MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

Pembaruan Parpol Lewat UU

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

EVALUASI SATU TAHUN PENYELENGGARA PEMILU

KAMPANYE TAK BERKUALITAS, POLITIK UANG MENGANCAM

LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG. MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan sebuah negara dengan sistem pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB V PENUTUP. 1. KPUD sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah harus. menjunjung tinggi netralitas. KPUD adalah birokrasi

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB II GAMBARAN AKTIVITAS HUMAS KPU PROVINSI JAWA TENGAH DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN SOSIALISASI PILGUB JATENG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

Transkripsi:

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga yang ditujukan untuk mempengaruhi pemerintah dan politik, baik dalam bentuk sikap mendukung maupun tidak mendukung.

Bingkai/Konteks Partisipasi Politik di Indonesia 1970an Monoloyalitas PNS pada penguasa Fusi partai politik (3 partai) Larangan membentuk partai politik baru (deparpolisasi) Massa mengambang (depolitisasi) Sentralisasi pemerintahan daerah (kepala daerah ditentukan Pusat) Mahasiswa dilarang berorganisasi di kampus (NKK/BKK 1978) 1980an Azas tunggal Pancasila untuk partai dan ormas Kriminalisasi Golput (tidak memilih dalam pemilu) UU Ormas 1985: kooptasi organisasi masyarakat sipil Dwifungsi ABRI diformalkan dalam UU Hankam (dominan fungsi sospol) 3

Partisipasi Politik di Bawah Orde Baru Usaha sistematis yang dilakukan oleh rezim penguasa untuk membatasi partisipasi politik warga demi kepentingan rezim dan elit. Partisipasi politik = Mobilisasi politik, depolitisasi massa, de-ideologisasi massa

Tiga Rezim Partisipasi Elektoral di tingkat lokal (1) UU No.5/1974 (berlaku 25 tahun) DPRD dijadikan bagian pemerintah daerah Kepala daerah ditentukan pusat, jaga kepentingan pusat Massa mengambang: depolitisasi rakyat

Tiga Rezim Partisipasi Elektoral di tingkat lokal (2) UU No.22/1999 (berlaku 4 tahun) DPRD kuat, otonomi daerah seluasluasnya Kepala daerah ditentukan DPRD, jaga kepentingan elit politik Partisipasi imbas politik dalam ruang (mobilisasi untuk dukungan elit)

Tiga Rezim Partisipasi Elektoral di tingkat lokal (3) UU No.32/2004 (berlaku 10 tahun, diganti Perpu No 1/2014) DPRD & kepala daerah kuat, kepentingan partai dominan Kepala daerah dipilih rakyat Partisipasi warga: pemilih dan tim sukses

Perubahan Kelembagaan dan Ruang Partisipasi Politik Sistem Pemilu Proporsional terbuka KPU tetap dan mandiri Sistem Kepartaian Bebas membentuk parpol Tidak ada kontrol pemerintah Sistem perwakilan Semua wakil dipilih rakyat Dua kamar terbatas (DPR dan DPD)

Rute Partisipasi Politik Warga Penonton dan alat legitimasi (Orba) Partisipan (demokrasi) Pemilih (reformasi)

Tantangan terhadap Partisipasi Politik Warga Pengesahan UU Pilkada tidak langsung (mencabut pilkada langsung) tahun 2014, disusul penerbitan PerPPu No. 1/2014 yang mengembalikan pilkada langsung dan sekarang sudah disetujui menjadi RUU. Disahkannya UU ITE, UU Ormas, UU Rahasia Negara, UU Intelijen. Sejumlah masalah perwakilan politik warga yang akut: krisis demokrasi perwakilan, depolitisasi warga (massa mengambang), deideologisasi, cara-cara militeristik dalam membungkam suara warga, masih kuatnya nilai dan sikap yang anti pluralisme, dan politik oligarki.

Pembelajaran dari Pilkada dan Pemilu Semasa Reformasi 1. Kebangkitan partisipasi warga (mencari informasi sebelum memilih, media alternatif informasi pemilu). 2. Kemampuan warga menentukan pemimpinnya sendiri di tengah kepungan kampanye hitam dan politik uang. 3. Tumbuhnya voluntarisme dalam politik (fenomena relawan). 4. Pengalaman kelompok warga dalam menyampaikan daftar tuntutan/kepentingan kepada para calon pemimpin (kontrak politik / kesepakatan dengan kandidat).

Contoh Partisipasi Politik Kelompok pendamping warga (LSM) melakukan transaksi politik dengan kandidat untuk menyepakati daftar kepentingan yang akan diperjuangkan jika terpilih sebagai pemimpin (wakil rakyat, kepala daerah). Kasus 1: menggagas kontrak politik melalui riset (Jaringan Perempuan Jawa Timur pada Pilgub Jawa Timur 2008) Kasus 2: Kontrak politik dengan pemberian dukungan politik (Forum Rakyat Bersatu pada Pilgub Sumut 2013) Kasus 3: Menyuarakan 16 kepentingan perempuan secara politik (Solidaritas Perempuan pada Pilgub DKI 2012) Kasus 4: Survei warga dan temu kandidat di Malang, Kupang, Makasar (Puskapol, Demos, MCW, Bengkel Appek, SP pada Pileg 2014)

Pembelajaran Kasus Partisipasi Warga Poin POSITIF: 1. Agregasi kepentingan warga melalui survei atau pengumpulan pendapat warga (bottom up). 2. Ada pengorganisasian warga untuk mengumpulkan dan menyampaikan aspirasi. 3. Proses terbuka dan dipublikasikan secara luas. 4. Proses didokumentasikan dengan baik. 5. Tidak diskriminatif.

Pembelajaran Kasus Partisipasi Warga Poin NEGATIF: 1. Kontrak politik dengan dukungan politik (suara) pada kandidat tertentu (klientelisme). 2. Instrumen dan mekanisme pengawasan dan pengawalan aspirasi /kepentingan belum ada, atau sudah ada tapi belum efektif. 3. Informasi belum menyebar merata ke seluruh warga. 4. Dokumentasi proses kesepakatan belum baik. 5. Sulit membangun komunikasi dengan kandidat terpilih pasca pemilu (posisi tawar belum kuat).

Menuju Pemaknaan Ulang Partisipasi Politik Politik dipahami sebagai upaya memperjuangkan dan mewujudkan kepentingan berbagai pihak dalam masyarakat yang saling berhubungan, baik yang bekerjasama maupun yang bertentangan. Partisipasi politik tidak sekedar kehadiran (prosedural). Partisipasi politik harus berupa keterlibatan (substantif). Target : penguatan komunitas berbasis spasial (daerah pemilihan, desa, kecamatan). Partisipasi politik BUKAN soal dukungan terhadap elit maupun partai. Momen pemilu sebagai sebuah siklus: pra pemilu pasca.

Menuju Pemaknaan Ulang Partisipasi Politik TAHU Warga mendiskusikan aspirasi dan kepentingannya Warga mampu mengawasi setelah calon pemimpin terpilih Warga mampu merumuskan dan menyampaikan daftar kepentingan kepada para calon pemimpin AWASI MAMPU

Prakondisi Tahu-Mampu-Awasi 1. Adanya pengorganisasian masyarakat yang relatif baik. Pengorganisiran masyarakat memungkinkan perumusan dan perjuangan kepentingan publik dilakukan kolektif dan terstruktur. Pengorganisiran masyarakat yang baik cenderung menghindarkan situasi terpecah-pecah di antara warga sebagai pemilih dan sejak awal memperkuat posisi tawar warga ketika berhadapan dengan kandidat maupun perantara. 2. Adanya pencatatan /dokumentasi dan publikasi yang lengkap. Terpublikasikan secara luas artinya terutama cakupannya mampu menjangkau komunitas warga masyarakat. 3. Adanya pengetahuan yang memampukan dan menjadi dasar pengawasan oleh warga.

Terima Kasih Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL DIP FISIP UI)