BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit virus sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia dalam waktu sangat pendek. Vektor DHF adalah kebun di sebut Aedes aegypti sedangkan vektor potensialnya adalah aedes albopitus. 1,2 Perkembangan hidup Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya betina menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan jantan tidak bisa menggigit atau menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur Aedes aegypti betina bekisar 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan terbangnya berkisar 40-100 m dari tempat perkembang-biakannya. Tempat istirahat disukai adalah benda-benda tergantung ada di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu dan baju/pakaian di kamar gelap dan lembab. Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika di bandingkan ukuran rumah (Culex quinauefasiatus). Tempat perindukan utama Aedes aegypti adalah di tempat-tempat berisi air bersih berdekatan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. 1,2 Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai risiko untuk terkena infeksi virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropis pernah mengalami letusan demam dengue dan DBD. Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan ke dua setelah Thailand. Dari tahun 1968-1988 selama 20 tahun selalu terjadi kenaikan jumlah kasus setiap tahun. Faktor-faktor mempengaruhi
peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini sangat kompleks yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi tidak terencana dan tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap serta efektif di daerah endemik serta peningkatan sarana transportasi. 1 Cara tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan pemberantasan sarang (PSN) yaitu kegiatan dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi penular demam berdarah dengue cara 3M yaitu : menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ke tempat penampungan air bersih (TPA), menutup rapat TPA dan mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang Aedes aegypti. 1 Pengendalian vektor DBD merupakan satu-satunya cara harus dilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD untuk tujuan memutus mata rantai penularan DBD karena sampai sekarang obat antivirus dengue dan vaksin untuk DBD belum ditemukan. Macam pengendalian vektor DBD telah dilakukan dan memberikan hasil menjanjikan ( promising ) adalah pengendalian menggunakan 1% Abate/ Temefos berbentuk granula pasir ( sand granules ) untuk stadium larva dan 4% malation dalam bentuk asap ( fog ) untuk stadium dewasa. Tindakan pengasapan dan abatisasi massal memang berhasil menekan populasi vektor DBD, namun hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan secara terus menerus karena biaya operasional mahal dan juga kemungkinan penggunaan insektisida dosis kurang tepat ( sublethal dosage ) akan mengakibatkan timbulnya resistensi terhadap insektisida digunakan. Di samping itu juga akan menyebabkan timbulnya pencemaran lingkungan. 3 Telur Aedes menetas hingga 90% pada hari pertama, 5% berikutnya pada hari kedua, dan sisanya hari ketiga atau tidak menetas pada kondisi wajar atau pada air bersih. Kondisi air tercemar atau air tidak bersih, daya tetas telur hanya 56,2 %. Hal ini berdasarkan dari penelitian dari Yeyen Hendayani, yaitu menggunakan rendaman jerami sebagai medianya. 4
ini akan digunakan media air tercemar, seperti air tanah, air comberan, air rob dan air hujan sebagai kontrol. Penggunaan air tercemar tersebut, untuk membuktikan seberapa besar daya tetas telur Aedes aegypti. B. PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Penyakit DBD bersifat endemis dan belum ada obat serta vaksinnya. 2. Cara pencegahan diandalkan hingga saat ini adalah pengendalian vektor berbagai cara, termasuk PSN. 3. Larva Aedes aegypti juga ditemukan disumur gali, menunjukan perubahan perilaku condong berbahaya, sehingga diperlukan penelitian untuk memastikan perubahan perilaku tersebut, terutama adaptasinya terhadap air tercemar. Dari perumusan masalah disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : a) Berapa persen daya tetas telur Aedes aegypti pada air tercemar? b) Pada air tercemar manakah telur Aedes aegypti dapat menetas baik? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui daya tetas telur Aedes aegypti pada air tercemar, Air Tanah, Air Comberan, Air Rob dan Air Hujan sebagai kontrol 2. Tujuan Khusus a. Menghitung jumlah telur menetas di masing-masing kondisi air. b. Menentukan jumlah telur Aedes aegypti menetas berdasarkan kondisi air D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini berguna untuk menentukan strategi baru dalam program pengendalian aedes aegypti terutama dalam penentuan objek sasaran di samping sebagai dasar metode pengendalian lainnya. E. BIDANG ILMU ini dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Epidemiologi penyakit ditularkan vektor (serangga). F. KEASLIAN PENELITIAN No Peneliti (th) 1. Umi Hijirah 2008 Judul Hubungan pengerahuan, sikap dan kualitas pembersihan Sarang oleh ibu rumah tangga keberadaab AEDES Sp di RW 1 kelurahan pedurungan tengah kecamatan pedurungan kota semarang Jenis Explanatory research pengetahuan tentang PSN Variable Aedes sp Hasil hubungan pengetahuan ibu rumah tangga tentang pembersihan sarang Keberadaan Aedes spp. No Peneliti (th) 2. Ratna Yuliwati 2006 Judul Hubungan kegiatan PSN DBD di RW 1 kelurahan kedungwuluh Jenis Croos Secsional kegiatan PSN veriabel Hasil hubungang kegiatan PSN
3. Catra Asrika Hubungan pendidikan ibu rumah tangga, frekwensi kehadiran dalam penyuluhan DBD di RW 1 kelurahan purwokwerto genuk kecamatan Genuk sari Croos Secsional pendidikan, frekwensi, kejadian DBD hubungan pendidikan ibu rumah tangga, frekwensi penyuluhan Aedes sp 4. Imam Munandar 2004 5. Joko Santoso 2006 Hubungan intensitas cahaya kepadatan Aedes sp pada bak mandi di kel. Tandang kec. Tembalang kota Semarang. Pengaruh warna kasa penutup AUTOCIDAL OVITRAP terdap junlah AEDES AEGYPTY Croos Secsional Explanatory research intensitas cahaya kepadatan autocidal ovitrap; putih, merah, biru muda, hitam hitam hubungan atara intensitas cahaya kepadatan pengaruh warna kasa penutup autocodal ovitrap terhadap jumlah ae. Aegypti No Peneliti (th) Judul Jenis 6. Yeyen Pengaruh berbagai Eksperimen Hendayani konsentasi air Kuasi 2007 rendaman jerami pada ovitrap terhadap jumlah telur Aedes spp di Pedurungan konsentrasi air rendaman jerami : 10%, 30%, 50%, 70%, Hasil pengaruh konsentrasi air rendaman jerami pada ovitrap terhadap jumlah telur
7. Sayono 2008 Kidul, Kota Semarang Pengaruh modifikasi ovitrap terhadap jumlah Aedes Eksperimental Kuasi 90% Varianel jumlah telur Aedes spp pada ovitrap LO dimodifikasi atrakta jumlah Aedes Aedes spp perbedaan jumlah Aedes terperangka pada LO berdasarkan jenis atraktan, letak pemasangan LO dan waktu pengamatan Terdapat perbedaan penelitian sebelumnya, dari ketujuh penelitian diatas hanya meneliti jumlah aedes atau telur aedes pada Ovitrap. Sedangkan penelitian ini membedakan jumlah telur Aedes aegypti menetas di air tercemar seperti air tanah, air comberan, air rob dan air hujan.