II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler pertama kali ditemukan pada Pada 1950 para ahli perunggasan

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah jenis ayam ras unggul hasil persilangan antara bangsa ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 38-44, Feb 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daging broiler diperoleh, dipasarkan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

METODE PENELITIAN. Materi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak itik merupakan salah satu jenis unggas air ( water fowl) karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

TINJAUAN PUSTAKA. kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30%-40% dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Broiler Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992). Susilorini dan Sawitri (2009) menyatakan bahwa broiler adalah ayam yang sangat efektif untuk menghasilkan daging. Menurut Suprijatna, et al. (2005), karakteristik broiler bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, serta bulu merapat ke tubuh. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5--6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2005). Menurut Amrullah (2003), broiler mampu menghasilkan bobot badan 1,5--1,9 kg/ ekor pada usia 5--6 minggu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa broiler pada minggu ke-4 bobot badan 1,4 kg/ ekor dengan konversi pakannya adalah 1,431 (Nuryanto, 2007). Ciri-ciri broiler mempunyai tekstur kulit dan daging yang lembut serta tulang dada merupakan tulang rawan yang fleksibel. Kondisi broiler yang baik dipengaruhi oleh pembibitan, pakan, dan manajemen (Ensminger, 1992).

8 Menurut kecepatan pertumbuhannya, maka periode pemeliharaan broiler dapat dibagi menjadi 2 yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur 1--21 hari dan periode finisher dimulai umur 22--35 hari atau sesuai umur dan bobot potong yang diinginkan (Murwani, 2010). B. Bahan Litter Litter adalah sejumlah bahan dasar yang ditempatkan di atas lantai kandang dengan ketebalan tertentu yang akan bercampur dengan feses, dimana akan terjadi proses biologis. Bahan litter yang paling banyak digunakan pada peternakan broiler di Indonesia yang menggunakan sistem litter adalah sekam padi, jerami padi, dan serutan kayu (Setyawati, 2004). Berbagai bahan litter yang berasal dari limbah pertanian dan industri banyak tersedia dan harganya murah, diantaranya serutan kayu, serbuk gergaji, sekam padi, dan jerami padi (Mugiyono, 2001). Bahan litter yang berbeda jenisnya akan berbeda pula ukuran partikel litter, berat partikel litter, daya konduksi termal, dan daya serapnya terhadap air (Setyawati, 2004). Lebih lanjut oleh Setyawati (2004), perbedaan-perbedaan tersebut menjadikan keadaan oksigen, debu, suhu, dan kelembaban di dalam kandang akan bervariasi pula bila menggunakan bahan litter yang berbeda, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap kondisi internal litter tersebut. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa bahan litter yang baik bilamana ringan, ukuran partikel sedang, daya serap kelembapan udara rendah, murah dan disenangi bila dijual sebagai pupuk.

9 North dan Bell (1990) menyatakan bahwa kondisi internal litter akan mempunyai efek terhadap kelembapan dan temperatur di luar maupun di dalam kandang, bobot ayam, jumlah udara dalam kandang, konsumsi air, stres ayam, penyakit, dan perkembangan jamur di dalam kandang. Litter yang basah merupakan pemicu utama pembentukan gas amonia, karena level amonia yang melebihi batas dapat menyebabkan gangguan pernapasan broiler (Ritz, et al. 2004). Rose (1997) menambahkan bahwa material litter akan berpengaruh terhadap gasgas polutan dalam kandang seperti, amoniak, karbon dioksida, methan, dan hidrogen sulfat, apabila gas-gas tersebut berbeda dalam jumlah di atas ambang batas, maka akan berpengaruh terhadap fisiologis dan kesehatan ayam, sehingga produksi akan terganggu. Lebih lanjut menurut Setyawati (2004), amoniak yang tinggi akan menyebabkan inflamasi mata, penurunan konsumsi pakan, dan pertumbuhan, sedangkan hidrogen sulfat dan debu akan menyebabkan iritasi, sesak napas dan gangguan respirasi lainnya. Selain itu, ph litter, indeks kebersihan litter, temperatur, dan kadar nitrogen amoniak berbeda-beda untuk setiap bahan litter. Menurut Rasyaf (2001), bahan litter berpengaruh terhadap kenyamanan ternak di dalam kandang. Hal ini dikarenakan suatu bahan litter memengaruhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang yang akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan ternak. Suhu kandang yang tidak nyaman, baik terlalu panas atau dingin akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pertumbuhan pada anak ayam. Selain suhu lingkungan kandang, jenis litter yang digunakan juga memengaruhi suhu litter.

10 1. Sekam padi Sekam padi adalah kulit buah padi berupa lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, dan energi atau bahan bakar. Setelah proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20--30% dari bobot gabah. Produksi sekam di Indonesia dapat mencapai 13,2 juta ton per tahun (Deptan, 2011). Sekam padi merupakan limbah hasil pertanian yaitu hasil dari penggilingan padi yang diambil bagian terluar dari butir padi. Sekam paling banyak digunakan untuk alas kandang karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : dapat menyerap air baik, bebas debu, kering, mempunyai kepadatan (density) yang baik, dan memberi kesehatan kandang (Reed dan Mc Cartney, 1970). Sifat lain dari sekam selain dapat menyerap air dijelaskan oleh Luh (1991) bahwa sekam padi bersifat tidak mudah lapuk, sumber kalium, cepat menggumpal, dan memadat. Sesuai pendapat Rasyaf (2004) bahwa sekam merupakan bahan litter yang dapat menyerap air sehingga dapat mengatasi masalah kelembapan. Namun, sekam juga mempunyai kekurangan yaitu sebagai bahan yang ringan dan mudah menggumpal (Reed dan Mc Cartney,1970). Sekam padi ini mempunyai daya menyerap air lebih sedikit karena mempunyai kandungan air yang tinggi sekitar 16,30% dibandingkan dengan jerami padi yaitu sekitar 16,91% (Mugiono, et al. 2003).

11 Standar kebutuhan litter sekam untuk pemeliharaan broiler adalah 2,5--5,0 kg/m 2 (Anonim, 2007). Ketebalan litter untuk daerah tropis dianjurkan 5--8 cm (Moore dan Sinh, 1982). Ketebalan litter yang dianjurkan oleh Charoen Phokphand Indonesia (2008), bahwa litter dengan ketebalan 5--8 cm yang umum digunakan antara lain serutan kayu (3--5 kg/m²), dan sekam padi (2,5--4,0kg/m²) karena mudah didapat di Indonesia. 2. Serutan kayu Selama ini limbah pengolahan kayu masih banyak menimbulkan masalah dalam penanganannya yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang semuanya berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan litter. Kelebihan bahan litter menggunakan serutan kayu yaitu mudah dalam menyerap air sehingga akan meminimalisir timbulnya bibit penyakit yang diakibatkan karena lantai yang basah dan lembab (Rasyaf, 2004). Serutan kayu yang akan digunakan sebagai litter sebaiknya dipotong-potong sepanjang 2--3 cm dengan tujuan agar serutan kayu mudah dalam penanganan serta jika potongan serutan kayu terlalu kecil akan melukai broiler, dengan ketebalan 5 cm sesuai dengan suhu tempat melakukan penelitian relatif panas (Cahyono, 2004). Serutan kayu memiliki kekurangan sebagai bahan litter yaitu dapat menimbulkan sedikit luka pada bagian dada karena serutan kayu berpartikel besar dan sedikit kasar (Wank, 2005).

12 3. Jerami padi Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi dalam satu hektar sawah setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10--12 ton jerami (berat segar saat panen), meskipun bervariasi tergantung pada lokasi, jenis varietas tanaman padi, cara potong (tinggi pemotongan), dan waktu pemotongan, seperti pada varietas Sintanur dengan tinggi pemotongan 8 cm dari tanah dapat menghasilkan 8--10 ton jerami segar per hektar (Biro Pusat Statistik, 2009). Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian serta belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami padi selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di sawah. Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen (Hanafi, 2008). Bagian-bagian jerami padi dapat dibedakan menjadi helai daun, pelepah daun, dan batang yang dapat dipilah atas ruas dan buku yang proporsinya sangat kecil. Proporsi helai daun, pelepah daun, dan ruas adalah 15--27%, 23--30% dan 15--37% (Sitorus, 2002). Jerami padi yang akan digunakan sebagai bahan litter sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu dengan panjang 10 cm, karena dengan ukuran tersebut dapat mempermudah penanganan. Namun, kekurangan menggunakan jenis litter jerami

13 padi adalah sulit didapat karena jerami padi bersifat musiman (Mugiono, et al. 2003). C. Bobot Hidup North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi bobot hidup broiler adalah pakan (nutrisi), genetik, jenis kelamin, suhu, dan tata laksana. Menurut Soeparno (2005), faktor-faktor yang memengaruhi bobot hidup broiler yaitu konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan, dan aktivitas. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrisi broiler pada umur yang berbeda. Lebih lanjut oleh Soeparno (2005), faktor genetik dan lingkungan juga memengaruhi laju pertumbuhan komposisi tubuh yang meliputi distribusi bobot, komposisi kimia, dan komponen karkas. Bobot hidup adalah bobot yang didapat dengan cara menimbang bobot ayam setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot hidup perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik (Blakely dan Bade, 1998). Pada hasil penelitian Bastari (2012) dilaporkan bahwa bobot hidup broiler umur 24 hari yang dipelihara dengan kepadatan 15 ekor/m 2 pada semi closed house dengan litter sekam padi adalah 1.088--1.144 g. D. Bobot Karkas Karkas merupakan hasil utama pemotongan ternak yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Soeparno, 1992). Karkas broiler adalah daging bersama tulang hasil pemotongan, tanpa darah, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut serta dari isi rongga perut ayam. Karkas

14 adalah bagian tubuh ayam tanpa bulu, darah, leher, kaki bagian bawah (cakar), dan viscera (Ensminger, 1980). Dewan Standardisasi Nasional (1995) menjelaskan karkas ayam pedaging adalah bagian tubuh broiler hidup setelah dikurangi bulu, dikeluarkan darah, jeroan, dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker). Menurut Yao, et al. (2006), karkas broiler adalah bagian tubuh ayam yang disembelih lalu dibuang darah, kaki bagian bawah mulai tarsus metatarsus ke bawah, kepala, leher, serta dicabut bulu, dan organ dalam kecuali paru-paru, jantung, dan ginjal. Karkas dihitung setelah dikeluarkan isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, darah, dan kualitas karkas juga ditentukan pada saat pemotongan (Zuidhof, 2004). Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan tulang, lalu pertumbuhan otot yang akan menurun setelah mencapai pubertas selanjutnya diikuti pertumbuhan lemak yang meningkat (Soeparno, 2005). Pembentukan tubuh yang terjadi akibat tingkat pertumbuhan jaringan, kemudian akan membentuk karkas yang terdiri dari 3 jaringan utama yang tumbuh secara teratur dan serasi: jaringan tulang yang akan membentuk kerangka, selanjutnya pertumbuhan otot atau urat yang akan membentuk daging yang menyelubungi seluruh kerangka, kemudian sesuai dengan pertumbuhan jaringan tersebut, lemak (fat) tumbuh dan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan (Anggorodi, 1990). Broiler yang mengonsumsi protein dan energi metabolis yang sama akan menghasilkan bobot karkas yang tidak berbeda (Han dan Baker, 1994).

15 Haroen (2003) menjelaskan pencapaian bobot karkas sangat berkaitan dengan bobot hidup dan pertambahan bobot badan. Wilson (1977) menyatakan bahwa karkas yang baik memiliki banyak jaringan otot dan sedikit mungkin jaringan lemak. Soeparno (1992) menjelaskan faktor yang memengaruhi bobot karkas broiler adalah genetik, jenis kelamin, fisiologi, umur, berat tubuh, dan nutrisi ransum. Pada hasil penelitian Bastari (2012) dilaporkan bahwa bobot karkas broiler pada umur 24 hari yang dipelihara pada semi closed house dengan litter sekam padi adalah 714--756 g. E. Persentase Karkas Broiler Ensminger (1980) menjelaskan bahwa persentase karkas yaitu jumlah perbandingan bobot karkas dan bobot hidup dikalikan 100%. Pendapat yang serupa disampaikan oleh Jull (1992) yang menyatakan bahwa persentase bobot karkas dapat diperoleh dengan jalan membagi bobot karkas dengan bobot hidup sebelum dipotong. Hasil penelitian Siswanto (2004), pada umur 6 minggu persentase karkas broiler yang dipelihara pada kandang postal adalah sebesar 71,78--74,11% dengan bobot hidup 1.950--2.105 g. Persentase karkas ditentukan oleh besarnya bagian tubuh yang terbuang seperti kepala, leher, kaki, jeroan, bulu, dan darah (Jull, 1992). Dijelaskan lebih lanjut oleh Jull (1992) bahwa persentase bagian tubuh ayam pedaging adalah 65--75% karkas; 6,41% bulu; 9--10% viscera; 9--10% darah; 7,8% kepala, dan leher serta 4,40% kaki.

16 Aviagen (2006) menyatakan bobot karkas broiler berkisar antara 1.750--1.800 g atau 71--73% dari bobot badan. Moreng dan Avens (1985), persentase karkas ayam pedaging berkisar antara 60--70%. Widharti (1987) melaporkan persentase karkas broiler umur 6 minggu adalah 58,82--63,89%. Persentase karkas broiler berkisar antara 65--75% berat hidup (Murtidjo, 1992). Persentase broiler siap potong menurut Bakrie, et al. (2003) adalah 58,9%. F. Giblet Menurut Kurtini, et al. (2014), giblet adalah hasil ikutan pada unggas, terdiri dari hati, jantung, dan gizzard (rempela). Menurut Soeparno (2005), bobot hidup memengaruhi bobot giblet. Bobot giblet meningkat dengan meningkatnya bobot karkas, walaupun persentase terhadap bobot hidup ayam akan menurun (Rasyaf, 2004). Pada hasil penelitian Bastari (2012) dilaporkan bahwa pada umur 24 hari bobot giblet broiler yang dipelihara di semi closed house dengan litter sekam padi yaitu sebesar 45,84-- 47,87 g. Faktor-faktor yang memengaruhi bobot giblet diantaranya adalah bangsa, umur, bobot tubuh, obat-obatan, dan ransum (Ressang, 1984). 1. Gizzard Menurut North dan Bell (1990), gizzard terdiri atas otot merah, tebal, dan kuat serta berfungsi untuk menghancurkan butir-butir makanan sebelum masuk ke dalam usus halus. Gizzard berfungsi untuk menggiling dan menghancurkan makanan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan biasanya dibantu oleh grit (Neisheim, et al. 1979).

17 Unggas akan meningkatkan kemampuan metabolismenya untuk mencerna serat kasar sehingga meningkatkan ukuran gizzard, hati, dan jantung (Hetland, et al. 2005). Ukuran gizzard mudah berubah tergantung pada jenis makanan yang biasa dimakan oleh unggas tersebut (Amrullah, 2003). Prilyana (1984) menyatakan bahwa berat gizzard dipengaruhi oleh kadar serat kasar ransum, semakin tinggi kadar serat kasar ransum, maka aktifitas gizzard juga semakin tinggi, sehingga beratnya juga semakin besar. Menurut Akoso (1998), ukuran gizzard dipengaruhi oleh aktivitasnya. Persentase gizzard akan menurun dengan bertambahnya bobot hidup (Crawley, et al. 1980). Bobot gizzard pada broiler umur 6 minggu sebesar 44,76 g atau 3,12% (Prilyana, 1984). Berdasarkan hasil penelitian Widianingsih (2008), bobot gizzard broiler yang dipelihara pada kandang terbuka dengan litter sekam padi dan diberi ransum komersial adalah 23,21±3,07 g, sedangkan persentase bobot gizzard sebesar 1,52±0,12% dari bobot tubuh. Gizzard broiler dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Gizzard

18 2. Jantung Ressang (1984) menyatakan bahwa jantung berfungsi sebagai pemompa darah dalam sistem transportasi atau sirkulasi tubuh. Lebih lanjut Ressang (1984) menyatakan ukuran jantung dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Brake, et al. (1993) menyatakan bahwa rata-rata bobot jantung broiler betina adalah 8,5 g atau 0,5% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar 10,6 g atau 0,6% dari bobot hidup pada umur 42 hari. Persentase bobot jantung yang normal berkisar antara 0,50--1,24% dari bobot hidup dan pada pemotongan umur 10 minggu untuk ayam jantan adalah tetap dan betina menurun menjadi 0,4% (Murtidjo, 1992). Menurut Putnam (1991), persentase bobot jantung broiler sekitar 0,42--0,70% dari bobot hidup. Jantung broiler dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Jantung

19 3. Hati Tanudimadja (1974) menyatakan bahwa hati merupakan organ yang terdiri atas gelambir (lobi) yang besar, berwarna coklat, terletak pada kelengkungan duodenum dan lambung otot. Hati merupakan organ yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak, karbohidrat, zat besi, fungsi detoksifikasi serta berperan dalam metabolisme dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984). Hati terletak di antara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri atas dua lobus besar yaitu lobus dexter dan lobus sinister yang terletak pada lengkungan duodenum dan gizzard. Salah satu fungsi bilik hati adalah untuk mensekresikan cairan empedu ke dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan (North dan Bell, 1990). Putnam (1991) menyatakan bahwa bobot hati 1,70--2,80% dari bobot hidup dan hanya dipengaruhi oleh umur. Hati broiler dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hati

20 Crawley, et al. (1980) menyatakan bahwa rata-rata bobot hati broiler adalah 26,79 g atau 1,86% dari bobot hidup pada umur 6 minggu sedangkan Brake, et al. (1993) menyatakan bahwa rata-rata bobot hati broiler betina adalah 36,2 g atau 1,9% dari bobot hidup dan broiler jantan sebesar 36,9 g atau 1,9% dari bobot hidup pada umur 42 hari. Berdasarkan hasil penelitian Widianingsih (2008), bobot hati broiler yang dipelihara pada kandang terbuka dengan litter sekam padi dan diberi ransum komersial adalah 38,39±3,41 g, sedangkan persentase bobot hatinya sebesar 2,52±0,19%. G. Lemak Abdominal Lemak pada tubuh ternak terbagi atas subkutan (bawah kulit), bawah perut, dalam otot (intramuskuler) (Resnawati, 2004). Lemak abdomen merupakan salah satu komponen lemak tubuh, yang terdapat dalam rongga perut (Yusmaini, 2008). Lemak abdominal merupakan kombinasi berat lemak abdomen dan lemak yang melekat pada gizzard. Lemak abdominal mempunyai korelasi yang tinggi dengan total lemak tubuh dan lemak pada berbagai depot (Soeparno, 1992). Menurut Haris (1997), perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi energi berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subcutan, dan abdominal. Menurut Fontana, et al. (1993) lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan energi ransum yang tinggi. Ditambahkan lagi oleh Tillman, et al. (1991) yang menyatakan bahwa kelebihan energi pada ayam akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.

21 Sembiring (2001) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas broiler ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari broiler tersebut. Broiler muda sampai umur enam minggu mengandung lemak kira kira 4% lemak badan (Wahyu, 1992). Lemak abdominal broiler umur tujuh minggu memiliki persentase sebesar 3,8--4,3% dari bobot tubuh (Wilson, et al. 1993). Pada hasil penelitian Bastari (2012) dilaporkan bahwa bobot lemak abdominal broiler umur 24 hari yang dipelihara di kandang semi closed dengan kepadatan kandang 15--18 ekor/ m 2 menggunakan litter sekam padi sebesar 8,41--8,89 g. Komot (1989) menyatakan bahwa diantara faktor-faktor yang memengaruhi lemak tubuh, maka faktor ransum adalah yang paling berpengaruh Soeparno (1992) menyatakan bahwa lemak karkas yang tinggi sebagai akibat dari perlakuan ransum berenergi tinggi sehingga terjadi kenaikan persentase lemak intra muskular dan menurunkan kadar air. Sementara itu, Ketaren, et al. (1999) menyatakan bahwa pemberian produk terfermentasi pada broiler meskipun tidak menyebabkan perubahan yang berarti terhadap persentase karkas, tetapi dapat menurunkan kadar lemak abdominalnya. H. Closed House Closed house merupakan suatu rancangan kandang ayam yang tidak terpengaruh lingkungan dari luar kandang atau meminimalisasi gangguan dari luar. Sistem kandang tertutup memiliki keunggulan yaitu memudahkan pengawasan, dapat diatur suhu dan kelembabannya, memiliki pengaturan cahaya, dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga penyebaran penyakit mudah diatasi (Lacy, 2001).

22 Kandang tertutup merupakan kandang yang semua dinding kandangnya tertutup. Sistem ventilasi atau pergerakan udaranya tergantung sepenuhnya oleh kipas yang dipasang, sedangkan pada kandang terbuka semua dinding kandangnya terbuka. Kondisi dalam kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi luar kandang (Santoso dan Sudaryani, 2010). Sebagian besar kandang dibuat tertutup dengan tembok, seng, atau layar, kecuali bagian ujung kandang untuk udara masuk (inlet) dan bagian ujung kandang satunya untuk tempat kipas (outlet) (Fadillah, 2006). Priyatno (2002) menyatakan bahwa ventilasi merupakan jalan keluar masuknya udara sehingga udara segar dari luar dapat masuk untuk menggantikan udara yang kotor di dalam kandang. Sistem pendinginan atau cooling system yang diterapkan di closed house diterapkan berbeda-beda tergantung wilayah dan situasi iklim setempat. Sistem pendingin yang dapat kita jumpai di Indonesia dengan menggunakan pad pendingin, media evaporative atau fogging system. Sistem ini memanfaatkan evaporasi air dari media pad atau media evaporative lainnya sehingga udara yang melintas pada media ini akan turun suhunya (Anonim, 2007). Menurut Santoso dan Sudaryani (2010), closed house dengan ventilasi dinding kandang terbuka untuk mengalirkan udara segar dari luar dan exhaust fan untuk mengeluarkan gas CO 2 dan bau ammonia ke luar kandang. Banyaknya exhaust fan yang digunakan tergantung dari volume bangunan kandang dan bobot badan ayam dalam kandang tersebut. Sistem ventilasi bertekanan dalam kandang closed house dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tunnel ventilation system dan cooling pad system (Fadillah,

23 2006). Lebih lanjut Santoso dan Sudaryani (2010) menjelaskan bahwa kandang dengan ventilasi yang terkontrol seperti pada sistem closed house memiliki keuntungan yang tidak dipengaruhi lingkungan luar kandang, temperatur dan kelembaban kandang dikontrol sesuai dengan kebutuhan, kepadatan kandang meningkat serta produktivitas dan pertumbuhan ayam meningkat. Menurut North and Bell (1990), exhaust fan berfungsi sebagai pengeluar udara busuk dari dalam kandang. Kebutuhan exhaust fan yang digunakan tergantung dari kapasitas broiler, sekat pada bangunan kandang, suhu, umur, dan bobot badan broiler. In let merupakan faktor yang memengaruhi tekanan negatif dalam kandang. In let yang tidak tepat akan berpengaruh pada titik dimana tidak ada distribusi pergantian udara. Layar in let terbuat dari bahan kedap udara. Udara segar dari luar masuk melalui in let, lalu udara panas, debu, dan gas (CO 2, CH 4, NH 3 dan H 2 S) dalam kandang ditarik keluar menggunakan exhaust fan (Ansori, 2010). Menurut Haris (2010), ukuran exhaust fan pada kandang sistem closed house yang berdiameter 120 cm (48 " ) dan berkapasitas 30.000 m 3 / kipas dengan kemampuan memenuhi kebutuhan udara (O 2 ) per kilogram bobot badan broiler 8 m 3 /jam. Exhaust fan dipasang pada bagian sisi lebar kandang. Prinsip kerja exhaust fan yaitu menyedot udara dari dalam kandang agar keluar. Kemampuan exhaust fan dalam menarik udara di dalam kandang sangat penting untuk menjaga kandang dari gas-gas berbahaya serta untuk menyediakan oksigen yang cukup.