BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agen of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab, tanggung jawab diartikan sebagai beban yang bersifat moral. Artinya antara

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran bank selaku pelayan sekaligus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari ajaran Islam, termasuk aspek ekonomi. Dalam ushul fiqh, ada

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menggembirakan. Perbankan Syariah mampu tumbuh +/- 37% sehingga total

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan. berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB5 PENUTUP. Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pacta bab sebelumnya telah. pembiayaan tidak semua nasabah memahami dengan benar maksud dari akad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal dalam suatu kegiatan usaha memegang peranan yang sangat

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa-jasa dari bank tersebut. Disamping itu juga tergantung pada. perbankan sangat identik dengan instrumen bunga.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dengan mengacu atas rumusan masalah penelitian. Maka

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang. bank tidak hanya terbatas pada penyimpanan dana dan penyaluran

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. dapat diartikan sebagai Hukum Islam. Islam adalah pandangan hidup yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tetap memegang peranan penting dalam lalu-lintas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

dan persyaratan kepada mudharib atas pembiayaan yang diberikan.pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB V PEMBAHASAN. syari ah yaitu pembiayaan piutang yang mana merupakan bentuk pinjaman

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Piutang Usaha terhadap Laba pada BMT Istiqomah Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

PERLUNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENGENAI PASAR MODAL BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kejadian yang menarik. Lahirnya Bank Syariah Mandiri di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mudharabah merupakan satu pembahasan yang banyak diungkap dalam kitabkitab fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat seiring perkembangan perbankan syari ah.dalam lembaga perbankan syari ah itu, mudharabah menjadi salah satu kunci penting dalam kajian-kajian lebih komprehensif mengenai perbankan syari ah.semua sepakat bahwa mudharabah mengandung nilainilai luhur kemanusiaan dan perwujudan prinsip keadilan dalam sebuah usaha ekonomi. Perkembangan perbankan syariah adalah sebagai alternatif yang memiliki karakteristik dan keunggulan tertentu dibandingkan dengan perbankan konvensional. Kontrak pembiayaan yang lebih menekankan sistem bagi hasil mendorong terciptanya pola hubungan kemitraan (mutual investor relationship), bukan pola hubungan debiturkreditur antagonis sehingga baik pemilik dana, bank maupun pengguna dana mempunyai insentif yang sama untuk menciptakan kegiatan usaha yang menguntungkan, memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian dan berupaya memperkecil risiko kegagalan usaha. 1 Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.dapat diketahui bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam meminjam uang sebagai sesuatu yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan 1 Abdul Ghofur Anshori, 2007, Perbankan Syariah di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 35

2 perekonomiannya dan untuk meningkatkan taraf kehidupannya.pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada yang memerlukan.sebaliknya, pihak peminjam berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu melakukan peminjaman uang tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa pihak peminjam, meminjam uang kepada pihak pemberi pinjaman untuk membiayai kebutuhan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana guna pembiayaan kegiatan usahanya. Selanjutnya dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak kebendaan kepada pemegang jaminan. Hukum jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan peminjaman dalam rangka utang piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku saat ini. Dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah digunakan istilah agunan untuk memakai suatu jaminan, dan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 07/DSN/MUI-IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) pada huruf h menyatakan bahwa pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jadi, dalam hal ini

3 sebenarnya konsep jaminan tidak diwajibkan dan agunan dalam perbankan syariah ini hanya sebagi kehati-htian pihak bank terhadap kemungkinan terjadinya kerugian dimasa depan karena kesalahan ataupun kelalaian si pengelola dana (mudharib). Namun, yang menjadi masalah disini kadang pihak bank seakan mengharuskan atau mewajibkan adanya agunan kepada setiap nasabah penerima fasilitas pembiayaan mudharabah, seolah pihak bank tidak percaya terhadap usaha yang dijalankan oleh mudharib, padahal pembiayaan mudharabah disini dijalankan atas dasar kepercayaan. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Pada praktik di bank syariah, seorang nasabah pembiayaan dianggap wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhi tapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada pembiayaan mudharabah yaitu dimana bank syariah sebagai pemilik dana (shahibul maal) melakukan kerjasama dengan pihak nasabah (mudharib) yang memiliki keahlian/keterampilan untuk mengelola usaha yang produktif dan halal dan pembagian hasil keuntungan dari usaha dilakukan sesuai nisbah yang disepakati bersama, biasanya bentuk wanprestasi yang dilakukan nasabah dalam pembiayaan mudharabah dapat berupa: penerima pembiayaan menggunakan pembiayaan di luar tujuan semula sebagaimana disebutkan dalam Akad Pembiayaan, penerima pembiayaan lalai

4 memenuhi atau tidak memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan lain dalam Akad Pembiayaan (dan atau suatu penambahan, perubahan, pembaharuan atau penggantinya) dan atau terjadinya pelanggaran terhadap atau kealpaan menurut syarat-syarat yang tertera dalam perjanjian agunan yang dibuat berkenaan dengan Akad Pembiayaan. 2 Dalam praktik keseharian perbankan syariah di Indonesia, Hukum Formal yang mengatur hubungan hukum antara bank syariah dengan nasabah (pembiayaan dan penyimpan dana) diatur berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Termasuk di dalamnya mengenai jaminan, bentuk-bentuk jaminan yang berlaku.hal ini karena operasional bank syariah harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di wilayah Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.Ketentuan hukum yang secara khusus berkaitan dengan bank syariah adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, dan payung hukum perbankan syariah adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. 3 Berdasarkan uraian di atas kemudian penulis merasa tertarik untuk lebih lanjut mengkaji permasalahan hukum melalui sebuah karya tulis yang berjudul PRAKTIK PEMBIAYAAN MUDHARABAH DIPT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARIAH CABANG BANJARMASIN. 2 Dewi Nurul Musjtari, 2012, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah, Prama Publishing, Yogyakarta, hlm. 144 3 Ibid, hlm. 113

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka agar tidak mengalami perluasan dalam pembahasan masalah, penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan tersebut sebagai berikut : a. Apakah dalam praktiknya, pembiayaan mudharabah PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Cabang Banjarmasin sudah sesuai dengan prinsip syariah? b. Bagaimana implementasi jaminan pada pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (BTN) syariah Cabang Banjarmasin? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian hukum ini adalah : 1. Untuk mengetahui kesesuaian praktik pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah Cabang Banjarmasin dengan prinsip syariah. 2. Untuk mengetahui implementasi jaminan pada pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Tabungan Negara (BTN) syariah Cabang Banjarmasin. D. Faedah Yang Diharapkan Dari uraian diatas dan dasar-dasar hukum yang dikemukakan di atas, maka faedah yang diharapkan dari penulisan hukum ini, yaitu : a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perbankan syariah. b. Untuk menambah bahan referensi di bidang Ilmu Hukum khususnya hukum perbankan syariah.

6 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan, diketahui bahwa penelitian mengenai Praktek Pembiayaan Mudharabah di PT. Bank Tanbungan Negara (BTN) Syariah Cabang Banjarmasin saat ini belum ada yang membahasnya sehingga tesis ini dijamin keasliannya sepanjang mengenai judul dan permasalahan yang diuraikan di atas sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan. Penulis menemukan beberapa tesis yang kajiannya masuk dalam jaminan mudharabah pada perbankan syariah, namun permasalahan dan bidang kajiannya berbeda, tesis-tesis tersebut antara lain: 1. Tesis atas nama Sadikin, Program Studi Magister kenotariatan Universitas Gajah Mada, tahun 2010, dengan judul Penerapan Bagi Hasil Berdasarkan Prinsip Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Padang, 4 penelitian ini mengkaji tentang : a. Bagaimana penerapan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri Cabang Padang yang sudah murni sesuai syariah? b. Apa saja kendala dalam penerapan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri Cabang Padang? c. Bagaimana solusi yang ditempuh pada Bank Syariah Mandiri Cabang Padang terhadap kendala penerapan bagi hasil? 2. Tesis atas nama Andi Asrul Sukma, Program Studi Magister kenotariatan Universitas Gajah Mada, tahun 2008, dengan judul Implemtasi jaminan dalam penyaluran 4 Sadikin, 2010, Penerapan Bagi Hasil Berdasarkan Prinsip Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Padang, Program Studi Magister kenotariatan Universitas Gajah Mada

7 pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Makassar ditinjau dari Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, 5 penelitian ini mengkaji tentang : a. Bagaimana implementasi penyaluran pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Makassar ditinjau dari Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan? b. Apakah jaminan dalam penyaluran pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Makassar sudah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar syariah Islam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 Undangundang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan? Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sadikin analisis permasalahannya lebih memfokuskan pada penerapan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah pada Bank Syariah Mandiri cabang Padang.sedangkan yang dibahas oleh peneliti lebih mengarah kepada implementasi jaminan pada pembiayaan mudharabah di PT. Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Banjarmasin. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Andi Asrul Sukma analisis permasalahannya hampir sama yaitu menekankan pada penyaluran pembiayaan 5 Andi Asrul Sukma, 2008, Implemtasi jaminan dalam penyaluran pembiayaan mudharabah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Makassar ditinjau dari Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, Program Studi Magister kenotariatan Universitas Gajah Mada

8 mudharabah, tapi yang membedakan dalam penelitian Andi Asrul lebih menekankan pada jaminan dalam pembiayaan sedangkan dalam penelitian ini lebih menekankan praktek pembiayaan mudharabah dan lokasi penelitian yang menjadi sumber informasi dalam penelitian sehingga keaslian penelitian ini terjamin.