Berapa Burukkah Kualitas Lingkungan Hidup Kita?

dokumen-dokumen yang mirip
Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 16:00 WIB FIX)

LIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 31 JANUARI 2017 JAM 14:10)

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 1 FEBRUARI 2017)

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL SOSIALISASI SIWAS DARI PENGADILAN TINGGI ( PER TANGGAL 16 FEBRUARI 2017)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,


LIST PENGADILAN TINGGI YANG SUDAH KIRIM SOSIALISASI ( PER TANGGAL 27 JANUARI 2017 )

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN TINGGI AGAMA DI BENGKULU, DI PALU, DI KENDARI, DAN DI KUPANG

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas seluruh permasalahan perkotaan. Permasalahan kota yang

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Triwulan 3 Tahun 2014

2017, No Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Hakim dan Janda/Dudanya, serta Orang Tua dari Hakim yang Tewas dan Tidak Men

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

2015, No Kepegawaian Negara Untuk Menetapkan Keputusan Penyesuaian dan Penetapan Kembali Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KOTA BANDAR LAMPUNG, OKTOBER 2017 INFLASI 0,11

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

LAPORAN REKAPITULASI PENERIMAAN PNBP Imigrasi TANGGAL : S/D NO. NAMA BIAYA BIAYA JUMLAH SUB TOTAL

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Penentuan Indeks Kualitas Lingkungan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

MATERI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN AQMS DI 45 KOTA


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2013

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Timur

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) APRIL 2016, PROVINSI RIAU DEFLASI 1,10 PERSEN

Transkripsi:

Berapa Burukkah Kualitas Lingkungan Hidup Kita? Uzair Suhaimi 1 uzairsuhaimi.wordpress.com Penulis yakin pembaca yang budiman mengetahui buruknya lingkungan hidup kita. Tetapi seberapa buruk? Pertanyaan kuantitatif semacam inilah yang dicoba dijawab melalui artikel ini. Jawabannya berupa ukuran statistik yang mungkin paling populer karena mudah dipahami yaitu indeks. Bagi yang berminat, berikut ini disajikan semacam catatan teknis mengenai indeks yang dimaksud. Indeks Kualitas Lingkungan Pertanyaan berapa terkait masalah pengukuran sehingga jawabannya tergantung pada cara atau alat ukur yang digunakan; perbedaan alat ukur suatu obyek yang sama dapat menghasilkan angka yang berbeda. Dalam konteks ini BPS--- mengambil Virginia Environmental Quality Index (VEQI) sebagai acuan utama--- menggunakan suatu indeks yang dikenal dengan Indeks Kualitas Lingkungan (IKL) 2. Nilai IKL terletak antara dan 1 yang masing-masing menunjukkan kualitas lingkungan hidup paling buruk (IKL=) dan paling baik atau ideal (IKL=1). IKL merupakan suatu indeks komposit yang dibangun dari empat unsur lingkungan hidup yaitu udara, air, tanah pemukiman dan kepadatan penduduk. Hubungan fungsionalnya secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut: IKL=f(IKU, IKA, IKT,IKP) dimana IKU: Indeks Kualitas Udara; IKA: Indeks Kualitas Air; IKT: Indeks Kualitas Tanah Pemukiman dan IKP: Indeks Kepadatan Penduduk. 1 Penulis berterimakasih kepada Saudara Ano Herwana, Kasubdit Statistik Lingkungan Hidup BPS atas kesediaannya mengedit draft artikel ini; juga kepada Saudara Tri Haryanto (staf Saudara Ano) atas bantuannya menyiapkan data yang diperlukan. 2 Istilah lebih popular mungkin Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) sebagaimana digunakan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Istilah IKL digunakan sekedar untuk membedakan; IKLH dan IKL menggunakan pendekatan metodologi yang kurang-lebih sama. 1

Masing-masing indeks komponen itu juga terletak antara (terburuk) dan 1 (terbaik). Fungsi persamaan itu dibangun secara sederhana sebagai ratarata tertimbang (weighted means) dari indeks-indeks komponennya dengan bobot masing-masing 18, 13, 1 dan 1. Dengan sistem pembobotan itu--- mengacu pada VEQI-- dapat diasumsikan komponen udara, air, tanah dan penduduk masing memberikan sumbangan sekitar 35, 25, 2 dan 2 persen terhadap kualitas lingkungan secara menyeluruh. Gambaran singkat 3 mengenai metodologi penghitungan masing-masing indeks komponen IKL kira-kira sebagai berikut: o IKU dihitung berdasarkan dua variabel yaitu konsentrasi CO dan konsentrasi NOx pada udara ambien. Selanjutnya masing-masing variabel itu dikonversikan ke dalam indeks tunggal dengan mengacu pada PP No. 41 Tahun 1999 mengenai Baku Mutu Udara Ambien Nasional. IKU dihitung sebagai rata-rata tertimbang dua indikator tunggal itu dengan bobot 11 untuk indeks CO dan 16 untuk indeks NOx. o IKA dihitung berdasarkan 9 (sembilan) variabel yaitu nilai maksimum kandungan zat kimiawi dalam air sungai yang diamati yaitu BOD, COD, DO, NO3, NH3, ph, TDS, TSS, dan SO4. Metode penghitungan IKA kira-kira sama dengan metode penghitungan IKU. o IKT dihitung berdasarkan dua variabel: (1) proporsi volume sampah per hari (m3) per km2 yang tidak terangkut, dan (2) Persentase rumahtangga dengan pembuangan akhir tinja berupa tangki (SPAL). o IKP adalah indeks kepadatan penduduk per Ha. Menurut satu sumber yang kredibel, suatu wilayah dikatakan aman untuk ditinggali jika kepadatan penduduknya kurang dari 97 orang per ha. Bagian selanjutnya artikel ini menyajikan gambaran umum kualitas lingkungan hidup kita berdasarkan ukuran yang metodologinya baru saja diuraikan. Sebelumnya perlu dikemukakan bahwa masalah lingkungan hidup pada umumnya bersifat saling berpengaruh secara global atau paling tidak sampai pada suatu kawasan lingkungan hidup tertentu (ecoregion). Implikasinya, gambaran lokal (misalnya kabupaten/kota) sebenarnya dapat menyesatkan jika tidak dibaca secara hati-hati. Jika gambaran dinyatakan secara lokal maka hal itu terpaksa dilakukan karena masalah ketersediaan data. 3 Uraian lebih rinci dapat diperoleh dari Indeks Kualitas Lingkungan 28 (BPS, 21). 2

Gambaran Umum: Bandung Terburuk, Ternate Terbaik Grafik 1 menggambarkan kualitas lingkungan hidup di 31 ibukota provinsi di Indonesia. Sebagai catatan awal perlu dikemukakan bahwa gambaran yang disajikan pada grafik itu mewakili ibukota provinsi tetapi tidak mewakili keseluruhan masing-masing provinsi (kecuali untuk Jakarta). Bandung Jakarta Surabaya Medan Yogyakarta Semarang Pekanbaru Makasar Banjarmasin Denpasar Palembang Serang Bandar Lampung Padang Samarinda Jambi Pontianak Bengkulu Mataram Jayapura Palu Kupang Banda Aceh Palangkaraya Manado Tanjung Pinang Kendari Pangkal Pinang Ambon Gorontalo Ternate Grafik 1: Indeks Kualitas Lingkungan Ibukota Provinsi 28 2 4 6 8 1 IKL Grafik 1 menempatkan Bandung pada posisi puncak dan Ternate pada posisi paling bawah. Maknanya gamblang: menggunakan IKL sebagai ukuran, dari 31 ibukota provinsi yang diperbandingkan, kualitas lingkungan hidup terburuk di Bandung dan terbaik di Ternate. Dalam skala antara (terburuk) dan 1 (terbaik) nilai Bandung hanya sekitar 24 sementara Ternate 94, suatu perbedaan yang sangat mencolok. Pemeriksaan terhadap komponen IKL menunjukkan bahwa Bandung memiliki nilai terendah untuk hampir semua komponen IKL. Jelasnya, kualitas udara, air, tanah dan kepadatan penduduk Kota Bandung sudah sangat memprihatinkan. Pemeriksaan yang sama menunjukkan Ternate paling unggul untuk hampir semua komponen IKL: kualitas udara (terbaik), air (terbaik kedua setelah Gorontalo), tanah (kedua terbaik setelah Banda Aceh). 3

Kualitas Lingkungan Hidup Ecoregion Jawa-Bali Dalam perspektif lingkungan hidup Pulau Jawa dan Pulau Bali memiliki banyak kesamaan sehingga secara bersama membentuk satu ecoregion. Bagian ini memfokuskan pada ecoregion itu karena--- seperti yang akan segera diperlihatkan--- memiliki kualitas lingkungan hidup yang sangat memprihatinkan. Seperti diperlihatkan oleh Grafik 1, posisi semua ibukota provinsi dalam ecoregion itu--- bersama dengan Medan, Pekanbaru, Makasar, Banjarmasin dan Palembang --- menempati posisi bagian atas; jelasnya memiliki kualitas lingkungan hidup yang rendah. Mengingat kawasan-kawasan itu merupakan pusat-pusat kegiatan pembangunan ekonomi maka pertanyaan kebijakan yang relevan: Apakah pembangunan ekonomi harus--- atau tidak harus--- mengorbankan kualitas lingkungan hidup? Jakarta Denpasar Surabaya Bandung Semarang Yogyakarta Serang Tabel 1: Indeks Kualitas Udara dan Komponennya Ibu Kota Provinsi di Ecoregion Jawa - Bali, 28 Konsentrasi Indeks ( µg/m 3 ) CO NOx CO NOx 1,246 88 432 23 19 56 63 41 3 14 8 6 2 2 42 73 67 Kualitas Udara (IKU) 17 3 27 Kembali ke fokus bahasan bagian ini yaitu Ecoregion Jawa-Bali, Tabel 1 memberikan ilustrasi sangat buruknya kualitas udara di ecoregion itu. Sebagai contoh ekstrim, kandungan udara ambien Jakarta dilaporkan mengandung lebih dari 1.2 juta µg konsentrasi CO per Nm 3 dalam satu jam pengukuran. Angka itu sangat tinggi, lebih dari 4 kali angka yang dapat ditolelir oleh PP No 41/1999 yaitu 3 µg per Nm 3. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Jakarta, seperti halnya Surabaya, Bandung dan Semarang, memiliki Indeks CO=. Penulis tidak memahami apakah ada 4

batas atau limit konsentrasi CO dalam udara ambien yang jika lebih tinggi lagi udara tidak lagi dapat digunakan untuk bernafas. Gambaran lebih memprihatinkan jika yang menjadi ukuran adalah konsentrasi NOx. Menurut PP yang sama, baku mutu untuk konsentrasi NOx adalah 4 µg/nm 3 untuk satu jam waktu pengukuran. Seperti ditunjukkan Tabel 1, angka konsentrasi NOx di semua ibukota provinsi di ecoregion Jawa-Bali terletak di atas baku mutu itu sehingga semuanya memiliki indeks NOx=. Seperti diperlihatkan oleh tabel yang sama, konsentrasi NOx beragam mulai dari 2 µg untuk Serang dan Yogyakarta sampai 41 µg untuk Jakarta. Agaknya mustahil untuk menolak kesimpulan bahwa kualitas udara di Ecoregion Jawa-Bali sangat memprihatinkan. Penulis menduga relatif tingginya prevalensi penderita penyakit ISPA di kawasan ini sedikit banyak terkait dengan buruknya kualitas udara ini. Bagaimana dengan komponen lingkungan hidup lain? 1 8 6 4 2 Grafik 2 : Indeks-indeks Kualitas Air, Tanah dan Penduduk Ibukota Provinsi Ecoregion Jawa - Bali (Diurutkan menurut IKL) IKA IKT IKP Grafik 2 memperlihatkan kualitas air di Serang, Semarang dan Yogyakarta relatif baik (IKA >6) sementara di Denpasar, Surabaya, Jakarta dan Bandung relatif buruk (IKA<6). Semarang dengan IKA>8 dan Bandung dengan IKA=41 masing-masing menempati posisi terbaik dan terburuk di Ecoregion Jawa-Bali dilihat dari kualitas air. 5

Dilihat dari kualitas tanah pemukiman, Jakarta dan Denpasar menempati posisi terbaik pertama dan kedua; sementara (kembali) Bandung menempati posisi terburuk dengan indeks hanya sekitar 2. Seperti disinggung sebelumnya, masalah penanganan sampah menempatkan Bandung pada posisi itu. Di luar dugaan, kepadatan penduduk sebenarnya tidak terlalu masalah di Ecoregion Jawa Bali (IKP>6) kecuali di (lagi-lagi) Bandung, Jakarta dan Yogyakarta. Seberapa besar perhatian kita? Dari uraian terdahulu penulis berharap pembaca yang budiman memperoleh kesan bahwa lingkungan hidup kita--- khususnya kualitas udara--- buruk atau bahkan sangat buruk. Ini terutama berlaku di Ecoregion Jawa-Bali. Apakah itu terjadi karena ulah manusia? Penulis tidak menjawab pertanyaan secara konklusif tetapi secara samar merasakan kebenaran ungkapan teks suci berikut: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar-Rûm: 41) 4. Setelah mengetahui tingkat keburukan lingkungan hidup kita maka pertanyaan logis berikutnya adalah seberapa besar perhatian kita terhadap masalah ini. Penulis tidak dapat menjawab pertanyan ini dengan indeks seperti IKL. Walaupun demikian, untuk sementara penulis yakin bahwa perhatian kita mengenai isu global ini rendah atau bahkan sangat rendah. Bagian akhir artikel ini mencoba mengklarifikasi pernyataan ini. Rendahnya kesadaran kita terjadi pada tataran global maupun nasional. Pada tataran global hal itu tercermin dari alotnya negosiasi mengenai program pengurangan gas rumah kaca. Yang paling menghambat program untuk meng-address isu global ini konon justru negara-negara tergolong paling maju perekonomiannya atau paling tinggi pertumbuhan ekonominya. Pada tataran nasional, jawaban jujur terhadap pertanyaan berikut ini mengarah kepada kesimpulan serupa: 4 Al-Qur an Disertai Terjemahan dan Transliterasi, Al-Mizan (28). 6

o Seberapa serius kita mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development); o Apakah kita memiliki kebijakan kongkrit untuk meng-address masalah sumber polutan (udara, air dan tanah) di wilayah perkotaan?; o Apakah kita memiliki kebijakan menyeluruh mengenai tata-guna lahan, pegelolaan limbah industri maupun rumahtangga, sistem transportasi umum ramah-lingkungan, kelestarian lingkungan hidup termasuk untuk biota laut?; o Berapa besarkah anggaran yang dialokasikan untuk meng-address isu terkait lingkungan hidup?; dan o Apakah kita memiliki angka GNP Hijau? Catatan: Hemat penulis, GNP Hijau--- GNP dengan mempertimbangkan ongkos lingkungan hidup--- penting sebagai alat statistik untuk advokasi mengenai seriusnya masalah lingkungan hidup kita. Penulis yakin pembaca yang budiman dapat memperpanjang daftar pertanyaan daftar itu @ 7