BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

EFEK QUANTUM LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN LIFE SCIENCE ANAK USIA 5-6 TAHUN TK BA AISYIYAH POLOKARTO SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam belajar tersebut, tentunya masing-masing individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini ialah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah anak yang berumur nol tahun atau sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan ini bertujuan. pendidikan nasional Bab I, Pasal I, Butir 14 bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya. Anak usia 0-6 tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang selalu tumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat pada awal kehidupannya. Santrock (2002) mendefinisikan, Masa awal kanak-kanak (early childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga usia kira-kira 5 atau 6 tahun, periode ini kadang-kadang disebut tahun-tahun prasekolah. Anak yang berada pada usia tersebut memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap lingkungan sekitarnya. Piaget mengemukakan bahwa anak adalah seorang pengkonstruk yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai dengan interpretasi (penafsirannya) tentang ciri-ciri esensial yang ditampilkan oleh lingkungan tersebut (Nugraha, 2008). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 memberikan definisi sebagai berikut, Pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan pendidikan anak usia dini secara optimal, anak harus diberi stimulus yang tepat sesuai tahapan usianya. Sejalan dengan hal tersebut, anak harus diberi pengalaman belajar yang mendorong rasa ingin tahu, menyenangkan dan bermakna, yang nantinya akan menjadi bekal anak untuk memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa, Lingkup 1

2 perkembangan anak meliputi nilai-nilai agama dan moral, bahasa, motorik, kognitif dan sosial emosional. Perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola serta konsep bilangan lambang bilangan dan huruf. Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bahwa indikator pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun dalam lingkup sains adalah mengenal benda-benda disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya) serta mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air, batubatuan dan lain-lain). Pengenalan sains sangat penting diberikan kepada anak sejak usia dini, karena karakteristik anak selalu ingin tahu dan bertanya segala sesuatu yang menarik bagi mereka. Pengertian sains sendiri menurut Fisher adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan pada pengamatan dengan penuh ketelitian (Nugraha, 2008). Sains menurut Neuman adalah produk dan proses, sebagai produk sains adalah pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami. Sebagai proses, sains mencakup menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan. Penting bagi anak untuk ikut dalam proses ilmiah, karena keterampilan yang mereka dapatkan berdampak bagi perkembangan lainnya seperti sikap religius, keterampilan berpikir kreatif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik anak yang akan bermanfaat selama hidupnya (Yulianti, 2010). Ruang lingkup pembelajaran sains menurut Abruscato (1996) ada tiga, studi tentang ilmu bumi (earth and space science) meliputi pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet, kajian tentang tanah, batuan dan pegunungan serta kajian tentang cuaca atau musim. Selanjutnya studi tentang ilmu hayati (life science) meliputi studi tentang

3 tumbuhan, hewan, hubungan hewan dan tumbuhan serta hubungan makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkup ketiga adalah ilmu tentang fisika (physical science) meliputi studi tentang daya, energi, rangkaian dan reaksi kimiawi. Selanjutnya, Balantic, dkk (2005) menyebutkan ruang lingkup life science anak TK adalah keturunan dan adaptasi yang meliputi perbedaan makhluk hidup dan benda mati. Auffredou, dkk (2005) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak TK adalah mendeskripsikan karakteristik makhluk hidup, mengetahui perbedaan tanaman sekitar dan mengetahui perbedaan binatang sekitar. Sejalan dengan pendapat di atas, Trundle, dkk (2015) menyebutkan lingkup pembelajaran life science pada anak meliputi perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, pertumbuhan dan perkembangan organisme (termasuk manusia), kuman dan penyakit menular, dan tumbuhan dan hewan. Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan beberapa sumber tersebut, peneliti dapat membuat kesimpulan bahwa konsep dasar yang dapat dikembangkan pada anak usia dini berkaitan dengan kemampuan life sciene adalah membedakan makhluk hidup dan benda mati, membedakan binatang dan mengetahui karakteristik tanaman. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo, guru kelas masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran life science sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan anak hanya menjadi pendengar saja. Anak jarang diberikan benda konkrit sebagai media dan sumber belajar. Pembelajaran menjadi abstrak dan teoritis sehingga anak sulit memahami

4 pembelajaran yang diberikan guru. Anak belum mampu membedakan gambar benda mati dan makhluk hidup dengan benar, anak belum mampu menyebutkan benda mati dengan benar dan menganggap benda mati adalah hantu, setan dan orang meninggal, anak belum mengetahui perbedaan makhluk hidup dan benda mati, anak sudah mampu membedakan perbedaan binatang bertelur dan melahirkan tetapi dengan bantuan guru, anak sudah mengetahui satu sampai dua kebutuhan tanaman, anak sudah mengetahui bagian tanaman tetapi belum mengetahui fungsinya dengan benar. Sehingga kemampuan life science anak belum optimal. Stimulasi perkembangan anak usia dini dalam lingkup life science dapat dilakukan dengan pemberian pembelajaran yang kreatif, aktif dan menyenangkan bagi anak. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran quantum learning. Quantum learning berakar dari upaya Lozanov dengan eksperimennya tentang suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Quantum learning memadukan antara lingkungan kelas yang positif, suasana belajar yang nyaman serta memungkinkan anak untuk menggunakan permainan fisik. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan peserta didik secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu dan menggunakan poster besar untuk menonjolkan informasi (Deporter & Hernacki, 2006). Deporter, Reardon dan Singer (Sa ud, 2008) menyatakan bahwa kerangka pembelajaran quantum learning adalah Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan (TANDUR), yaitu : Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan, anak telah termotivasi untuk belajar dan memahami manfaat apa yang dipelajari dari pembelajaran life science. Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap anak, anak dapat melihat benda nyata

5 seperti ayam dan batu agar anak dapat mengamati, menyentuh dan meraba secara langsung makhluk hidup dan benda mati. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan metode lainnya, seperti anak mendapatkan pengetahuan tentang informasi makhluk hidup dan benda mati dengan bantuan guru melalui gambar poster yang disediakan misalnya, bergerak, makan, minum dan lain-lain. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya, anak maju ke depan kelas menunjukkan ayam dan batu kemudian menjelaskan sesuai kemampuan mereka. Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap anak merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami bisa. Hal ini dapat dilakukan anak dengan permainan menempel gambar makhluk hidup dan benda mati. Rayakan, anak diberikan pujian untuk menghargai usaha mereka, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional. Kerangka belajar TANDUR sangat sesuai untuk pembelajaran life science karena anak diajak untuk mengetahui apa manfaat pembelajaran life science, setelah tahu manfaatnya anak diajak untuk mengalami secara langsung apa yang mereka akan pelajari, setelah mengalami, anak mengetahui nama dan konsep yang dipelajari, anak selanjutnya diberi kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan mereka, kemudian anak mengulangi lagi pengetahuan mereka yang dapat dilakukan melalui permainan dan yang terakhir guru memberikan pujian, kata positif maupun memberi hadiah untuk menghargai usaha anak. Sehingga, melalui model pembelajaran quantum learning dengan kerangka TANDUR tersebut, anak ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan lebih mudah dalam memahami life science. Penelitian tentang quantum learning juga pernah dilakukan oleh Acat dan AY (2014) yang menunjukkan bahwa quantum learning tidak saja meningkatkan kemampuan anak dalam sains tetapi juga meningkatkan memori otak anak serta meningkatkan sikap positif. Berdasarkan masalah

6 diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Efek Quantum Learning terhadap Kemampuan Life Science Pada Anak Usia 5-6 Tahun TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang dilaksanakan di TK BA Aiyisyah, Polokarto, Sukoharjo menggunakan metode ceramah, anak tidak diajak berpartisipasi sehingga kemampuan life science anak belum optimal. 2. Belum dilakukannya variasi model pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajar. 3. Anak belum mampu membedakan gambar benda mati dan makhluk hidup dengan benar. 4. Anak belum mampu menyebutkan benda mati dengan benar dan menganggap benda mati adalah hantu, setan dan orang meninggal, 5. Anak belum mengetahui perbedaan makhluk hidup dan benda mati. 6. Anak sudah mampu membedakan perbedaan binatang bertelur dan melahirkan tetapi dengan bantuan guru. 7. Anak sudah mengetahui satu sampai dua kebutuhan tanaman, anak sudah mengetahui bagian tanaman tetapi belum mengetahui fungsinya dengan benar. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, diperlukan pembatasan masalah efek kemampuan life science yang meliputi membedakan makhluk hidup dan benda mati, mengetahui karakteristik binatang bertelur dan binatang melahirkan dan mengetahui karakteristik tanaman melalui model quantum learning.

7 D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah efek quantum learning terhadap kemampuan life science pada anak usia 5-6 tahun TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek quantum learning terhadap kemampuan life science pada anak usia 5-6 tahun TK BA Aisyiyah, Polokarto, Sukoharjo. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua aspek yakni aspek teoritis dan aspek praktiks, manfaat dari masing-masing aspek sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai pengetahuan baru bahwa quantum learning dapat dijadikan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran life science di TK. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Berkembangnya kemampuan life science anak melalui model pembelajaran quantum learning. b. Bagi Guru Betambahnya wawasan guru mengenai model pembelajaran quantum learning. c. Bagi Sekolah Sekolah memiliki kebijakan menerapkan model quantum learning dalam proses pembelajaran agar tercipta variasi model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan bagi anak.