BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. tangga itu. Biasanya, pelaku berasal dari orang-orang terdekat yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

VICTIMISASI KRIMINAL TERHADAP PEREMPUAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahap interogasi / penyidikan sering terjadi tindakan sewenang-wenang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB I PANDAHULUAN. berusaha memposisikan secara positif kedudukan, fungsi dan peranan. sendiri, merupakan sejarah yang unik.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

BUPATI POLEWALI MANDAR

I. PENDAHULUAN. dalam rumah tangga saat ini kerap terjadi baik merupakan kekerasan secara fisik

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan dari sebuah masyarakat tertentu yang berlangsung secara timbal balik dan terikat oleh kesatuan wilayah. Agar hubungan kepentingan masyarakat pada suatu negara dapat berjalan dengan efektif, tentu diperlukan peran serta pemerintah dan untuk untuk mewujudkan hal tersebut Pemerintah memerlukan istrumen dan instrumen tersebut adalah hukum positif. Hukum merupakan wujud dari pemerintah dan kehendak negara yang dijalankan oleh pemerintah untuk mengemban kepercayaan dan perlindungan penduduk, baik didalam maupun diluar wilayahnya. Menurut Leslie Lipton, fungsi negara yang asli dan tertua adalah perlindungan karena negara dibentuk oleh individu-individu untuk memperoleh perlindungan dan negara terus dipertahankan untuk memelihara tujuan tersebut. 2 Individu- individu yang dimaksud dalam suatu negara adalah masyarakat yang didalamnya ada orang 1 Lihat Boer Mauna, hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Global (Bandung: PT Alumni, 2001 Cetakan Kedua, hlm. 17: Unsur- unsur pembentukan negara menurut Boer Mauna adalah unsur-unsur Konstitutif, yaitu(1) penduduk; (2) wilayah tertentu; (3)Pemerintah; dan (4) Kedaulatan. 2 Drs. Dikdik M. Arief Mansur, dan Elisataris Gultom,.: Urgensi Perlindungan Korban kejahatan. hlm. 9 1

2 laki-laki maupun perempuan dan juga ada anak-anak. Apabila negara mempunyai kewajiban untuk melindungi seluruh warga negaranya. Maka baik perempuan maupun laki-laki dan juga anak-anak berhak mendapatkan perlindungan dan hal itu harus diberikan secara merata baik kepada laki-laki atau perempuan, dan anak-anak setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Perlindungan hukum dapat terlaksana apabila peraturan perundangundangan yang mengharuskan atau memaksa untuk bertindak benar-benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi diukur secara sosiologis dan filosofis. Bruggink membagi keberlakuan hukum menjadi tiga, yaitu keberlakuan faktual, keberlakuan normatif dan keberlakuan evaluatif material. Keberlakuan faktual yaitu kaidah dipatuhi oleh para warga masyarakat efektif kaidah diterapkan dan ditegakkan oleh pejabat hukum, keberlakuan normatif yaitu kaidah cocok dalam sistem hukum hirarki, keberlakuan evaluatif yaitu secara empiris kaidah tampak diterima, secara filosofis kaidah memenuhi sifat mewajibkan karena isinya. 3 3 J.J. H. Bruggink alih bahasa Arief Sidhart., Refleksi tentang Hukum, 1996,Citra Aditya Bakti, bandung, Hlm. 157.

3 Perlindungan korban kejahatan dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak korban kejahatan memperoleh pengaturan dalam perundang-undangan nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku kejahatan pada dasarnya merupakan salah satu pengingkaran dari asas setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945, sebagai landasan Konstitusional. Selama ini muncul pandangan yang menyebutkan pada saat pelaku kejahatan telah diperiksa, diadili dan dijatuhi hukuman pidana, maka pada saat itulah perlindungan terhadap korban telah diberikan, padahal pendapat demikian tidak sepenuhnya benar. Terutama pada korban kekerasan dalam rumah tangga. Karena suatu tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti: paman, suami, pacar, teman kencan, dan orang-orang yang berkaitan dengan pekerjaannya seperti, atasan maupun teman sekerjanya dapat membawa trauma yang besar terhadap korban kekerasan tersebut. Adapun yang sering menjadi korban dalam tindak kekerasan dalam rumah tangga adalah istri dan anak, hal ini terjadi karena laki-laki secara fisik lebih kuat, karena itu tingkat agresifitasnya lebih tinggi. Dalam masyarakat, laki-laki sejak anakanak disosialisasikan untuk menggunakan kekuatan fisiknya. Budaya yang ada dalam masyarakat selama ini menempatkan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Perempuan dibesarkan dan disosialisasikan untuk bersikap lemah lembut dan banyak mengalah.

4 Ketergantungan ekonomi memaksa perempuan untuk menerima penganiayaan dari orang pada siapa ia bergantung. Apapun model dan bentuk kekerasan yang dilakukan baik itu berupa ancaman kekerasan, penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan adalah merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan. Perlindungan hukum bagi istri (perempuan) dan anak sangat diperlukan mengingat kedudukannya yang lemah. Perlindungan terhadap istri mengingat hanya perempuan yang memiliki fungsi reproduksi. Namun demikian dalam hukum positif kita sudah ada undang-undang yang mengatur tentang perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga yaitu Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, namun sejak diundangkannya Undang- Undang ini terjadi banyak peningkatan kekerasan dalam rumah tangga. Betapa tidak, simak saja angka tindak kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia yang selalu menunjukkan peningkatan, khususnya setelah diberlakukannya UU No. 23 tahun 2004. Mulai dari 7.787 kasus pada tahun 2003 menjadi 14.020 kasus pada tahun 2004, 20.391 kasus pada tahun 2005, 22.512 kasus pada tahun 2006, 25.522 kasus pada tahun 2007, 54.425 kasus pada tahun 2008, dan 143.586 kasus untuk tahun 2009 4. 4 Budi Sulaksana, Artikel kekerasan dalam rumah tangga, http://www.budis.blogspot. com./kdrt, 12 November 2010

5 Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 ini disebutkan yang bisa menjadi korban adalah suami, istri, dan anak, orang-orang yang mempunyai hubungan dan yang menetap dalam satu rumah, dan orang yang bekerja membantu rumah tangga tersebut dan tinggal menetap dalam rumah tangga tersebut. 5 Kedudukan korban dalam hukum Positif saat ini belum ditempatkan secara adil bahkan cenderung terlupakan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa seluruh warga negara Indonesia berhak untuk mendapatkan perlindungan dari segala macam bentuk ancaman yang membahayakan bagi orang tersebut. Yang pelakunya lebih sering adalah orang-orang terdekat mereka sendiri bahkan tidak jarang pelakunya adalah suami mereka sendiri. Yang mana seharusnya suami adalah sosok yang memberikan perlindungan bagi istrinya. Lalu bagaimana seharusnya Indonesia bertindak sebagai negara hukum yang seharusnya memberikan perlindungan kepada kaum perempuan (dalam hal ini istri) korban kekerasan rumah tangga seperti kekerasan fisik, seksual, psikologis,dan juga penelantaran rumah tangga, maka dari itu diperlukan perhatian khusus kepada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga terutama oleh pemerintah. Sebagaimana telah disebutkan dalam Undangundang No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga adalah pemerintah, masyarakat, polisi, dan juga advokat. Namun dalam hal terjadinya suatu tindak kekerasan tidak mungkin ada tanpa adanya peranan dari korban itu sendiri. Apapun 5 Lihat Pasal 2 Undang-undang No 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

6 bentuknya, dilihat dari tindak kekerasan terhadap perempuan mempunyai peranan dalam terjadinya tindak kekerasan atau kejahatan, walaupun sebenarnya tidak ada timbul viktimisasi kriminal (viktimitas) atau kejahatan (kriminalitas) tanpa adanya pihak korban dan pelaku. Karena masing-masing merupakan kompenen suatu interaksi (mutlak) yang hasil interaksinya adalah suatu viktimisasi kriminal (kriminalitas). Jadi yang dimaksud dengan viktimisasi kriminal kekerasan adalah tindakan-tindakan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang terhadap orang lain, baik untuk kepentingan diri sendiri atau orang lain dan yang menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial. Dalam Undang-undang No 23 tahun 2004 ini meskipun memberikan perlindungan bagi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga tapi dalam undang-undang terdapat unsur-unsur Pasal yang menyatakan adanya viktimisasi terhadap perempuan yaitu dalam Pasal 1 Ayat 1 6 yang berbunyi yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis dan atau penelataran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. yang mana bila kita menafsirkan Pasal tersebut menyatakan korban yang terutama dilindungi adalah perempuan. Hal ini bisa mengakibatkan anggapan masyarakat bahwa perempuan itu adalah seseorang yang lemah yang bisa dijadikan sebagai korban suatu tindak kejahatan. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah permasalahan viktimisasi kriminal kekerasan dalam 6 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga

7 rumah tangga terhadap perempuan berkaitan dengan pandangan, pemikiran dalam viktimologi mengapa perempuan selalu menjadi korban kekerasan. Berangkat dari uraian ini maka peneliti akan berusaha mengkaji mengenai bagaimana unsur-unsur viktimisasi kekerasan dalam rumah tangga dan bagaimana bentuk viktimisasi korban dalam perundang-undangan di Indonesia. Sehingga penulis dalam penelitian ini akan mengambil judul Tinjauan Yuridis Normatif Viktimisasi Perempuan Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Rumah Tangga B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Unsur Viktimisasi yang terdapat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga? 2. Bagaimana bentuk Viktimisasi dalam Undang- Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui unsur-unsur viktimisasi perempuan dalam Undang- Undang No 23 Tahun 2004.

8 2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk viktimisasi dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai wacana kritis terhadap perlindungan negara kepada korban-korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. b. Bagi pengembangan Ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu Viktimologi untuk menambah wawasan mengenai pencegahan terjadinya korban dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. c. Sebagai salah satu aktualisasi peneliti dalam bidang ilmu hukum. 2. Manfaat Aplikatif a.bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam hal penambahan wacana khususnya masalah perlindungan korban.

9 b. Bagi Masyarakat Penelitian ini sebagai wacana kritis terhadap perlindungan negara kepada korban-korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. c. Bagi Insan Akademisi Untuk memperkaya wawasan mengenai hak, kewajiban serta peran korban tindak pidana perempuan dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. E METODE PENELITIAN Metode penelitian berfungsi sebagai alat atau cara untuk melakukan penelitian, sedangkan penelitian adalah suatu cara yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat ilmiah. 1. Metode pendekatan Dalam Penulisan Tugas akhir ini Peneliti menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yakni melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat dan jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yuridis kualitatif, yakni berkaitan langsung dengan tujuan peneliti untuk melakukan pengkajian dan analisis secara kritis terhadap ketentuan-ketentuan normatif yang berkaitan dengan viktimisasi perempuan dalam tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Sebagai upaya

10 memberikan perlindungan korban perempuan dan yang bersumber dari perangkat yuridis normatif. 2. Jenis Bahan Hukum Sumber bahan hukum dalam penelitian ini meliputi: a. Sumber Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif, 7 yaitu: 1. Undang- undang nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. 2. Penjelasan UU No. 23 tahun 2004. b. Sumber Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum penunjang yang merupakan penjelasan, penafsiran dan pengembangan dari bahan hukum primer yaitu: 1. Literatur pendukung berupa dokumen, literatur, makalah, jurnal ilmiah dan artikel-artikel lepas yang terkait dengan pembahasan mengenai viktimisasi perempuan dan Deklarasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan 2. Artikel-artikel dan berita dari media cetak dan internet. c. Sumber Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang digunakan sebagai pelengkap penjelasan, penafsiran dan pengembangan dari bahan hukum primer maupun sekunder yaitu berupa: 7 Lihat Pedoman Penulisan hukum., fakultas hukum universitas Muhammadiyah Malang, 2007. Hlm. 12.

11 1. Kamus. 2. Ensiklopedia. 3. Teknik Analisa Bahan Hukum Teknik Analisa Bahan hukum adalah tahap yang penting dalam menentukan suatu penelitian. Analisa bahan hukum adalah menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan bahan hukum yang diperoleh dan kemudian diajukan dalam pokok permasalahan yang diajukan. Adapun teknik analisa bahan hukum dalam penulisan ini adalah analisa isi (content analysis). F.SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan skripsi ini terdiri dari 4 bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab pendahuluan, peneliti memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan, serta sistematika penelitian ini. Bab II Kajian Pustaka Dalam bab II ini berisi teori-teori dan konsep tentang viktimisasi pada Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam bab kajian pustaka ini peneliti memaparkan secara teoritis dan konsep tentang pengertian, tujuan fungsi viktimisasi pada Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Dan dalam Bab ini juga membahas mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yang terkait

12 dengan metode pendekatan penelitian, jenis dan bahan hukum penelitian yang di dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum primer yang terbagi atas Bahan Hukum primer, sekunder dan tersier. Dan juga mengenai pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan dan juga pendekatan analisis. Kemudian metode penelusuran guna mendapatkan bahan hukum yang diperlukan serta bagaimana cara menganalisis data penelitian yang telah diperoleh. Bab III Pembahasan Bab III dari penelitian ini berisi tentang analisa hasil temuan tentang permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Sesuai dengan rumusan permasalahan, maka di dalam Bab III ini akan membahas dua permasalahan pertama mengenai unsur-unsur pasal yang menyatakan viktimisasi tersebut dan yang kedua mengenai bentuk- bentuk viktimisasi yang terjadi. Bab IV Penutup Bab IV penelitian ini mengenai kesimpulan, berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan analisa pada bab pembahasan dalam satu kerangka pemikiran.