BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagaimana dinyatakan pada pasal 1 Undang-Undang No. 20/2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. karena dari pendidikan menggambarkan betapa tingginya peradaban suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. demikian, PAI memiliki peran strategis untuk menciptakan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tidak langsung suatu bangsa dituntut untuk mempunyai sumber

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang tidak dapat dilihat oleh mata lahir. Sabda Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebagai faktor penentu

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan mempunyai pemerintahan sendiri, pendidikan agama telah diprogramkan untuk diberikan di sekolah-sekolah Negeri dan pelaksanaannya diserahkan kepada Kementerian Agama. Untuk merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama di setiap jenjang pendidikan formal dengan berdasar pada UU No. ٤ Tahun. ١٩٥٠ maka Pendidikan Agama semakin kuat kedudukannya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Bab XII Pasal ٢٠ Ayat ١ dan ٢ yang berbunyi: Dalam Sekolah-sekolah Negeri diadakan pelajaran Agama; orang tua murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran Agama. Cara penyelenggaraan pengajaran Agama di sekolah-sekolah Negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri Agama. ١ Pada perkembangan selanjutnya posisi pendidikan agama semakin kuat, terutama setelah dikeluarkan UU No. ٢٠ Tahun. ٢٠٠٣ tentang Sisdiknas pasal ١٢ yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya h. ٨٧-٨٨. ١ Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar, ٢٠٠٤), ١

٢ dengan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Dan di dalam pasal ٣٧ dinyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain Pendidikan Agama. Berbagai peraturan perundang-undangan menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam disekolah telah mendapatkan posisi yang jelas dan merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan. Namun, pelaksanaan pendidikan agama tersebut masih dihadapkan pada berbagai problem yang relatif kompleks. Salah satu problematika pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berkaitan dengan aspek metodologi pembelajaran PAI yang orientasinya cenderung bersifat normatif, teoritis dan kognitif yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara diagnosis dan praktis dalam kehidupan beragama. Hal ini menyebabkan pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama yang tidak mampu membentuk pribadi-pribadi Islami. Problem lain yang secara faktual masih dirasakan dalam pelaksanaan pendidikan agama di antaranya menyangkut aspek guru yang kurang mampu mengintegrasikan materi pendidikan agama dengan mata pelajaran lain. Kurangnya interaksi guru agama dengan guru nonpendidikan agama juga perlu mendapatkan perhatian. Aspek lainnya yang juga layak disoroti menyangkut aspek muatan kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama, termasuk buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama yang belum mampu membangkitkan semangat dan kesadaran beragama. ٢ ٢ Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, ٢٠٠٦), h. ١٦٣.

٣ Beberapa hambatan yang dirasakan oleh guru agama pada umumnya juga harus mendapat perhatian lebih mendalam khususnya yang berkaitan dengan keterbatasan waktu, luasnya materi agama yang akan disampaikan dan kurngnya minat belajar siswa. Dari berbagai permasalahan di atas, problem yang berkaitan dengan guru merupakan salah satu aspek yang harus memperoleh perhatian secara serius. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru sebagai pelaksana pendidikan merupakan faktor utama dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan agama. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru merupakan salah satu langkah yang urgen untuk dilaksanakan secara serius dan berkesinambungan. Menurut H.A.R Tilaar, kulitas guru menjadi kunci utama di dalam peningkatan kualitas pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, tidak hanya diperlukan suatu reformasi mendasar dari program pendidikan, tetapi juga sejalan dengan penghargaan yang wajar tehadap profesi guru sebagaimana di negara-negara industri maju lainnya. Hanya dengan peningkatan mutu serta penghargaan yang layak terhadap profesi guru dapat dibangun suatu sistem pendidikan yang menunjang lahirnya masyarakat demokrasi, masyarakat yang berdisiplin, masyarakat yang bersatu penuh toleransi dan pengertian, serta yang dapat bekerja sama. ٣ Seiring dengan upaya peningkatan kualitas tenaga pendidik (termasuk guru agama), pihak pemerintah terus berusaha memenuhi kebutuhan sarana prasarana pendidikan agama termasuk pengembangan kurikulum dan ١٤ ٣ H. A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, ٢٠٠٤), h.

٤ media pendidikan agama yang diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan agama secara optimal. Hal ini secara tidak langsung menggambarkan betapa perhatian dan pengakuan bangsa Indonesia terhadap sumbangan besar pendidikan Islam dalam upaya mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perhatian dan pengakuan tersebut merupakan tantangan yang memerlukan respon positif dari para pemikir dan pengelola pendidikan Islam di Indonesia. ٤ Berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan agama telah ditempuh pemerintah. Sumbangan-sumbangan pemikiran untuk mempertahankan konsistensi pendidikan agama sebagai bagian integral dari konsep pendidikan nasional terus mengalir. Namun, realita menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan agama di sekolah masih mendapatkan sorotan yang perlu mendapatkan perhatian secara serius terutama menyangkut aspek metodologi pembelajaran yang bersifat konvensional. Pelaksanaan pendidikan agama yang terjadi selama ini lebih beriorientasi pada guru aktif dan pencapaian target materi. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi juga merupakan fakta yang tidak dapat diingkari. Sebagai konsekuensinya siswa cenderung bersikap pasif sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan secara maksimal. Untuk memecahkan problem yang berkaitan dengan metodologi pengajaran pendidikan agama Islam di atas, sekaligus untuk menempatkan siswa sebagai subyek aktif dan ٤ Muhaimin, Paradigma Pendidikkan Islam..., h. ٧٨.

٥ proses pembelajaran lebih hidup; saat ini telah dikembangkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada pembelajaran PAI. Dengan adanya PAKEM ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu PAKEM juga menarik untuk diteliti karena PAKEM mendorong para guru melakukan inovasi dan cara baru dalam pembelajaran, oleh karena itu setiap guru dituntut agar lebih aktif dan kreatif untuk mencari terobosan-terobosan baru, khususnya untuk mencapai setiap kompetensi yang telah ditetapkan sebuah kurikulum. Bahkan dengan pembelajaran yang lebih berorientasi pada siswa aktif (berdasarkan PAKEM) ini, pendidik mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial dengan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ٥ Berpijak dari realita di atas, maka muncul pemikiran untuk mengkaji pembelajaran PAI di MAN ١ dan memotivasi peneliti untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan Implementasi Model Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Dan Menyenangkan Dalam Mata Pelajaran Fiqih Kelas XI (Studi Kasus Di MAN ١ Tulungagung). ٥ Muhaimin et, al., Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam), (Bandung: Remaja Rosdakarya, ٢٠٠٢), h. ٧٥.

٦ B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan meliputi: ١. Bagaimana proses pelaksanaan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung? ٢. Bagaimana respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan pada mata pelajaran fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung? ٣. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelititan ini adalah: ١. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung. ٢. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implentasi model pembelajaran aktif, kreatif dan menyenagkan pada mata pelajaran fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung. ٣. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi model Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran fiqih kelas XI di MAN ١ Tulungagung.

٧ D. Kegunaan Hasil Penelitian Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah dalam bidang kinerja guru di sekolah. Dan secara praktis, hasil penelitian diharapkan berguna bagi: ١. Bagi guru, dapat di gunakan sebagai pijakan pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam. ٢. Bagi lembaga pendidikan, dapat dijadikan pijakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengimplementasian PAKEM pada mata pelajaran fiqih. ٣. Bagi penulis, untuk mengetahui pengembangan dan keberhasilan dalam pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran Fiqih kelas XI. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengkaji isi skripsi ini, maka penulis perlu menguraikan batasan masing-masing istilah yang digunakan dalam judul. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain: ١. Penegasan konseptual a. Implementasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan: Pelaksanaan, penerapan. ٦ b. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PAKEM yang kepanjangannya adalah Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan ٣٧٤. ٦ Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, ١٩٩٧) Cet. ٩, h.

٨ menyenangkan merupakan salah satu model pembelajaran dimana guru berusaha merancang pembelajaran, mengelola kelas, dan membimbing siswa dengan mengedepankan ekplorasi terhadap kemampuan siswa. Pembelajaran ini lebih mengutamakan proses dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan: ١) Aktif: dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. ٧ ٢) Kreatif: Kreatif disini dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi beragam tingkat kemampuan siswa. ٨ ٣) Efektif: Sesuai dengan target yang telah ditentukan dalam pembelajaran dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa aktif. ٩ ٤) Menyenangkan: Suasana belajar yang dapat memusatkan perhatian secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya tinggi. ١٠ c. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama ٧ Depdiknas, Program Manajemen Berbasis Sekolah Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat dan Pembelajaran PAKEM, Tp, ٢٠٠٤, h. ٥-٧. ٨ Ibid.,hal. ١٦. ٩ Najib Sulhan, Pembangunan Karakter Anak Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Sekolah Efektif, (Surabaya: Surabaya Intelektual Club, ٢٠٠٦), h. ١٤. ١٠ Ibid., h. ٢٥.

٩ Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah-sekolah (termasuk MAN ١ Tulungagung) Dengan demikian yang dimaksud judul skripsi ini adalah pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN ١ Tulungagung. ٢. Penegasan oprasional Secara oprasional yang dimaksud dalam judul penelitian tersebut adalah Implementasi model PAKEM pada mata pelajaran fiqih di MAN ١ Tulungagung salah satu model yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran fiqih di MAN ١ Tulungagung. Implementasi Model PAKEM adalah penelitian ini menggali data tentang penerapan atau pelaksanaan model Pakem, Respon dan juga faktor pendukung dan penghambat yang dari seluruh data tersebut akhirnya bisa menjadi sumbangan terhadap kondisi lembaga pendidikan. F. Sistematika Pembahasan Keseluruhan pembahasan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian inti, terdiri dari: Bab I Pendahuluan, terdiri dari: ( a) latar belakang masalah, (b) pembatasan masalah, (c) rumusan masalah, (d) tujuan penelitian,

١٠ (e) kegunaan penelitian, (f) penegasan istilah, (g) sistematika pembahasan. Bab II Merupakan Kajian Teori, yang terdiri dari: konsep pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, pengertian PAKEM; indikator PAKEM; prinsip PAKEM; strategi PAKEM; konsep Pendidikan Agama Islam; Pengertian Pendidikan Agama Islam; karakterisitik Pendidikan Agama Islam; Aspek-Aspek Pendidikan Agama Islam; implementasi Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: ( a) pola/jenis penelitian, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e) prosedur pengumpulan data, (f) teknik analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan, (h) tahab-tahab penelitian. Bab IV Paparan hasil penelitian, terdiri dari: ( a) deskripsi singkat keadaan objek, (b) temuan penelitian, dan (c) pembahasan. Bab V Penutup hasil penelitian, terdiri dari: (a) kesimpulan, (b) saran. Bagian akhir terdiri dari, (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian, (d) daftar riwayat hidup penulis.