BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah sistem pendidikan dimana kurikulum, penilaian, pengawasan dan pengukuran taraf pendidikan bangsa dikelola dan diawasi oleh negara (Purwanto, 2014). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan, bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional memiliki standar nasional pendidikan yang menjadi kriteria minimal dalam sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005. Standar Nasional tersebut antara lain standar kompetensi lulusan yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan dan standar proses yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2009). 1

2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional menyatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Pendidikan Nasional terdiri dari beberapa standar, salah satunya yaitu standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Melalui standar proses, setiap satuan pendidikan diatur sebagaimana seharusnya proses pendidikan ini berlangsung. Standar proses dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan, dengan jumlah kelulusan tahun 2015 hanya mengalami kenaikan 0,3% dari tahun sebelumnya dengan rata-rata nilai SMA/SMK/MA negeri sebesar 62,64, sedangkan nilai rata-rata SMA/SMK/MA swasta sebesar 58,91 (Kemdikbud). Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) yaitu masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvesional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga kini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya. Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung Teacher Centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain (Trianto, 2009).

3 Kenyataan ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Batang Kuis dengan memberikan pertanyaan kepada 40 orang siswa yang telah disebari angket oleh peneliti, terdapat sebanyak 20% (8 orang siswa) berpendapat fisika adalah pelajaran yang sulit dan kurang menarik, 42,5% (17 orang siswa) berpendapat fisika biasa saja, dan hanya 22,5% (9 orang siswa) yang berpendapat fisika mudah dan menyenangkan. Data angket juga menunjukkan bahwa sebanyak 45 % (18 orang siswa) hanya memiliki 1 buku panduan fisika dan 70% (28 orang siswa) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar fisika yang sering berlangsung dikelas yaitu berupa mencatat dan mengerjakan soal-soal sehingga terjadi kebosanan diantara siswa. Serta sebanyak 50% (20 orang siswa) yang jarang mengemukakan pendapatnya pada saat pelajaran fisika berlangsung, sehingga akibatnya proses belajar mengajar hanya terpaku pada guru saja. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada saat Ujian Nasional menjadi rendah, yaitu rata-rata nilai 70 setiap tahun. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Negeri 1 Batang Kuis guru fisika di sekolah tersebut menggunakan model pembelajaran yang tidak bervariasi selama proses pembelajaran. Guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional (pembelajaran langsung) dalam menyampaikan materi dan penugasan yang mana membuat guru aktif dan siswa menjadi pasif, guru selalu memakai pola pengajaran yang sama yaitu guru sebagai pusat segalanya (teacher centered learning) sehingga timbul rasa malas dan jenuh pada diri siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi lemahnya proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran di dalam kelas yang melibatkan siswa (student center) yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Training. Model pembelajaran Inquiry Training menekankan pada proses berpikir untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran ini juga menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

4 Selain itu, pemilihan model pembelajaran ini dasarkan pada pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa. Penelitian mengenai Model Pembelajaran Inquiry Training sudah pernah diteliti oleh A. Pandey (2011) kepada 50 orang siswa dikelas XI IPA yang ada di India. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen (dengan menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training) lebih besar dan lebih efektif daripada kelas kontrol (dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional). Penelitian mengenai Model Pembelajaran Inquiry Training ini juga sudah pernah diteliti oleh Sriwidati (2015) pada materi pokok Kalor dan Perpindahannya di SMA Negeri 1 Kutowinangun Yogyakarta. Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian ini diperoleh hasil belajar siswa dikelas eksperimen (dengan menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training) lebih meningkat daripada hasil belajar di kelas kontrol (dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Persamaan Keadaan Gas Kelas XI Semester II di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasi bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan oleh: 1. Model pembelajaran yang digunakan guru masih kurang bervariasi. 2. Penerapkan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional (berpusat pada guru). 3. Kurang baiknya respon siswa terhadap mata pelajaran fisika yang dianggap sulit dan kurang menarik. 4. Seringnya siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

5 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di kelas XI SMA Negeri 1 Batang Kuis pada semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Materi pembelajaran pada penelitian ini hanya dibatasi pada Materi Persamaan Keadaan Gas. 3. Model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen adalah model pembelajaran Inquiry Training dan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. 1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran konvensional pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016? 3. Bagaimana aktivitas belajar siswa di kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016 selama pelaksanaan model pembelajaran Inquiry Training? 4. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016?

6 1.5 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry Training pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016. 3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa di kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016 selama pelaksanaan model pembelajaran inquiry training. 4. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inquiry Training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas kelas XI di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Sehubungan dengan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, yakni: 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi guru-guru fisika untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat pada pembelajaran fisika. 2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model dalam pembelajaran fisika. 3. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana pengaruh model pembelajaran Inquiry Training dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi pokok Persamaan Keadaan Gas. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan model ini.

7 1.7 Definisi Operasional Hasil belajar adalah pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan (Sanjaya, 2008). Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar yang merupakan interaksi antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inquiry training adalah upaya pengembangan para pembelajar yang mandiri, metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa dalam penelitian ilmiah dan dirancang untuk membawa siswa secara langsung kedalam proses ilmiah melalui latihan- latihan. Model pembelajaran inquiry training memiliki lima tahap yaitu sebagai berikut : menghadapkan pada masalah, pengumpulan data verifikasi, pengumpulan data eksperimen, mengolah, merumuskan suatu penjelasan, dan analisis proses inquiry (Joyce, 2009).