BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan sekarang, yaitu dengan pesatnya perkembangan pembangunan.

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dinding Penahan Tanah

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

TUGAS AKHIR RC Denny Ervianto

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

BAB III METODE PENELITIAN

INOVASI PERUBAHAN PLAT LANTAI PEKERJAAN FISIK PEMBANGUNAN GEDUNG TERMINAL BANDARA SULTAN THAHA JAMBI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kali kita membahas tentang konstruksi bangunan, tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT

STUDI PERBANDINGAN PELAT KONVENTIONAL, RIBSLAB DAN FLATSLAB BERDASARKAN BIAYA KONSTRUKSI

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Nama Pekerjaan : Pembangunan Abutmen Jembatan Air Jernih Gumpang Lempuh Perusahaan : CV. RABO PERKASA Lokasi : Gumpang Lempuh Tahun Anggaran : 2017

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya dapat diimplentasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal (Ibrahim, 1993). Secara umum defenisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam manajemen proyek yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan. Tujuan perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan Biaya, Mutu dan Waktu serta faktor keselamatan. Filosofi perencanaan antara lain : a. Aman, keselamatan terjamin b. Efektif, produk perencanaan berfungsi c. Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya d. Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan. Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan). Dalam perencanaan alternatif rencana anggaran biaya kami dituntut kreatif demi memunculkan alternatif-alternatif yang dimana akan digunakan dalam melakukan perencanaan pada komponen pembangunan tersebut yaitu komponen pelat. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi bahan, dimensi, waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan dan lain-lain. 3

2.2. Konsep Biaya 2.2.1. Biaya Proyek Biaya proyek merupakan hal yang penting selain waktu. Kedua hal ini berkaitan erat dan dipengaruhi oleh metode pelaksanaan, pemakaian peralatan, bahan, dan tenaga kerja yang dipakai. Dengan adanya persaingan harga dalam suatu tender maka perlu adanya estimasi yang tepat dan akurat. Hal ini dilakukan sejak pelaksanaan tender dimulai, sebab biaya yang disetujui dalam kontrak tidak dapat diubah tanpa adanya sebab yang tepat. Untuk itu diperlukan perhitungan analisa, dan pengalaman kerja yang banyak supaya tidak mengalami kerugian di kemudian hari. 2.2.2. Perkiraan Biaya Perkiraan biaya adalah kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia (Soeharto, 1997). Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek. Selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu. Meskipun kegunaannya sama, namun penekanannya berbeda-beda untuk masing-masing organisasi peserta proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan 4

kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek. 2.2.3. Perkiraan Biaya dan Anggaran Perbedaan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan. Perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun proyek keseluruhan. Anggaran merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu. Perkiraan biaya erat kaitannya dengan analisa biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya-biaya kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya berarti bisa melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan perkiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan analisa biaya menimbang pada kajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan. 2.2.4. Perkiraan Biaya dengan Cost Engineering Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut perihal perkiraan biaya, maka penting untuk diperhatikan hubungannya dengan disiplin cost engineering. Definisi cost engineering menurut AACE (The American Association of Cost Engineer) adalah area dari kegiatan engineering di mana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya (Ibrahim, 1993). 2.3. Komponen Yang Mempengaruhi Biaya Konstruksi Biaya konstruksi dipengaruhi oleh komponen-komponen biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek. Biaya proyek konstruksi dapat dikelompokan dalam dua jenis, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). 5

2.3.1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah elemen biaya yang memiliki kaitan langsung dengan volume pekerjaan yang tertera dalam item pembayaran atau menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam jenis ini yaitu : a. Biaya Bahan Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. b. Biaya Pekerja/Upah (Labour/Man Power) Biaya pekerja ini dibedakan atas : Upah harian Upah borongan Upah berdasarkan produktivitas Biaya Peralatan Beberapa unsur yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan. 2.3.2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung merupakan elemen biaya yang tidak terkait langsung dengan besaran volume komponen fisik hasil akhir proyek, tetapi mempunyai kontribusi terhadap penyelesaian kegiatan atau proyek. Elemen biaya ini umumnya tidak tertera dalam daftar item pembayaran dalam kontrak atau tidak dirinci. Faktor-faktor penting dalam biaya tidak langsung antara lain : a. Umum 1. Jenis dan karakteristik proyek 2. Kelengkapan item biaya dan tingkat detailnya 3. Kemampuan akurasi perhitungan 4. Ketelitian proses perhitungan 6

5. Sistem updeting harga satuan 6. Keterkaitan dengan karakteristik unik proyek 7. Tingkat kompleksitas dan kesulitan pekerjaan 8. Tingkat kompetisi mendapatkan proyek 9. Metode pelaksanaan 10. Porsi outsourcing pada item pekerjaan biaya tidak langsung b. Overhead 1. Attitude personil proyek 2. Tingkat kemampuan personil proyek 3. Efektifitas organisasi proyek 4. Kebijakan perusahaan terkait gaji dan komponen penghasilan karyawan lainnya 5. Tingkat kemudahan proses pelaporan atau keadministrasian 6. Durasi masa pemeliharaan 7. Tingkat efisiensi operasional kantor pusat hingga kantor cabang 8. Durasi pelaksanaan proyek 9. Tingkat kecepatan pelaksanaan proyek 10. Tingkat overtime dalam melaksanakan proyek 11. Kualitas infrastruktur di lokasi proyek 12. Manajemen komunikasi proyek termasuk aplikasi teknologi komunikasi 13. Potensi dan kejadian keterlambatan proyek c. Persiapan dan Bangunan Sementara Proyek Termasuk Fasilitas dan Operasionalnya. 1. Standart perusahaan atas bangunan temporary proyek 2. Syarat kontrak atas bangunan temporary proyek termasuk fasilitasnya 3. Tingkat penghematan energi listrik dalam operasional kantor 4. Efektifitas dan efisiensi fasilitas kantor 5. Lokasi mess karyawan dengan kantor proyek 7

6. Lokasi barak pekerja terhadap lokasi proyek 7. Ketersediaan air dan sumber listrik 8. Luas area proyek 9. Lokasi proyek d. Risiko Proyek 1. Tingkat detail identifikasi risiko proyek 2. Kemampuan mitigasi risiko proyek 3. Kejelasan dokumen lelang terkait kemudahan dalam perhitungan biaya untuk penawaran. 4. Tingkat akurasi perhitungan volume pekerjaan. 5. Kestabilan ekonomi, sosial, politik dan keamanan. 6. Lingkup asuransi pekerjaan dan rate asuransinya. e. K3, QC, dan Kebersihan 1. Tingkat bahaya atau kondisi K3 di proyek 2. Standart dan pedoman K3 perusahaan 3. Syarat K3 berdasarkan kontrak 4. Tingkat pemenuhan aspek K3 5. Jumlah pekerjaan yang menghasilkan sampah 6. Efektifitas prosedur dan metode penanganan kebersihan proyek 7. Syarat kontraktual terhadap pengendalian kualitas proyek 8. Standart dan kode yang digunakan 9. Lokasi tempat pengujian. f. Aspek Lainnya 1. Regulasi pemerintah terkait pajak 2. Aturan main di proyek terkait penggunaan biaya tidak langsung 3. Kondisi masyarakat sekitar 4. Tingkat keamanan sekitar proyek 5. Rate provisi bank 6. Kelancaran pembayaran dari pemilik proyek 8

7. Tingkat birokrasi prosedur oleh pemilik proyek 2.4. Biaya Material Biaya material adalah salah satu komponen biaya yang terbesar dalam suatu proyek dimana porsinya dapat mencapai 50-60% dari total nilai proyek. Penyimpangan sedikit saja atas komponen biaya ini, maka akan sangat terasa secara keseluruhan. Sehingga sangat penting untuk memahami, merencanakan, dan mengendalikan biaya ini dengan lebih baik. Terdapat tiga tahap penting dalam manajemen biaya material yaitu pembelian material, penggunaan material, dan pengendalian pemborosan dan penyimpanan (Ahuja, 1980). Masing -masing dari tiga tahap tersebut akan diuraikan lebih detil menjadi faktor penting dalam manajemen biaya material. Dalam biaya pelaksanaan proyek terdapat lima komponen utama biaya, yaitu subkontraktor, material / bahan, alat, upah, dan biaya tak langsung (BTL). Dari kelima kelompok biaya tersebut, biaya subkontraktor dan biaya material adalah dua kelompok biaya dengan porsi tertinggi. Berbeda dengan biaya subkontraktor yang relatif cukup terjaga karena adanya risk transfer dan risk sharing, biaya material relatif rentan terhadap penyimpangan biaya. Sehingga dengan porsi yang besar, perhatian terhadap biaya material haruslah yang paling tinggi. 2.5. Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002). Beton disusun dari agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu. 9

2.6. Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847-2002). Semua komponen struktur beton bertulang harus direncanakan cukup kuat dengan menggunakan faktor beban dan faktor reduksi kekuatan φ yang sesuai Beton sangat banyak dipakai dalam proyek konstruksi. Bahan beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, dan aggregat plus bahan aditif dalam perbandingan tertentu. Segera telah diaduk, beton segar mulai mengeras. Semakin lama semakin keras mendekati kekuatan batu. Pedoman kekuatan beton adalah kekuatan saat mencapai umur 28 hari. Berikut disajikan tampang beton setelah mengeras. Gambar 2.1 Beton Setelah Mengeras Beton memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Memiliki kuat tekan sangat tinggi. b. Karakter beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton mengalami retak pada daerah tarik. c. Beton mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah d. Beton mengalami kembang-susut bila terjadi perubahan suhu e. Beton bersifat getas Kemampuan kuat tekan beton pada umur 28 hari berkisar fc = 10 65 MPa. Di pasaran lebih sering dijumpai mutu beton fc = 10 45 MPa atau K125 K500. Angka tersebut menunjukkan nilai kekuatan tekan beton. Sebagai 10

gambaran untuk kekuatan tekan beton untuk K125 adalah kubus beton 15 15 cm sanggup menahan beban sekitar 28 Ton. Kuat tarik beton berkorelasi dengan kuat tekannya atau dapat merupakan fungsi dari kuat tekannya. Maksudnya, jika kuat tekan beton tinggi, maka kuat tarik beton juga tinggi. Kuat tarik beton berada jauh di bawah kuat tekannya. Suatu rumus pendekatan untuk menentukan kuat tarik beton yaitu = 0.57 x fc (untuk beton normal). Pada kenyataannya beton dalam struktur beton bangunan sipil, memikul tarik yang cukup besar Sehingga diperlukan perkuatan / material lain agar beton mampu memikul beban terutama beban tarik tersebut. Besi tulangan merupakan material yang memiliki kuat tarik yang tinggi. Sifat ini kemudian dimanfaatkan untuk mengatasi rendahnya kekuatan tarik beton. Sehingga apabila digunakan bersama-sama, maka menjadi struktur beton bertulang ( reinforced concrete ) yang kemudian memiliki kemampuan tekan dan tarik yang tinggi. 2.6.1. Pelat Beton Konvensional Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya (Astanto, 2001). Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horizontal. Sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Sistem perencanaan tulangan pelat beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (pelat satu arah/ one way slab) 2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (pelat dua arah/two way slab) 11

Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada lebarnya (Ly 2Lx), maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar. Sedangkan pelat dua arah adalah pelat yang panjangnya lebih kecil dari dua kali lebarnya (Ly < 2Lx) (S.Woinowsky Krieger, 1992). Gambar 2.2. Pelat satu arah dan dua arah 2.6.2. Pelat Beton Bondek Pelat bondek adalah pelat kombinasi yang menggunakan steel deck sebagai pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah). Steel deck (pelat baja) ini juga sekaligus berfungsi sebagai bekisting pelat dan lantai kerja, sedangkan untuk tulangan momen negative bisa menggunakan tulangan baja biasa atau menggunakan wiremesh. Lembaran panel berbentuk pelat gelombang ini terbuat dari baja struktural dengan tebal 0,70 1,2 mm yang digalvanis secara merata. Bondek atau pelat baja bergelombang jika dikombinasikan dengan campuran beton akan membentuk suatu sistem pelat lantai komposit yang sempurna. 12

Gambar 2.3 Pelat beton bondek Bondek juga berfungsi sebagai bekisting tetap dan langit-langit ruangan bangunan. Dapat dipesan sesuai panjang yang dibutuhkan untuk memudahkan dalam pemasangan dan pengangkutan dianjurkan panjang maksimum 12,00 meter (Smartdeck, 2008). Adapun keunggulan - keunggulan bondek untuk pelat lantai beton: a. Mudah dan cepat dalam pemasangan. Bondek langsung berfungsi juga sebagai bekisting permanen yang siap di cor dalam waktu singkat. Efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat karena waktu untuk pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi. Pekerjaan pembesian dibagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau bahkan dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh bondek. b. Mengurangi pemakaian perancah dan tiang-tiang penyangga sehingga lebih menghemat biaya dalam pelaksanaanya c. Bondek dapat secara langsung digunakan sebagai plafond. d. Ketahanannya terhadap kebakaran lebih baik dan lolos uji kelenturan serta pembebanan e. Dapat dipesan sesuai kebutuhan dan memberikan platform kerja yang aman. f. Dapat dipasang pada konstruksi baja maupun beton. 13

Bondek adalah decking dengan profil 2W yang dilengkapi sistem protrude shape dan merupakan produk penyempurnaan dari produk steeldeck yang ada di pasaran. Diproduksi dengan menggunakan mesin canggih untuk menghasilkan kualitas produk dengan tingkat presisi yang tinggi, pelat baja struktural bergelombang dengan mutu tegangan tarik yang tinggi dan dilapisi galvaniz. Persyaratan bahan harus mengikuti spesifikasi teknis sebagai berikut : a. Bahan dasar : Baja High Tensile b. Tegangan leleh minimum : 5500 kg/cm2 atau 550 MPa c. Lapis pelindung : Hot Dip Galvanized d. Tebal lapisan lindung : 275 gr/m2 e. Tebal baja dasar : 0,70 mm 1.20 BMT (Base Metal Thickness) f. Standar bahan : JISG 3302, SGC 570 g. Tinggi gelombang : 50 mm h. Lebar efektif : 960 mm i. Panjang : Maksimum 12.000 mm 2.6.3. Wiremesh Wiremesh merupakan jaring baja tulangan prefabrication, yang pada tiap titik pertemuan kawatnya disatukan dengan menggunakan las listrik, untuk mendapatkan kuat geser ekstra pada tiap sambungan silangan tulangannya. Kawat baja yang digunakan adalah dari mutu U-50 yang memiliki tegangan leleh karakteristik sebesar 5.000 kg/cm2. Spesifikasi Wiremesh: Diameter JKBL :5mm 16mm Tegangan leleh karakteristik : 5.000 kg/cm2 Tegangan geser kampuh las : 2.500 kg/cm2 Bentuk permukaan kawat : polos dan ulir Spasi standar : 150 mm x 150 mm (tipe M) 100 mm x 200 mm (tipe B) Ukuran standar : -lembar : 5,4 m x 2,1 m Roll :54 m x 2,1 m Jarak spasi : 50mm : 100mm: 150mm: 200mm: 250mm: dan 300mm 14

Juntaian kawat memanjang maksimum 1.200mm kedua sisinya. Gambar 2.4 Wiremesh 15