat kepolaran. Prinsip dasar kromatografi cair vakum (KCV) ini adalah pemisahan secara adsorpsi dan partisi yang dipercepat dengan bantuan pompa vakum (Hostettman et al., 1995). Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan Silica Gel60 GF 254 sebagai fase diam dan fase gerak yang digunakan n-heksan: etil asetat dengan kepolaran bertingkat dari nonpolar ke polar. Pemilihan fase gerak didasarkan pada kemampuan fase gerak untuk mengelusi senyawa pada ekstrak yang akan difraksinasi. Optimasi fase gerak yang digunakan, terlihat pada Gambar 4 dan Tabel 1. Gambar 4. KLT Optimasi Fase Gerak pada UV 254 nm (a) n-heksan: etil asetat (1:1); (b) n-heksan: etil asetat (1:9); (c) n-heksan: etil asetat (2:8); (d) n-heksan: etil asetat (3:7); (e) etil asetat (100%) (Keterangan pada Tabel 1).

24 Tabel 1. Hasil optimasi fase gerak Fase gerak n-heksan : Etil asetat (1:1) n-heksan : Etil asetat (1:9) Rf Tidak ada (Orientasi) pemisahaan Rf (Replikasi) Tidak ada pemisahaan n-heksan : Etil asetat (2:8) n-heksan: Etil asetat (3:7) Etil asetat (100%) 0,18 0,10 0,05 0,27 0,19 0,12 0,05 0,25 Fase gerak yang digunakan untuk mengelusi senyawa pada kromatografi cair vakum yaitu n-heksan dan etil asetat yang telah didestilasi. Penggunaan fase gerak yang telah didestilasi diharapkan kemurniannya lebih tinggi, sehingga fraksi yang dihasilkan lebih selektif dan efisien. Elusi kromatografi cair vakum dilakukan dengan menggunakan pelarut dengan tingkat kepolaran yang meningkat yaitu n- heksan: etil asetat (4:6) (dua kali), n-heksan: etil asetat (3:7) (tiga kali), n-heksan: etil asetat (2:8) (tiga kali), n-heksan: etil asetat (1:9) (empat kali), etil asetat (100%) (empat kali), metanol (100%) (empat kali). Penggunaan metanol untuk melarutkan senyawa yang masih tersisa di dalam ekstrak yang masih tertahan dalam silika. Hasil fraksinasi dari ekstrak etanol daun benalu mangga diperoleh 20 fraksi, kemudian diperiksa profil KLT-nya. Penggabungan fraksi didasarkan pada tingkat kepolaran yang tampak pada bercak kromatografi lapis tipis. Hasil elusi kromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-heksan: etil asetat (7:3) menunjukkan bahwa beberapa fraksi belum terjadi pemisahan senyawa yang signifikan. Sehingga, dinaikkan kepolaran fase gerak yang digunakan untuk mengelusi. Hasil optimasi fase gerak n-heksan: etil asetat (6,5:3,5) menunjukkan bahwa pemisahan senyawa pada fraksi lebih terlihat dengan Rf yang lebih besar (Gambar 5).

25 Berdasarkan hasil KLT (Gambar 5), terlihat adanya pemisahan fraksi menjadi beberapa bercak elusi pada UV 254 nm dan UV 365 nm. Bercak hasil elusi berfluoresensi pada UV 365 nm membentuk warna merah, biru, ungu, hijau kekuningan, hal ini sesuai dengan kandungan senyawanya. a. Fluoresensi bercak yang sama dikelompokkan menjadi satu fraksi. b. Gambar 5. Penampakan Bercak Optimasi Fase Gerak n-heksan: Etil Asetat (6,5:3,5), Fraksi 1-20 dengan Pembanding Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga (Eks) dan Kuersetin (Q) pada (a) UV 254 nm ; (b) UV 365 nm (Keterangan pada Tabel 2). Penentuan fraksi semipolar didasarkan adanya kandungan kuersetin yang terdapat didalam fraksi. Kuersetin berfluoresensi kuning kehijauan pada UV 365nm. Fraksi no 10 17 dielusi menggunakan fase gerak n-heksan: etil asetat (5,5:4,5) terlihat adanya bercak pada Rf 0,31 yang berfluoresensi kuning kehijauan

26 (Gambar 6), yang menunjukkan adanya kuersetin. Kuersetin merupakan turunan flavonoid yang mempunyai gugus hidroksi 3, 5, 7, 3, 4 pada cincin flavon (Gambar 2), sehingga kuersetin bersifat semipolar. 7 8 9 10 11 12 13 Eks Q 14 15 16 17 18 19 20 a. Rf = 0,31 berluoresensi hijau kekuningan 7 8 9 10 11 12 13 Eks Q 14 15 16 17 18 19 20 menunjukkan senyawa kuersetin. b. Gambar 6. Penampakan Bercak Optimasi Fase Gerak n-heksan: Etil Asetat (5,5:4,5), Fraksi 7-20 dengan Pembanding Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga (Eks) dan Kuersetin (Q) pada (a) UV 254 nm ; (b) UV 365 nm. Hasil elusi (Gambar 5; Tabel 2) dengan menggunakan fase gerak n-heksan: etil asetat (6,5:3,5) yang mempunyai Rf yang sama kemudian digabungkan. Pengelompokan fraksi dibagi menjadi 3 fraksi yang berbeda, yakni tampungan fraksi 2-9 menunjukkan fraksi nonpolar, fraksi 10-17 merupakan fraksi semipolar dan fraksi 18-19 adalah fraksi polar.

27 Tabel 2. Penentuan Rf Hasil Fraksinasi Rf Pengelompokkan fraksi dari ekstrak etanol benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq Warna - nonpolar Semipolar polar bercak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 0,81 - - - - - - - - - - - - - - - - - merah 0,73 - - - - - - - - - - - - - - - - - merah 0,70 - - - - - - - - - - - - merah 0,55 - - - - - - - - - - - - merah 0,44 - - - - - - - - - - - - biru 0,32 - - - - - ungu 0,20 - - - - - biru 0,16 - - - - - - - - - - - - hijau 0,11 - - - - - - - - - - - - - - - - - - merah 0,08 - - - - - - - - - - - - - - - - - hijau 0,03 - - - - - - - - - - - - - - - - - coklat Keterangan : Tanda ( ) menunjukkan adanya bercak pada fraksi dan tanda (-) menunjukkan hasil negatif tidak ada penampakkan bercak pada Gambar 5. Tampungan fraksi 20 tidak diikutsertakan dalam fraksi polar, sebab tampungan fraksinya keruh. Apabila didiamkan tampungan fraksi 20 akan terdapat endapan dari sisa pengotor silika yang terbawa pada fase gerak. Hasil fraksinasi didapatkan rendemen fraksi semipolar sebesar 0,89% dari 25 gram ekstrak etanol daun benalu mangga. C. Uji Identifikasi Senyawa dengan KLT Uji identifikasi dilakukan guna mengetahui golongan senyawa pada fraksi nonpolar, semipolar dan polar ekstrak etanol daun benalu mangga (Dendrophthoe pentandra (L.) Miq) serta uji aktivitas senyawa aktif penangkap radikal bebas DPPH. Golongan senyawa yang akan dideteksi adalah flavonoid, alkaloid, polifenol, saponin dan terpenoid. Teknik kromatografi untuk identifikasi senyawa dilakukan dengan mengelusi fraksi pada silika gel GF 254 sebagai fase diam dan n- heksan: etil asetat (5,5:4,5) sebagai fase gerak. Hasil orientasi fase gerak

28 menunjukkan bahwa pemilihan n-heksan: etil asetat (5,5:4,5) dapat memisahkan senyawa-senyawa pada fraksi nonpolar, semipolar maupun polar, sehingga bercak hasil elusi dapat diidentifikasi golongan senyawanya. n on pola r sem i pola r nonpolar sem i polar a. b. Gambar 7. Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Flavonoid pada Fraksi Nonpolar, Semipolar dan Polar Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga dideteksi dengan (a) Uap ammonia pada UV 365nm ; (b) Pereaksi sitroborat pada UV 365nm (Keterangan pada Tabel 3-5). Golongan senyawa flavonoid diidentifikasi menjadi beberapa golongan menurut warna bercak yang dihasilkan setelah diuapi dengan NH 3. Pada hasil percobaan, plate yang telah diuapi ammonia menunjukkan bahwa Rf 0,45 dan 0,58 berfluoresensi hijau kekuningan pada UV 365nm (Gambar 7). Bercak berwarna coklat-jingga menunjukkan adanya golongan senyawa flavononol, pada fraksi nonpolar (Rf 0,64; 0,71), fraksi semipolar (Rf 0,05; 0,42; 0,51; 0,58; 0,65) dan pada fraksi polar terdapat pada Rf 0,07; 0,33; 0.47. Selain itu, pada fraksi nonpolar dan semipolar juga terdapat adanya golongan flavanon yang ditunjukkan pada bercak Rf 7,6; 8,2 berwarna merah jingga (Gambar 7; Tabel 3-5). Sehingga,

29 pada fraksi nonpolar, semipolar dan polar diidentifikasi mengandung golongan senyawa flavonoid. Plate hasil elusi setelah disemprot sitroborat dan dipanaskan pada suhu 110 o C selama 5 menit, kemudian diamati pada sinar UV 365nm, akan terbentuk fluoresensi kuning menandakan adanya flavonoid (Wagner, 1996). Hasil elusi yang telah disemprot sitroborat menunjukkan bahwa bercak fraksi nonpolar (Rf 0,53; 0,58; 0,65), fraksi semipolar (Rf 0,38; 0,45; 0,54) dan fraksi polar terdapat pada Rf 0,40; 0,45 berfluoresensi kuning kemerahan. Bercak juga terlihat berfluoresensi kuning kehijauan pada Rf 0,27 dan berfluoresensi biru pada Rf 0,84 (Gambar 7). Fraksi nonpolar, semipolar dan polar menunjukkan adanya kandungan golongan senyawa flavonoid dengan jumlah kandungan senyawa yang berbeda. n on p ola r sem i p ola r nonpolar sem i polar a. b. Gambar 8. Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Fenolik dan Alkaloid pada Fraksi Nonpolar, Semipolar dan Polar Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga dideteksi dengan (a) Pereaksi FeCl 3 ; (b) Pereaksi Dragendorf pada sinar tampak (Keterangan pada Tabel 3-5).

30 Suatu senyawa fenolik apabila disemprot dengan FeCl 3 akan memberikan warna hijau, merah ungu, biru, kelabu atau hitam (Harborne, 1987). Kandungan polifenol terlihat setelah direaksikan dengan pereaksi semprot FeCl 3, menunjukkan bahwa pada fraksi semipolar nampak bercak Rf 0,5 dan Rf 0,23 berwarna biru kehitaman dengan intensitas kandungan senyawa yang tipis dibandingkan pada fraksi polar bercak Rf 0,5 berwarna biru kehitaman (Gambar 8; Tabel 3-5). Hasil percobaan menunjukkan kandungan polifenol fraksi polar lebih banyak dibandingkan fraksi semipolar. Fraksi nonpolar tidak nampak adanya bercak yang menunjukkan adanya polifenol. Senyawa alkaloid dideteksi menggunakan pereaksi semprot dragendorf. Hasil percobaan (Gambar 9; Tabel 3) terlihat bahwa fraksi nonpolar nampak bercak hijau kekuningan (Rf 0,69 dan 0,73), fraksi semipolar bercak berwarna kuning kecoklatan (Rf 0,42), hijau kekuningan (Rf 0,49), hitam abu-abu (Rf 0,62) dan pada bercak fraksi polar berwarna coklat (Rf 0,04) dan hijau kekuningan (Rf 0,51). Hal ini menunjukkan adanya kandungan golongan senyawa alkaloid pada fraksi semipolar dan polar yang nampak bercak bewarna coklat (Gambar 9; Tabel 3-5). Hal ini sesuai referensi bahwa senyawa alkaloid setelah direaksikan dengan pereaksi dragendorf, berwarna coklat pada sinar tampak (Wagner, 1996). Hasil analisis bercak setelah disemprot dengan pereaksi Liebermann- Burchard menunjukkan bahwa pada masing-masing fraksi nonpolar, semipolar maupun polar mengandung saponin steroid yang ditunjukkan dengan bercak befluoresensi hijau dan biru pada UV 365nm dan saponin triterpenoid yang ditunjukkan pada bercak berwarna orange kemerahan.

31 nonpolar semi polar nonpolar sem i polar a. b. Gambar 9. Hasil Analisis Kromatografi Lapis Tipis Senyawa Saponin pada Fraksi Nonpolar, Semipolar dan Polar Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga dideteksi dengan (a) Pereaksi Liebermann-Burchard pada UV 365nm ; (b) anisaldehid-h 2 SO 4 pada UV 365nm (Keterangan pada Tabel 3-5). Hasil elusi yang telah disemprot Liebermann-Burchard menunjukkan bercak berfluoresensi biru mengindikasikan adanya saponin steroid pada fraksi nonpolar (Rf 0,45; 0,58). Fluoresensi hijau terlihat pada fraksi semipolar (Rf 0,05; 0,20; 0,38) dan fraksi polar (Rf 0,04; 0,20; 0,38). Identifikasi saponin triterpenoid juga terlihat adanya bercak berwarna orange kemerahan pada fraksi nonpolar (Rf 0,65; 0,71; 0,76), fraksi semipolar (Rf 0,51; 0,58; 0,69; 0,76; 0,78) dan fraksi polar (Rf 0,40; 0,53; 0,60) (Gambar 10; Tabel 3-5). Identifikasi golongan senyawa dengan deteksi anisaldehid-h 2 SO 4 pada fraksi nonpolar, semipolar maupun polar memberikan bercak berwarna coklat keunguan, biru, ungu, orange kemerahan (Gambar 10), yang menunjukkan adanya kandungan terpenoid pada fraksi. Identifikasi golongan terpenoid bercak pada UV 256 berwarna biru-violet, merah, merah-violet (Wagner, 1996).

32 Tabel 3. Hasil perkiraaan golongan senyawa pada fraksi nonpolar Deteksi Rf Keterangan warna Kandungan kimia 0,45 0,58 Hijau kekuningan Flavon, flavonol, xanton Uap amonia 0,64 0,71 Coklat orange (pekat) flavononol 0,76 0,82 Merah jingga flavanon 0,35 0,45 Biru keunguan Sitroborat 0,53 0,58 Flouroresensi kuning flavonoid 0,65 0,73 kemerahan 0,84 Biru FeCl 3 - - - Dragendorf 0,69 0,73 Hijau kekuningan - 0,45 Biru kehitaman Liebermann- Burchard anisaldehid- H 2 SO 4 0,58 Biru 0,65 Orange coklat 0,71 0,76 Orange kemerahan 0,54 Coklat keunguan 0,64 Biru 0,73 Orange kemerahan 0,78 Hijau kekuningan Saponin steroid Saponin triterpenoid terpenoid Tabel 4. Hasil perkiraan golongan senyawa pada fraksi polar Deteksi Rf Keterangan warna Kandungan kimia 0,07 Coklat Uap amonia 0,33 flavononol Coklat kemerahan 0,47 0,04 Hijau kecoklatan 0,27 Flouroresensi hijau Sitroborat 0,40 kuning kemerahan (pekat) flavonoid 0,45 Kuning kemerahan 0,84 Biru FeCl 3 0,05 Biru kehitaman (pekat) polifenol Dragendorf 0,04 Coklat alkaloid 0,51 Hijau kekuningan - 0,04 0,20 Hijau berflouroresensi Saponin steroid Liebermann- Burchard 0,38 0,40 0,53 Orange kecoklatan Saponin triterpenoid 0,60 anisaldehid- 0,05 Coklat Ungu (gelap) H 2 SO 4 0,40 Orange kemerahan terpenoid

33 Tabel 5. Hasil perkiraan golongan senyawa pada fraksi semipolar Deteksi Rf Keterangan warna Kandungan kimia 0,05 Keunguan 0,42 Ungu tua (pekat) 0,51 flavanonol Uap amonia 0,58 Ungu lembayung 0,65 0,76 0,82 Orange kemerahan flavanon 0,27 Flouroresensi hijau 0,38 Sitroborat 0,45 Orange kemerahan flavonoid 0,54 Orange kemerahan (pekat) 0,84 biru FeCl 3 0,05 0,23 Biru kehitam polifenol Dragendorf Liebermann- Burchard anisaldehid- H 2 SO 4 0,42 Kuning kecoklatan alkaloid 0,49 Hijau kekuningan - 0,62 Hitam abu-abu - 0,05 0,20 Hijau berflouroresensi Saponin steroid 0,38 0,51 0,58 Orange kemerahan 0,69 Orange kemerahan (pekat) Saponin triterpenoid 0,76 0,78 Orange kemerahan 0,05 Ungu (gelap) 0,29 Coklat Ungu (gelap) 0,40 Orange kemerahan terpenoid 0,58 Orang kemerahan (pekat) Tabel 6. Hasil prediksi golongan senyawa pada fraksi Dendrophthoe pentandra JENIS GOLONGAN SENYAWA HASIL Nonpolar semipolar polar Flavonoid + + + Polifenol - + + Saponin steroid + + + Saponin triterpenoid + + + Terpenoid + + + Alkaloid - + +

34 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa fraksi dari ekstrak etanol daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., pada tanaman inang mangga mengandung golongan senyawa, flavonoid, steroid, triterpenoid pada fraksi nonpolar (Tabel 3). Fraksi polar (Tabel 4) dan semipolar (Tabel 5) mengandung golongan senyawa flavonoid, polifenol, alkaloid, terpenoid, saponin steroid dan saponin triterpenoid (Tabel 6). Hasil penelitian Fajriah et al., (2007) menyatakan ekstrak heksan daun benalu Dendrophthoe pentandra pada inang lobi-lobi mengandung senyawa steroid dan triterpenoid, sedangkan pada ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol terkandung senyawa flavonoid, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid. Kandungan senyawa pada benalu ini kemungkinan besar tidak berbeda dengan kandungan senyawa pada tanaman inangnya. Beberapa golongan senyawa berpotensi sebagai antioksidan diantaranya golongan polifenol, flavonoid, tanin (Antal, 2010; Nakagawa et al., 2000), alkaloid (Erol et al., 2009; Marliana, 2007), saponin (Desai et al., 2010) dan triterpen (Chang dan Lin, 2010). Fraksi semipolar mengandung komponen mayor senyawa kuersetin (Gambar 6) dan golongan senyawa (Tabel 5) yang beraktivitas sebagai antioksidan. Hasil uji kualitatif dengan DPPH sebagai pereaksi semprot pada lempeng KLT hasil fraksinasi, spot memberikan hasil warna kuning pada latar ungu menunjukkan adanya respon positif aktivitas antiradikal (Gambar 10).

35 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 E k s Q 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 (a) 7 8 9 10 11 12 13 Eks Q 14 15 16 17 18 19 20 (b) Gambar 10. Uji Kualitatif Antiradikal dengan Pereaksi Semprot DPPH pada Fraksi 7-20 dengan Pembanding Ekstrak Etanol Daun Benalu Mangga (Eks) dan Kuersetin (Q) (a) Tanpa Dielusi; (b) Dielusi dengan Fase Gerak n-heksan: Etil Asetat (5,5:4,5). D. Penentuan Aktivitas Antioksidan Analisis penangkap radikal bebas fraksi semipolar ekstrak etanol daun benalu mangga, dilakukan dengan metode DPPH. Metode DPPH sering digunakan dalam penetapan aktivitas antiradikal sebab metodenya mudah, cepat dan sensitif. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada fraksi semipolar yang mengandung kuersetin berfungsi sebagai senyawa aktif sebagai penangkap radikal bebas. Kuersetin merupakan senyawa polifenol yang mempunyai lima gugus hidroksi bebas. Gugus fenol dapat meredam radikal bebas. Laju reaksi kuersetin dipengaruhi oleh adanya halangan sterik. Gugus -OH pada posisi C-3 dan C-5 lebih terhalang dibandingkan posisi C-7, C-3 dan C-4 (Sukarianingsih, 2006). Peredaman radikal DPPH menyebabkan elektron ganjil dari DPPH menjadi berpasangan. Perubahan struktur DPPH-H tereduksi (1,1-difenil-2- pikrilidrazin) menyebabkan ikatan terkonjugasi DPPH semakin pendek sehingga

36 terjadi perubahan warna menjadi kuning. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang maksimal (λ max ) karena pada panjang gelombang tersebut menunjukkan sensitivitas paling tinggi dan kesalahan relatif kecil. Panjang gelombang maksimum DPPH dalam percobaan ini adalah 517,5 nm. Pengamatan absorbansi dibaca pada waktu tertentu dimana waktu tersebut cukup untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi senyawa pada fraksi dengan DPPH. Waktu inkubasi fraksi semipolar selama 25-30 menit. Pembentukan reaksi berlangsung cepat, hal ini diprediksi karena adanya senyawa pada fraksi semipolar mempunyai kandungan fenol yang cukup banyak. Analisis ini, dibuktikan dengan adanya penurunan absorbansi pada marker kuersetin terjadi secara drastis setelah direaksikan dengan radikal DPPH. Senyawa kuersetin yang kehilangan kestabilannya segera menyetabilkan diri dengan membentuk stabilisasi resonansi. Tabel 7. Penetapan IC 50, EC 50 dan ARP Sampel Rerata IC 50 ± SD EC 50 ARP (µg/ml) Fraksi semipolar 37,088±2,011 0,2350 425,532 Ekstrak 10,558±0,788 0,0669 1494,168 Vitamin E 6,906 ±0,543 0,0438 2283,105 Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi pada fraksi semipolar, ekstrak benalu mangga dan vitamin E memberikan pengaruh terhadap aktivitas antiradikal terhadap DPPH. Semakin tinggi konsentrasi, maka semakin tinggi pula aktivitas penangkap radikal DPPH. Penentuan nilai IC 50 dihitung dari besarnya konsentrasi 50% terhadap aktivitas antiradikal. Vitamin E digunakan

37 sebagai kontrol positif yang mempunyai aktivitas paling baik (IC 50 = 6,906µg/mL) dibandingkan fraksi semipolar (IC 50 = 37,088 µg/ml) dan ekstrak etanol daun benalu mangga (IC 50 = 10,558 µg/ml) (Tabel 7). Menurut Reynertson (2005), suatu senyawa dikatakan sangat aktif sebagai antioksidan apabila memiliki nilai IC 50 kurang dari 50 µg/ml. Nilai IC 50 antara 50-100 µg/ml aktivitas sedang, 100-200 µg/ml aktivitas kurang dan lebih dari 200µg/mL digolongkan sebagai antioksidan dengan aktivitas yang rendah. Semakin rendah nilai IC 50 menunjukkan semakin besarnya aktivitas penangkap radikal bebas. Berdasarkan penggolongan aktivitas antioksidan tersebut, fraksi semipolar dan ekstrak etanol daun benalu mangga termasuk antioksidan dengan aktivitas yang sangat aktif. Namun, pada percobaan terlihat bahwa ekstrak etanol daun benalu mangga memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi semipolar. Suatu spesies benalu dapat hidup pada inang yang berbeda. Perbedaan inang menyebabkan perbedaan konsentrasi senyawa sehingga menyebabkan aktivitas antioksidan yang berbeda pula (Artanti et al., 2009). Hasil penelitian ekstrak etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., pada inang pohon mangga (IC 50 10,558 µg/ml) mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., pada inang pohon belimbing sebesar IC 50 29,89 µg/ml (Artanti et al., 2006), ekstrak metanol (IC 50 25,40 µg/ml) dan ekstrak etil asetat (IC 50 17,60 µg/ml) dari daun Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., pada inang lobi-lobi (Fajriah et al., 2007).

38 Penelitian sebelumnya telah disebutkan bahwa hasil isolasi kuersitrin dari ekstrak etanol daun benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., pada inang belimbing memiliki aktivitas menangkap radikal bebas dengan IC 50 5,19 µg/ml (Artanti et al., 2006). Kuersitrin merupakan senyawa kuersetin yang terikat gugus gula rhamnosida pada posisi C-3, sehingga menyebabkan kuersitrin bersifat lebih polar dibandingkan gugus senyawa kuersetin. Adanya gula yang terikat pada aglikon akan menaikkan sifat polaritas dari flavonoid yang bersangkutan (Mursyidi, 1989). Fraksi semipolar yang mempunyai komponen mayor kuersetin ternyata memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kecil dibandingkan ekstrak, hal ini kemungkinan disebabkan adanya senyawa lain dalam ekstrak yang mempunyai aktivitas antioksidan, sehigga ekstrak memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan saat komponen senyawa sudah terpisah pada fraksi. Selain itu, kemungkinan senyawa aktif antioksidan terdapat pada fraksi yang lain.