BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat ditempuh melalui formal dan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut meliputi tujuan, materi pelajaran, metode pembelajaran, media

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan proses belajar, karena dengan belajar manusia akan memiliki kecerdasan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Slameto dalam Rahayu, K. (2015, h.1). Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen, yang diantaranya: siswa, tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi. Semua komponen tersebut berinteraksi satu dengan yang lain bermuara 1

2 pada tujuan. Kenyataannya pada pembelajaran tidak semua komponen pembelajaran dilibatkan dengan semestinya. Setiap komponen pembelajaran harus saling mendukung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran yang baik harus disampaikan oleh guru secara sistematis, logis dan faktual agar peserta didik dapat menerima pembelajaran dengan baik dan dapat pula diaplikasikan dengan baik pula di lingkungannya. Tugas pokok guru dalam pembelajaran meliputi: menyusun program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, melaksanakan penilaian hasil belajar, melakukan analisis hasil belajar dan melakukan program tindak lanjut. (Kunandar, 2014, h. 2). Semua kegiatan pembelajaran dikelas dapat disampaikan kepada murid atau peserta didik dengan baik apabila tugas pokok guru dijalankan sesuai dengan peraturan dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Kemudian setelah melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, seorang pendidik atau guru harus mengadakan evaluasi atau penilaian. Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar dan mengajar. Dengan penilaian hasil belajar diketahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan guru. Kurikulum pembelajaran di Indonesia terjadi pergeseran di ranah penilaian khususnya. Awalnya kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP dimana kurikulum ini hanya mengedepankan ranah kognitif saja, tidak dengan ranah psikomotor maupun afektif dari peserta didik tersebut. Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran saat ini seharusnya adalah penilaian autentik sesuai dengan

3 kebijakan pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya (KTSP) yang diberi nama kurikulum 2013. Latar belakang kurikulum 2013 adalah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 diamanatkan penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test), namun pendidikan menyeluruh yang memerhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa indonesia melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir Nasional (UAS) pada 2011 dan penyempurnaan kurikulum sekolah dasar dan menengah sebelum 2011 diterapkan di 25% sekolah dan 100% pada tahun 2014. Penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah dengan memasukan pendidikan kewirausahaan (diantaranya dengan mengembangkan model link and match). (Kunandar, 2014, h. 35). Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel dan informatif. Standar penilaian

4 pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah. Jelas adanya bahwa penilaian pembelajaran peserta didik diatur oleh Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan harus pula di aplikasikan atau digunakan oleh pendidik untuk menilai hasil belajar peserta didik setelah pembelajaran. Tetapi pada saat ini masih banyak pendidik yang belum mengetahui jelas apa itu penilaian autentik yang sudah ditetapkan pemerintah tersebut, sehingga peneliti mengangkat judul tentang penilaian sesuai yang digunakan dalam kurikulum 2013 yaitu penilaian Autentik yang menilai 3 aspek sekaligus dalam satu pembelajaran diantaranya dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian melalui tes, (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil belajar dikelas). Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap,

5 keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan sebenernya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya penilaian level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL. (Kunandar, 2014, h. 36). Kebijakan dan peraturan tentang penilaian autentik ini sudah sangat jelas dipaparkan oleh pemerintah. Tapi kenyataannya beberapa sekolah memang menggunakan kurikulum 2013 tetapi ada beberapa guru didalamnya tidak mengaplikasikan dalam pemebelajaran. Fenomena ini yang membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Penilaian autentik baik digunakan di dalam pembelajaran karena selain mengikuti peraturan pemerintah, seorang guru telah memberikan peluang kepada peserta didik untuk lebih kritis dan lebih mandiri dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketiga ranah pembelajaran seperti kognitif, psikomotor dan afektif dapat dicapai dengan baik. Penilaian menjadi hal yang penting sekali dalam pembelajaran begitu juga pembelajaran dikelas harus dipikirkan dengan baik-baik oleh seorang guru. Analisis Silabus terlebih dahulu adalah hal yang wajib dilakukan oleh seorang

6 pendidik, karena didalam silabus sudah jelas bagaimana mengajar suatu konsep dan mencapai tiga ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Pemerintah sudah menjelaskan dengan detail mengenai cara pembelajaran di kelas kepada seorang pendidik dengan merumuskan Silabus yang nantinya akan dikembangkan dalam skenario pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tetapi hasil dari studi pendahuluan penulis mendapati beberapa keganjalan bahwa beberapa guru dalam pelaksanaan pembelajaran tidak menganalisis silabus terlebih dahulu sehingga pembeljaran di kelas tidak terlaksana dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 04 Februari 2016 yang bertempat di SMA Negeri 10 Bandung dengan cara wawancara guru biologi menemukan berbagai masalah dalam pelaksanaannya yang hasilnya: melakukan penilaian tanpa menganalisis KD, kurang mengembangkan ranah afektif dan psikomotor dan hasil belajar siswa rendah, misalnya karakter siswa yang tidak dapat dibenahi dengan tidak jujur dalam ujian, terlambat pada saat masuk ke sekolah, kreativitas siswa kurang dikembangkan dalam pembelajaran dan sebagainya. Fenomena ini harus segera dibenahi dan kebijakan pemerintahlah yang harus diapresiasi dengan menghadirkan kurikulum 2013 yang dapat mengatasi semua masalah pembelajaran tersebut, dengan memberikan peraturan penilaian autentik untuk dapat menilai ketiga ranah pembelajaran secara langsung yaitu kognitif, psikomotor dan afektif. Penilaian autentik yang digunakan pun harus optimal dilaksanakan dalam pembeljaran dikelas, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

7 Penelitian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu keterampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Misalnya, peserta didik diberi tugas proyek untuk melihat kompetensi peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata. Penelitan ini diangkat oleh peneliti untuk memperbaiki kembali peneliti sebelumnya pada judul; (1) Profil penilaian autentik pada konsep biologi di SMA Negeri Kota Tangerang Selatan, (2) Peningkatan keterampilan proses, motivasi, dan hasil belajar biologi dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII SMP kartika V-1, dan (3) Penerapan penilaian autentik sebagai upaya memotivasi belajar peserta didik. Penelitian ini benar-benar belum pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu. Peneliti memiliki tujuan khusus yaitu untuk dapat mengoptimalkan penilaian autentik dalam pembeljaran, sehingga peneliti mengangkat judul sebagai berikut: Optimalisasi penerapan penilaian autentik dalam mengukur sikap dan keterampilan siswa pada sub kosep pencemaran air di SMA Negeri 10 Bandung.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan diatas, maka permasalahan yang diangkat peneliti dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Penilaian autentik sudah dilaksanakan dalam sekolah tersebut tetapi masih belum optimal b. Guru masih melakukan penilaian berdasarkan hasil tes saja. c. Siswa kurang mengembangkan kemampuan pada ranah sikap dan keterampilan C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut: bagaimana optimalisasi penerapan penilaian autentik dalam engukur sikap dan keterampilan siswa pada subkonsep pencemaran air di SMA Negeri 10 bandung?. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah diutarakan diatas, maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang muncul sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil penilaian sikap dengan menerapkan penilaian autentik secara optimal?

9 2. Bagaimana hasil penilaian keterampilan dengan menerapkan penilaian autentik secara optimal? 3. Bagaimana hasil respon peserta didik setelah mengikuti pembelajaran autentik yang diukur dalam angket likert? 4. Bagaimana pendapat tim ahli mengenai perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam kurikulum 2013 dan penilaian autentik? E. Batasan Masalah Mengingat rumusan masalah utama pada penelitian ini sebagaimana telah diutarakan diatas terlalu luas, sehingga penelitian ini akan dibatasi dalam beberapa hal sebagai berikut: a. Aspek yang diukur adalah aspek sikap dan keterampilan pada subkonsep pencemaran air. b. Jenis penilaian yang digunakan adalah observasi dan unjuk kerja. c. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 10 Bandung dan beberapa ahli kurikulum, ahli penilaian dan ahli penilaian autentik. F. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka peneliti memiliki tujuan umum maupun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

10 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui seberapa besar optimalisasi penerapan penilaian autentik dalam mengukur sikap dan keterampilan siswa pada subkonsep pencemaran air di SMA Negeri 10 Bandung. 2. Tujuan Khusus: Untuk mengoptimalkan perencanaan pembelajaraan secara autentik di kelas X MIA 1 SMA Negeri 10 Bandung pada subkonsep pencemaran air Untuk menilai implementasi pembelajaran autentik secara optimal pada di kelas X MIA 1 SMA Negeri 10 Bandung pada subkonsep pencemaran air Untuk mengetahui evaluasi hasil pembelajaran autentik setelah dilakukan secara optimal di kelas X MIA 1 SMA Negeri 10 Bandung pada subkonsep pencemaran air G. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini dapat diperoleh beberapa informasi yang berguna bagi siswa, guru maupun bagi peneliti. Manfaat yang diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memperbaiki cara berpikir dan belajar sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif. Selain itu, menambah pengalaman belajar siswa dan juga meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa.

11 b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan penilaian hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan kreatifitas dan profesionalitas guru. c. Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan dalam hal penilaian hasil belajar siswa dengan penilaian Autentik sesuai dengan Kurikulum 2013. d. Bagi sekolah, budaya meneliti lebih baik dan pembelajaran menjadi lebih terarah. H. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan observasi di SMA Negeri 10 Bandung, ditemukan berbagai masalah diantaranya yaitu Kurangnya kesadaran guru dalam menganalisis kompetensi dasar (KD) untuk menentukan jenis penilaian yang dibutuhkan, guru masih melakukan penilaian berdasarkan hasil tes saja, siswa kurang mengembangkan kemampuan pada ranah sikap dan keterampilan. Permasalahan seperti ini akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai sesuai dengan silabus yang telah dirancang oleh Permendikbud sedemikian rupa. Dampak bagi peserta didik adalah tidak adanya ilmu baru dan tidak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat lebih baik. Fenomena seperti ini harus ditanggapi dengan beberapa tindakan dengan mengubah cara pembelajaran dengan memberikan ilmu secara sistematis, logis dan faktual. Selain itu solusi yang baik diterapkan dalam penilaian oleh guru

12 sebaiknya menggunakan penilaian autentik sesuai dengan kurikulum 2013 yang harus menilai tiga aspek pembelajaran diantaranya kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga guru diharuskan untuk menganalisis Kompetensi Dasar terlebih kemudian membuat skenario belajar dan mengaplikasikannya dalam kelas. Dengan seperti itu tujuan pembelajaran akan tercapai dan penerapan penilaian autentik akan dapat optimalisasi dilaksanakan dalam pembelajaran kelas. Temuan Masalah Penilaian autentik sudah dilaksanakan dalam sekolah tersebut tetapi masih belum optimal Guru masih melakukan penilaian berdasarkan hasil tes saja. Siswa kurang mengembangkan kemampuan pada ranah sikap dan keterampilan. Perencanaan tindakan Solusi (penerapan penilaian autentik secara optimal ) Mengoptimakan penilaian autentik Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Sumber: Dokumen Pribadi

13 I. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dengan judul peningkatan hasil belajar melalui Optimalisasi penerapan penilaian autentik yang mengukur sikap dan keterampilan siswa pada sub konsep Pencemaran Air di SMA Negeri 10 Bandung, serta untuk menghindari kekeliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka berikut ini beberapa definisi operasional dan variabel yang digunakan yaitu: 1. Pengoptimalan adalah proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dsb). (KBBI edisi 3, 2005, h.800). 2. Penilaian Autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses mauoun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). (Kunandar, 2014, h.35). 3. Karakteristik Sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut. (Kunandar, 2014, h.9). 4. Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk

14 melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). (Kunandar, 2014, h.10). 5. Pencemaran air merupakan perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Menurut keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENLH/I/1998, yang dimaksud dengan polusi pencemaran air adalah masuk/ dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain kedalam air/ udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya. J. Struktur Organisasi Skripsi A. Bagian Pembuka Skripsi B. Bagian Isi Skripsi 1. Bab 1 Pendahuluan 2. Bab II Kajian Teoritis 3. Bab III Metode Penelitian a. Metode Penelitian b. Desain Penelitian c. Partisipasi dan Tempat Penelitian d. Pengumpulan Data e. Analisis Data

15 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 5. Bab V Simpulan dan Saran C. Bagian Akhir Skripsi