BABI PENDAHULliAN. pendidikan harus ditingkatkao pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam. mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi yang akurat bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Keingintahuan pada sesuatu hal yang baru merupakan reinkarnasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BABI PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menempa siswa menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan inti dari sistem pendidikan nasional, di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas No. 20 tahun 2003). pendidik dan sarana serta prasarana yang berkualitas. Peringkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karya sastra, baik karya sastra lama maupun karya sastra baru. Kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BABI PENDABULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan memiliki peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Oleh karena itu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran sastra seharusnya mampu mendorong pemenuhan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

B B A I P n e d n a d h a u h l u u l a u n La L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Ma M s a a s l a a l h

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAll l PENDAHULUAN. Salah satu tujuan didirikan lemabaga pcndidikan adalah menciptakan surnber

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

) manusia adalah pendidikan. Dengan kata lain jika kualitas pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis. Menulis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teks yang dibaca untuk memperoleh makna (Vacca, 1991:172). Membaca

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, menyebabkan arus

BABI PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 atau erd globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menitik beratkan pada empat

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mempersatukan keberagaman bahasa, adat-istiadat, suku, dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mempelajari sastra di sekolah dasar pada dasarnya adalah membantu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan alam secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

.. BABI PENDAHULliAN A. Latar Belakang Masalab Untuk memacu pcnguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, mutu pendidikan harus ditingkatkao pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Salah sat11 upaya tersebut adalah dengan cara meningkatkan mutu pengajaran karena pengajaran rnerupakan bagian dari pendidikan (AECT, 1977), yang men1pakan bentuk opernsional pelaksanaan pendidikan di sekolah. Dengan dilakukannya upaya peningkatan mutu pengajaran secarn langsung memberi kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Senada dcngan hal ini, Reigeluth ( 1983) mengatakan bahwa peningkatan rnutu pendidikan tidak dapat terjadi sebelum peningkatan mutu pengajaran terlebih dahulu. Untuk itu harus ditingkatkan pengetahuan tentang cara merancang metodc atau strategi pengajaran agar pengajaran menjadi lebih efektif, efesicn, dan memiliki daya tarik. Selain itu Glesser ( 1976) mengatakan bahwa untuk meningkatkan mutu pengajaran diperlukan ilmu merancang yaitu merancang seperangkat tindakan yang dimak.sudkan untuk mengubah situasi pengajaran yang ada ke situasi yang diinginkan. Dalam menjalankan fungsi sebagai perancang pengajara11, gum dihadapkan pada beberapa variabel yang berbeda di luar kontrolnya antara lain variabel isi pengaj aran yang telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan rujuan

.. (inslroclional Koals) yang ingin dicapai dan variabel siswa yang tclah membawa seperangkat sikap, kemampuan awal, dan karakteristik perorangan ke dalam situasi pcngajaran. Dalam merancang pengajaran hal ini dapat dijadikan sebagai pijakan kcrja. Peluang yang ada pad a guru dalam hal ini menumt Degeng ( 1978) adalah bagaimana memanipulasi metode penga,jaran di bawah pengaruh kondisi dan tujuan pengajaran. Pendidikan sastra merupakan salah satu a<;pek penting yang perlu diajarkan kepada siswa, agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kchidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Pengajaran sastra yang selama ini berlangsung secara fonnal di kelas masih bertahan pada konteks ilmu. Guru-guru sastra di kclas tidak berhasil menolak tekanan-tekanan untuk menjabarkan sastra sebagai kerangka ilmu yang harus. diimbaskan. Akibatnya pengajaran sastra menurut Gani (1980) lebih terpusat pada kegiatan pengembangan pengetahuan tentang sastra yang sebenarnya tidak bennanfaat bagi pengembangan daya pikir kritis dan day a krcatif scrta sikap sastra siswa. Kegagalan pengajaran sastra di sekolah sudah lama terdengar. Banyak pengamat menilai pengajaran apresiasi sastra selama ini bcrlangsung rnonoton. tidak menarik bahkan mcmbosankan. Siswa tidak diajak untu:k menjelajah dan menggauli keagungan nilai yang terkandung dalam teks sastra, tetapi sekedar dicecoki dengan pengetahuan tentang sastra yang bercontk teoretis dan hafalan 2

(Kompas, 9 Juli 2002)_ Dalam pengajaran apresiasi sastra banyak dijwnpai siswa tidak diajak mengapresiasi (memahami dan menikmati) teks-tcks sastra yang sesungguhnya, tetapi sekedar menghafalkan nama-nama sastrawan berikut hasil karyanya atau hanya membaca salah saru hasil karya sastrawan. Dengan kata lain, apa yang disampaikan guru dalam pengajaran sastrd barulah kulit luarnya saja, sehingga siswa gaga! menik.mati isi dan kandwlgan nilai dalam suatu karya sastra. Hal ini disebabkan pcngajaran apresiasi sastra di sekolah masih menitikberatkan pada aspek kognitif, misalnya tata bahasa, ilmu bahasa, dan sebagainya. Mclihat kondisi pengajaran apresiasi sastra yang telah diuraikan di atas. pengajaran apresiasi sastra semacam ini tidak saja memprihatinkan, tetapi juga telah membusukkan proses pencerdasan emosional siswa. Uutuk merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pengajaran apresiasi sastra, terdapat sejumlah kendala antara laii1 : (I) muatan sastra dalam kurikulum bahasa Indonesia sangat sedikit; (2) EBTNEBT ANAS sekarang diganti dengan istilah U AN (Ujian Akhir Na~ ional) masih mentitikberatkan pengetahuan faktual dan bclum menjangkau apresiasi sastra; (3) kurangnya kemampuan gum dalam memakai GBPP tentang kebermaknaan belajar sastra bagi siswa; (4 ) kurangnya kemanan guru bahasa (sccara rata-rata) untuk menyajikan pcmbelajaran sastra yang menari.k; dan (5) kurangnya buku-buku sastra di perpustakaan sekolah ( hllp :1/wv.w depdiknas.go. id). Menurut Suhendrd (1993) bahwa apresiasi sastra mengandung ani memahami, menikmati, menghargai, dan menilai karya sastra. Senada dengan hal 3

ini, Effendi ( 1986) juga mengatakan apresiasi sastra dapat menumbuhkan kepekaan pikiran, kritik, suatu penghargaan, dan kepekaan perasaan terhadap cipta sastra. Sumardjo (1979) mengemukakan bahwa pengajaran sastra hendaknya membawa sastra itu kepada siswa (anak didik). Membawa sastra kepada anak didik bcrarti mengakrabkan siswa dengan karya sastra tersebut. Jika persoalan matematika Iebih menuntut untuk aktivitas berpi.lcir (otak), persoalan sastra merupakan kebalikannya yaitu lebih mcngutamakan aktivitas rasa dan daya sensitivitas. ltu berdrti mengaprcsiasi sastra dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional siswa. Kcccrdasan emosional yang dikemukakan Cooper ( 1998) bah~'3 keccrdasan emosional merupakan kemarnpuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan infonnasi. Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Negeri 14 Medan, ji.ka dilihat dari nitai rata-rata Ujian Akhir Nasional (UAN) T.P. 2001/2002 untuk bidang studi bahasa dan sastra lndonesia dapat dikatakan baik yaitu 7,00. Namun nilai ini dapat lebih ditingkatkan lagi dengan mcningkatkan kreativitas siswa antara lain mencoba mctodc pcmbelajaran yang lehih balk. Untuk meningkatkan hasil belajar apresiasi sastra siswa perlu ditentukan m ~tode pembelajaran yang cocok digunakan sebagai alternatif metode yang dilakukan yaitu metode cerama h bersistem dan metode cer.:unah - diskusi dcngan menyertakan faktor psikologis kecerdasan emosional, sebagai faktor yang 4

.. diperkirakan akan berpengaruh dengan metode pembelajarnn temadap basil bclajar apresiiisi sasna. B. hlentifikasi Masalah Befdasarkan Jatar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini yaitu: faktor-faktor apa ~jakah yang mempengaruhi hasil belajar apresiasi sastra? Apakah sarana dan prasarana belajar mempengaruhi basil belajar apresiasi sastra? Apak8h metode pembelajaran mempeogaruhi basil helajar aprcsiasi sastnt? Sejauh manakah minat siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra? Sejauh manakah penguasaan guru sastra dalam membawakan pembelajaran apresiasi sastra? Metode pembelajaran manakah yang memberikan hasil yang lebih baik bagi siswa dalam proses pembclajaran mala pej~jaran apresiasi sastra? Apakah melode ceramah bersistem dan metode ceramah diskusi memberikan basil yang berbeda dalam mata peiajaran 'apresiasi sastra? Apakah kecerdasan emosiona1 siswa berpengaruh dalam pembelajaran apresiasi sasrra? ApaJ..:ah perbedaan kecerdasan emosional memberikan hasil yang bert>eda tcrhadap t>asil belajar apresi:jsi sastra? Dengan kecerdasan emosional siswa yang berbeda apakah hac;il belajar aj.:an bcrbeda bila siswa diajarkan des1gan metode pembelajaran yang berbeda? Apakah metode ceramah bersistem cocok bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi? Apakah metode cmunah - diskusi cocok bagi siswa yang memiliki kecerdasan er11osional rendah'> Apakah hasil belajar apresiasi sastra siswa yang diajarkan dengan m~ode ceramah bersistem lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang Jiajarkan dengan metode

.. ceramah - disi.."usi? Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi basil belajar apresiasi sastta akan lebih tinggi bila diajarkan dengan metode ceramah bersistem diband.ing diajarkan dengan metode cenunah diskusi? Apakah siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah basil belajar apresiasi sastra akan lebih tinggi bila diajarkan dengan metode cera.rnah be~istem dibanding diajarkan dengan metode cerarnah - diskusi ~ C. Pembatasan Masalah Hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternaj. Penelirian yang mencakup keseluruhan faktor tersebut merupakan pckcijaan yang nunit dan t:idak terfokus, menuntut keahlian, waknl dan dana Dengan demildan perma..c;alahan dajam penehtian ini dibatasi dengan aruh metode ceramah bersistem dan ceramah -- diskusi dan kecerdasan emosional dibedakan atas kecerdasan ernosional tinggi dan kecerdasan emosional rendah terhadap basil belajar apresiasi sastra Sel.anjutnya materi apresiasi sastnt dibatasi dengan sub pokok bal1asan mengenai : jenis-jenis karya sastra, pengertian apresiasi sasn unsur-unsur katya sastra., membaca puisi dan membahas citraaanya, mencatat bagian yang paling berkesan dari suatu karya sastra dan membahasnya. mengapresiasi puisi baru dalam bentuk tema dan amanat, dan mengenaj puisi baru berdasarkan bemuk dan isi, serta periodisasi sastra. Sedangkan kecerdasan emosional dibatasi pada.. yairu : mengenali emosi diri, mengclola suasana hati. memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan hubungan dengan orang lain_ 6

D. Perumusan Masalab Bertitik tolak dari batasan masalah di atas, permasajaban yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah basil belajar apresias1 sastra siswa yang diajarl<:an dengan metode ceramab bersistem lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah - diskusi? 2. Apakah basil belajar apresiasi sastra siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih baik dibandingkan dengan kecerdasan emosional rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembe!ajaran dengan kecerdasan emosional terbadap basil be1ajar apresiasi sastra siswa '' E. Tujuan Pcn~litian Penelitian ini bertujuan untuk menguji antara lain : I. Untuk mengetahui apakah hasil belajar apresiasi sastra siswa yang diajarl<:an dengan metode ceramah bersistem lebih baik dibandingkan dengan rnerode ceramah diskusi. 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar apresiasi sastra s1swa yang memitiki kecerdasan emosional tinggi lcbih baik dibandingkan dengan kecerdasan emosional rendah. 7

3. Unruk mengetahui ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kecerdasan emosional temadap basil belajar apresiasi sast:ra siswa. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, dih~kan dapat memberikan manfaat kepada tenag-d. pendidik atau guru yang btnifat praktis maupun yang bersitat teoretis. Manfaat penejitian ini sec3f8 praktis adalah sebagai beriku1 : I. Sumbangan pemikiran untuk dilaksanakan bagi kemajuan dan peningkatan keberhasilan bel~jar siswa khusu.snya siswa SLTP Negeri 14 Medan. 2. Salah satu upaya peningkatan ilmu peng:etahuan dan kererampilan dalam hal-hal yang berbubungan dengan pelaksanaan dan aplikasi teknologi pembelajaran. Sedangkan mantaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berik"llt : 1. Swnbangan pemikiran bagi guru~guru, pengelola, pengembang. dan Jembaga-lembaga pendidikan dalam dinamika kebutuhan siswa. 2. Bahan infonnasi untuk penelitian-penelitian lebih Janjut. 3. Rahan masukan bagi sekojah sebagai aplilutsi teoretis dari tel'tlologi pembelajaran.